Ribuan pengaduan
tindakan pedofil dilayangkan kepada Gereja Aglikan Australia. Pengaduan ini
berisi tuduhan keterlibatan sebanyak 569 tokoh gereja dan 247 pendeta dalam tindakan pelecehan seksual terhadap anak yang terjadi selama periode 1980-2015.
Kepala Gereja Anglikan Australia mengungkapkan kesedihan dan rasa malu setelah laporan itu dilayangkan pada Jumat, 16 Maret 2017. Pihak gereja juga diduga sudah terlibat untuk membungkam korban demi menjaga reputasinya. “Anglikan benar-benar syok dan kecewa dengan lingkup kegegalan kita menangani kekerasan seksual pada anak di dalam gereja,” ucap Uskup Agung Melbourne, Philip Freier.
“Saya ingin
mengungkapkan rasa pribadi saya, rasa malu dan kesedihan atas suara korban yang
sering dibungkam. Sedangkan kepentingan gereja jelas ditempatkan sebagai yang utama,” lanjutnya.
Sementara Sekretaris
Jenderal Sinode Umum Gereja, Anne Hywood mengatakan bagaimana mereka mendengarkan
cerita dari penderitaan yang dialami sebanyak 4000-an korban. Pelecehan seksual
yang dialami para korban bahkan telah membuat mereka menderita dan hidup dalam penyesalan seumur hidup.
“Kami melihat
di wajah mereka dan mendengar suara penderitaan mereka tidak hanya rasa sakit
dari penyelahgunaan sebagai seorang anak, tapi kerusakan lebih lanjut yang
ditimbulkan ketika mereka dewasa, mencari keadilan dan kenyamanan dan kami mendorong mereka untuk lepas,” ucap Anne.
Sementara seperti
diketahui, Gereja Anglikan sudah membayar sebanyak 31 juta dolar Australia kepada
459 pihak yang mengajukan gugatan. Tapi Anne kembali menilai bahwa bayaran atas
rasa bersalah gereja terhadap tindakan kejahatan itu tidak semata-mata tidak akan mencegah pelecehan seksual yang berikutnya.
“Ini
memberi tahu kita bahwa proses apa pun yang kita jalankan tidak mencegah pelaku
kejahatan seksual beraksi di gereja kita, sebagai pendeta dan tokoh awam, dalam
peran yang paling kita percaya untuk anak-anak kita, sebagai guru dan pekerja muda,” jelas Anne.
Secara pribadi, Anne pun menyampaikan kekecewaannya karena gereja bahkan masih belum mampu mengatasi kasus yang berulang-ulang terjadi di lingkungan gereja ini. “Kami sangat malu dalam banyak hal karena mengecewakan korban, baik dalam hal kita bertindak dan bagaimana kita gagal bertindak,” tandasnya.
Sumber : Antaranews.com/jawaban.com