Seorang
wanita cantik baru-baru ini menimbulkan perbincangan hangat di media sosial. Rita
Tiara Panggabean, demikian wanita ini dikenal ternyata mengaku-ngaku seorang pendeta dan menjadi pendukung dari calon gubernur DKI Jakarta Anies-Sandi.
Dia juga
menyampaikan pernyataan yang mengagetkan banyak pendeta. Rita mengatakan bahwa
semua pendeta di ibu kota Jakarta mendukung pasangan Anies-Sandi dalam pilkada putaran kedua mendatang.
Sontak pernyataan
itu membuat Pendeta Karismatik Gilbert Lumoindong merasa geram dan tak terima dengan
ucapan itu. Belum lagi fakta lain yang menunjukkan bahwa Rita bukan seorang pendeta, tetapi hanya penginjil yang mencatut namanya sebagai pendeta.
Pendeta besar
ini pun sontak membeberkan siapa sosok wanita ini sebenarnya. Lewat akun
Twitternya, Pendeta Gilbert mengatakan kalau Rita hanyalah seorang penginjil
dan aktivis politik Kristen Indonesia Raya (KIRA), organisasai di bawah naungan
Partai Gerindra, yang menjaring aspirasi masyarakat Kristen Indonesia.
Organisasi ini diketuai oleh U.T Murphy Hutagalung, MBA. Dia juga diketahui menjabat sebagai Wakil Ketua Barisan Anak Surga (BAS) Ministri DKI.
"Yth:
Ibu Rita Tiara Panggabean (bukan pdt), tolong jangan mengatasnamakan Pdt se DKI
Jakarta jika ternyata hanya kelompok KIRA. #bohong itu dosa." tulis Pendeta Gilbert dalam akun Twitternya @PastorGilbertL.
Tak hanya itu, Pendeta Gilbert juga menyindir ucapan wanita berdarah Batak itu bahwa Anies-Sandi mirip seperti Yesus. Katanya, “Saya memilih Anies-Sandi karena keduanya memiliki hati seperti Yesus Kristus.” Karena itulah, Pendeta Gilbert meminta supaya Rita berhenti menipu dengan memakai agama.
“Memilih siapapun adlh HAK ASASI namun menyatakan salah satu paslon memiliki HATI SEPERTI YESUS menurut saya KETERLALUAN deh #Stoptiputipu,” tulisnya.
Setelah banyak menuai kritikan dari berbagai pihak, Rita pun segera mengklarifikasi pernyataan sebelumnya. Dia menyampaikan bahwa dukungan yang melibatkan pendeta itu bersifat perorangan saja. “Bukan semua nasrani atau semua pendeta yang mendukung Anies, tidak. Tapi individu,” ucapnya.
Nah, bagi
yang masih bertanya-tanya dan terus melayangkan protes terhadap wanita ini, berhentilah
untuk mulai menimbulkan masalah baru. Dengan isu ini, mari belajar sebagai orang
Kristen berpolitik tanpa harus mengatasnamakan agama. Dengan begitu kita bisa meminimalisir
krisis toleransi antarumat beragama yang terjadi saat ini.