Didikan
adalah hal yang bagus untuk seorang anak, bahkan Allah sendiri memerintahkan
orangtua agar rajin melakukannya. Karena dengan ajaran yang benar maka anak
bisa menjalani kehidupan sebagaimana yang Allah rencanakan dari semula. Namun,
harus diakui dalam berbagai kesempatan, kita mengalami kegagalan atau frustasi.
Sadar atau tidak, kegagalan atau frustasi ini bukannya disebabkan oleh anak
yang kurang menangkap atau memberontak, tetapi justru oleh kita sendiri yang kurang tepat mengajarkannya.
Oleh karena
pengalaman didikan di masa lalu, kita menganggap kita wajib meneruskan kepada
generasi di bawah kita. Kita tidak lagi mempertimbangkan apakah cara itu benar atau keliru.
Ada 3
hal dari pola pengajaran yang justru bila diterapkan akan menjadi bumerang sendiri bagi kita.
1 Mengajar di Tengah Momen
Anak kecil
menyenangi melakukan hal-hal yang baru bagi dirinya. Membangun istana kerajaan
dengan pasir, membentuk robot dari lego, menyelesaikan teka-teki gambar, dan banyak hal lain yang menarik bagi dirinya.
Ketika
mereka sedang dalam kesulitan, seringkali kita langsung masuk ke dalam dunianya
dan membantu mengajarkan bagaimana menyelesaikan semuanya itu. Namun,
sesungguhnya anak justru terganggu dengan apa yang kita lakukan itu. Di
tengah-tengah rasa penasaran untuk mencari jalan keluar dari persoalan yang sedang dihadapi, kita justru merusak imajinasi dan kekreativitasannya.
Oleh karena
itu, biarkan anak berada di dalam kegembiraan dengan dunianya sendiri. Berikan
pertolongan ketika anak meminta langsung kepadanya. Justru, dengan begitu, ia lebih menyerap ajaran yang sedang kita ingin sampaikan kepadanya.
2 Menunjukkan Sesuatu yang sudah Jelas bagi Anak
Bagaimana
perasaanmu ketika ada orang yang lebih tua sedikit umurnya daripadamu
memberitahukan sesuatu yang sebenarnya kamu sendiri sudah mengetahuinya? Jika kamu
tahu apa yang dimaksud, maka itulah juga perasaan seorang anak ketika kita menasihatkan sesuatu yang sesungguhnya ia sudah mengerti.
Sebagai
orangtua adalah baik mengingatkan, tetapi akan menjadi buruk ketika momen menyampaikannya tidak pas.
3 Terlalu Banyak Kata yang Dikeluarkan
Meskipun
kata-kata adalah penting, tetapi ketika terlalu banyak yang dikeluarkan, maka itu
terdengar menjadi berlebihan. Ada kutipan yang bagus tentang hal ini, banyak
kata yang diucapkan berarti banyak kesempatan untuk menyampaikan hal-hal yang salah atau keliru.
Teladanilah
Yesus yang dalam setiap pengajarannya, berkata-kata secara efektif. Tidak di
seluruh peristiwa, Yesus mengajar. Ada kalanya Ia hanya berjalan bersama para
murid dan orang banyak. Lihatlah dampaknya? Dalam sejumlah kesempatan, orang-orang justru yang meminta Yesus untuk mengajar lebih lagi kepada mereka.
Sebagai lawannya, maka 3
hal positif yang perlu kita terapkan dalam mengajar kepada anak adalah mengajarlah
pada waktu yang tepat, berdiam dirilah, dan menahan dirilah dalam berkata-kata.
Perlu waktu untuk melihat dampaknya, tetapi semua cara ini jika dilakukan berefek
didikan kita kepada anak justru menjadi efektif.