Ahli filsafat
Perancis Blaise Pascal bertanya-tanya kenapa para raja membuang-buang waktu dengan
banyak gurauan. Kenapa mereka menghabiskan waktu bersama dengan orang-orang bodoh?
Lalu Pascal menyimpulkan bahwa orang yang sudah punya segalanya masih memiliki satu
hal yang dikhawatirkan, bahwa dia takut kehilangan segalanya. Jadi pun mengalihkan kekhawatiran itu dengan berbincang-bincang dengan orang-orang bodoh.
Seperti kisah
Raja Salomo, saat masa pemerintahannya, dia juga mencoba untuk mengalihkan perhatian
dengan tawa, anggur dan sedikit kebodohan. Dia masih merasa tidak puas, jadi
dia ‘berusaha menemukan makna dengan membangun rumah yang begitu besar untuk dirinya
sendiri dan menanami kebun-kebun dengan anggur yang terbaik (Pengkhotbah 2: 4-5).
Raja Salomo
juga membeli budak, membeli kawanan ternak yang banyak, mengumpulkan begitu
banyak emas dan perak, menyewa penyanyi-penyanyi cantik dan memiliki sejumlah gundik.
Dia memiliki segala sesuatu yang diinginkan manusia (Pengkhotbah 2: 7-8). Tapi
Salomo malah tidak bisa menghilangkan rasa takutnya akan kematiannya sendiri. Dia
‘melihat bahwa orang-orang yang berhikmat dan yang bodoh’ pun akan sama-sama
mati. Dan dia mulai berpikir bahwa semua yang dia punya akan sangat berarti (Pengkhotbah 2: 14-15).
Kalau kita menarik
kisah ini kepada kondisi hidup kita saat ini, kita akan pasti akan mengangguk
setuju bahwa banyak sekali orang yang menikmati kesenangan dari makanan lezat dan
rumah yang nyaman. Beberapa diantaranya bahkan menggunakan jasa pembantu untuk
menyiapkan makanan mereka. Tetapi orang-orang dengan kenyamanan materi ini
tetap saja belum merasa bahagia. Mereka lalu mengalihkan perhatian diri dengan hiburan
baik tontonan, olahraga dan gosip terbaru. Apapun mereka lakukan untuk
mengalihkan pikiran mereka dari rasa takut akan kematian mereka sendiri. Seperti
pengamatan yang dilakukan Pascal bahwa “Semua ketidakbahagiaan manusia muncul dari
satu fakta terbesar, bahwa mereka tidak bisa hidup tenang di bilik mereka sendiri.”
Hanya Yesus
yang bisa menenangkan jiwa kita. Kematian ini memang nyata, karena itulah kita harus
percaya Yesus. Dia akan kembali untuk membangkitkan kita dari liang kubur dan kita
akan bersama-sama kembali dengan Dia selamanya (1 Tesalonika 4: 17). Kita
dibebaskan dari segala belenggu supaya kita bisa menikmati kembali hidup kita
di dalam Kristus.
“Aku berkata dalam hati: "Mari, aku hendak
menguji kegirangan! Nikmatilah kesenangan! Tetapi lihat, juga itupun
sia-sia."” (Pengkhotbah 2: 1)