Laura Lazarus: Wanita Pemuja Kecantikan yang Menjadi Korban Kecelakaan
Sumber: Jawaban.Com

Family / 27 March 2017

Kalangan Sendiri

Laura Lazarus: Wanita Pemuja Kecantikan yang Menjadi Korban Kecelakaan

Budhi Marpaung Official Writer
27289
Nama saya laura Lazarus, dulu saya adalah seorang pramugari yang sangat bangga dengan kecantikan dan uang yang saya miliki. Namun, dalam sebuah penerbangan, saya menjadi salah satu korban kecelakaan pesawat yang bisa selamat.

Sebelum lebih jauh, saya ingin menceritakan tentang latar belakang saya. Saya, Laura lahir di daerah kumuh dan sangat cuek sekali. Saya sering manjat pohon dan naik ke atas genteng. Suka jatuh, itu yang membuat saya dekil dan banyak luka di kaki saya. Oleh karena itu, teman-teman saya seringkali mengejek saya.

Saya merasa sedih sekali dengan apa yang dilakukan oleh teman-teman saya. Ketika saya sedang terpuruk seperti itu, mama saya menceritakan tentang seorang pramugari. Hal tersebut membuat saya ingin sekali menjadi cantik. Lalu kemudian, saya berdoa sederhana kepada Tuhan, ‘Tuhan, saya mau dong, saat besar, saya menjadi cantik.’

Waktu berlalu, ketika saya beranjak besar, yang dulunya dekil, kumel, berubah menjadi seorang yang lebih baik, saya lebih memerhatikan badan saya. Berbekal itu, saya pun melamar ke suatu perusahaan maskapai penerbangan.

Pada waktu itu maskapai tersebut menghubungi saya dan mengatakan bahwa saya boleh masuk untuk ikut training sebagai seorang pramugari. Saya lari, saya peluk mama saya, ‘mah, akhirnya kehidupan kita berubah. Saya jadi seorang pramugari’.

Setelah saya menjadi seorang pramugari, di situlah masa-masa dimana saya akhirnya menjadi seorang anak yang bisa mendapatkan apa yang dulu saya idam-idamkan. Saya memiliki uang, dalam jumlah yang cukup besar.

Dengan uang tersebut, saya mampu membeli apapun yang saya inginkan. Bahkan, saya bisa jalan-jalan ke satu tempat ke tempat lain dan tidur di hotel-hotel berbintang. Hal lain yang berubah adalah saya yang waktu kecil begitu dihina, setelah menjadi pramugari, banyak pria yang berdatangan.  

Suatu kali ada seorang pria yang datang ketika saya selesai menjalankan tugas sebagai pramugari. Dengan begitu sombong, saya menghiraukan kehadirannya. Bukan terhadap ia saja. Keluarga saya pun saya perlakukan dengan semena-mena juga.

Setiap kali pulang, diajak bicara, tidak ada waktu. di sanalah saya melawan orangtua dengan kata-kata yang tidak wajar sebagai seorang anak. Melihat mama saya menangis, saya justru mencari koper, memasukkan pakaian dan pergi ke luar rumah.

Sampai suatu kali, dalam keadaan saya masih bertengkar dengan orangtua, seperti biasa saya mendapatkan tugas untuk terbang. Ketika berjalan, ada firasat yang tidak enak, rasanya saya akan meninggalkan dunia.

Lebih mengerikan sebenarnya, adalah pada waktu saya sudah berada di pesawat dan terbang. Selama penerbangan itu, ada goncangan demi goncangan terus terjadi. Parahnya, ketika mendarat, tiba-tiba pesawat ini keluar landasan. Menabrak pagar dan berhenti tepat di atas kuburan.

Hari itu adalah hari yang begitu menakutkan dalam kehidupan saya. Saya benar-benar merasakan sakit. Pada hari itu saya bilang, ‘Tuhan tolong, beri saya kesempatan satu kali lagi agar saya bisa memperbaiki kehidupan saya lagi.’

