Gereja-gereja di Mesir memangkas sejumlah acara ibadah
Paskah setelah peristiwa serangan teror mematikan pada hari Minggu Palma
pekan lalu.
Para pejabat Gereja mengatakan bahwa acara memperingati dan merayakan karya Kristus tersebut akan dirayakan dengan suasana yang lebih tenang setelah lebih dari 45 orang tewas di dalam kejadian aksi bom
bunuh diri di gereja-gereja di Alexandria dan Tanta.
Lebih lanjut pihak otoritas Gereja mengungkapkan bahwa hanya kegiatan doa yang akan diadakan dengan maksud untuk menghormati mereka yang tewas oleh kelompok teroris atas nama agama.
Sementara itu, umat percaya yang menghadiri ibadah Jumat Agung harus melewati sejumlah pemeriksaan seperti pemeriksaaan detektor logam dan aparat kepolisian yang berjaga.
Rafiq
Bishry, kepala komite organisasi Katedral Saint Mark, mengatakan kepada Reuters bahwa ia terkejut melihat jumlah orang yang datang ke ibadah.
"Kami berharap bahwa orang akan terlalu takut untuk menghadiri acara doa tetapi apa yang kami lihat di luar ekspektasi kami karena ada banyak orang di sini," ujar Bishry. "Ini adalah pesan yang jelas kepada seluruh dunia bahwa kami
tidak takut."
Kelompok Negara Islam (Islamic State) mengklaim bertanggung jawab atas serangan mematikan terbaru di Mesir.
Bom
pertama meledak di dalam St. George Church di Tanta, sekitar 60 mil sebelah utara Kairo, saat ibadah
Minggu Palma sedang berlangsung.
Rekaman kamera keamanan menunjukkan pengebom
bunuh diri kedua berada di luar St. Mark Katedral di kota pesisir Alexandria sebelum ia akhirnya membunuh 11 orang.
Pemimpin Kristen Koptik Mesir Paus Tawadros, yang memimpin ibadah Minggu Palma, meninggalkan lokasi sebelum pengebom meledakkan dirinya di pintu masuk. Tiga polisi yang menghalangi pelaku untuk masuk gedung ibadah turut tewas.
Sumber : cbn.com