Siapa
bilang wanita atau pria lajang yang sudah beranjak kepala tiga nggak mungkin lagi bisa menemukan pasangan hidup? Seperti
yang penulis amati, banyak juga kog teman-teman
yang berusia matang ini akhirnya menemukan tambatan hati mereka dan berujung pada pernikahan yang bahagia.
Inilah yang
dialami wanita asal Sydney Iona Yeung. Pada tahun 2013, di usianya yang beranjak
31 tahun saat itu, Yeung harus menerima kenyataan bahwa hubungannya justru kandas. Dia begitu panik saat itu.
“Aku bangun
di tengah malam ketakutan dan cemas karena aku berpikir bahwa nggak akan pernah bertemu siapapun lagi,” ungkap Yeung.
Dia mengaku
begitu sedih ketika mendapati kalau dialah satu-satunya wanita di antara teman-temannya
yang belum menikah. “Saat kamu melihat teman-tema dekatmu menikah, kamu mulai panic dan merasa seperti ditinggalkan,” ucapnya lagi.
Wanita yang
sudah berusia 34 tahun ini lalu mulai curhat dengan apa yang dialaminya lewat
blog yang diberi nama ’30 Ever After’. Di blog ini dia mulai mendokumentasikan semua
‘ketakutan’ nya tentang menjadi seorang single dan mencoba untuk memulai berkencan lagi.
Dan tiga tahun
kemudian, setelah aktif menulis tentang berbagai tips hubungan bagi wanita single
berusia 30-an, Yeung justru mendapat banyak tawaran menjadi pelatih soal
hubungan untuk wanita-wanita lajang. Dia bahkan dinobatkan sebagai ahli hubungan.
Rasa cemas dan
panik yang dia alami di masa-masa baru putus cinta sama sekali sudah hilang. Yeung
justru menjadi wanita single yang lebih bahagia dan optimis. Dia tetap punya hasratnya
untuk bertemu seseorang yang akan menjadi pasangan hidupnya kelak. Karena itulah dia mulai mencoba kencan online.
Tak lama kemudian,
dari kencan online ini pula Yeung bertemu dengan Christian Arratia (36) pada
tahun 2015 lalu. Tak lama berpacaran, mereka memutuskan menikah pada tahun 2016
silam. “Saat aku pertama kali single, aku sangat ketakutan. Risikonya sangat
tinggi saat kamu berkencan dan putus di usia 30-an. Tapi setelah saku mengambil
langkah mundur dari hal-hal ini, aku belajar banyak hal, yaitu bahwa kalau aku takut
menjadi melajang sepanjang waktu, aku hanya akan bertemu dengan pasangan yang salah,” ucapnya.
Itu sebabnya
Yeung mulai menata hidupnya kembali. Dia mulai melakukan hobi barunya dan menikmati
hidup untuk dirinya sendiri. “Aku mulai melangkah bebas untuk melakukan sesuatu untuk diriku sendiri dan memusatkan pandangan ke kehidupan sosialku,” terangnya.
Dari semua
hal yang Yeung lewati dan pelajari selama menjadi lajang di usia 30-an, dia
mengatakan ada beberapa pelajaran yang bisa dia bagikan kepada semua perempuan lajang yang sudah beranjak di usia ini.
Pertama, belajar
untuk terlebih dahulu mengatasi kecemasan di dalam diri. Karena saat kita merasa cemas, lawan jenis akan menangkap perasaan itu dan hanya akan membuat mereka menghindar.
“Jangan memaksakan
diri dalam setiap kencan berpikir bahwa pria yang kamu kencani adalah ‘orang
yang tepat’. Fokuslah untuk mengubah pikiranmu karena pola pikirmu bisa dipengaruhi oleh peristiwa di masa silam. Pola pikirkulah yang mengubah hidupku,” ucapnya.
Kedua, Yeung
mengatakan supaya jangan ‘menyerah’. “Teman-temanku mungkin akan menaruh
simpati kepadaku atau mencoba mengatur sebuah kencan dengan teman mereka. Ketakutan-ketakutan
yang mereka tunjukkan jauh lebih menakutkan karena itu aku memutuskan untuk menutup
celah itu,” ucapnya.
Nah, bagaimana
dengan kamu? Apa kamu adalah salah satu wanita atau pria lajang yang sudah beranjak
usia 30-an? Jangan pernah menyerah. Andalkan Tuhan dan tetap membuka diri dengan
orang-orang di sekitarmu!