Saya tahu saya tidak akan ke surga, saya akan ke neraka karena saya begitu kurang ajar dengan orangtua, sombong. Tiba-tiba saya melihat sesuatu yang gelap sekali. Saya berjalan dalam kegelapan tersebut dan saya melihat satu sosok pribadi, yang wajahnya tidak dapat saya lihat. Dari sanalah ada satu suara ‘kamu harus kembali, masih ada yang harus kamu selesaikan’, tidak lama kemudian di situlah saya tersadar.

Ketika tersadar, di situlah orang tua saya berkata bahwa saya sudah mengalami koma selama tiga hari.

Kecelakaan itu mengakibatkan luka di muka sebelah kanan saya hancur. Bukan itu saja, tangan kanan saya ini copot, pinggang dan kaki saya patah.

Kaki saya patah sedikit, tetapi dagingnya hilang sebesar tangan. Dokter memvonis kaki saya harus diamputasi, tetapi orangtua saya tidak mengizinkan karena mereka percaya Tuhan memberikan saya normal, maka Tuhan akan mengembalikannya saya dengan normal.

Di situ saya berdoa, ‘Tuhan tolong jangan amputasi kaki saya. Kalau engkau masih menginginkan saya memiliki kaki, di mana pun saya melangkah, saya akan menceritakan kebaikan Engkau’. Akhirnya diputuskan dibawa berobat ke luar negeri. Di sanalah saya benar-benar mengalami proses demi proses yang tidak mudah.

Ketika saya melihat wajah saya di kaca, di situlah saya kaget sekali. Rasanya kesombongan saya musnah di saat itu.

Ketika saya sedang berada dalam keadaan yang sedih sekali, Tuhan mempertemukan saya di rumah sakit tersebut dengan seorang anak kecil. Lalu, hal itu membuat saya bertanya kepada dia, ‘kenapa kamu bisa berkata seperti itu?’ lalu anak tersebut tidak ngomong, dia buka kakinya, di kasih liat kakinya yang keadaannya begitu mengerikan sekali.’

Di situ saya merasa malu sekali, masih ada yang lebih menderita dibandingkan dengan saya. Akhirnya saya memutuskan saya tidak lagi melihat kondisi saya. Berhenti menangisi diri sendiri dan menatap maju ke depan dan bersyukur atas apa yang Tuhan sudah berikan dalam hidup saya.

Hari lepas hari Tuhan memulihkan saya mulai dari hati, hubungan saya dipulihkan, sampai operasi ke-17 dijalani dengan baik. tulang yang selama ini dicari, dapat ditemukan di Amerika Serikat dan akhirnya saya bisa berjalan kembali, normal tanpa bantuan alat apapun. Wajah saya mengalami operasi sebanyak empat kali. Sungguh sebuah anugerah buat saya.

Banyak hal yang buat dalam hidup saya. Ketika saya memutuskan tidak melihat masa lalu, bertobat, minta ampun sama Tuhan atas apa yang telah saya lakukan. Dia membuktikan bahwa Dia adalah Allah yang luar biasa.

Lewat kecelakaan tersebut, paradigma saya tentang kecantikan dan kesuksesan pun berubah. Karena segala sesuatu yang diperoleh, itu semua dari Tuhan. Jadi untuk apa lagi kesombongan saya pegang, kalau segala sesuatu bisa dihancurkan dengan seketika.

Melihat kehidupan saya sekarang, saya melihatnya itu adalah hal luar biasa dari Tuhan. Ini adalah bonus, kesempatan kedua, untuk saya memperbaiki kehidupan saya jadi lebih baik daripada yang kemarin. Dari situ, saya sangat bersyukur akan kebaikan Tuhan Yesus karena Dia telah menyelamatkan dan memulihkan hidup saya.

Sumber : Laura Lazarus
Halaman :
1

Ikuti Kami