Sebagai orang
Kristen, kamu pasti tahu kalau angka 40 tampaknya begitu spesial, terbukti dari
beberapa cerita Alkitab yang dikaitkan dengan angka 40. Misalnya cerita Nabi
Nuh dan keluarganya yang tinggal dalam bahtera selama 40 hari, pengembaraan 40 tahun
bangsa Mesir di padang gurun, masa puasa Yesus selama 40 hari di padang gurun. Lalu
setelah jaman Yesus, orang Kristen sampai saat ini secara terus menerus merayakan 40 hari masa Pra-Paskah.
Tradisi 40
hari Pra-Paskah inilah yang sedang dirayakan orang Kristen. Pra-Paskah tahun
ini dimulai sejak 1 Maret kemarin yang ditandai dengan perayaan Rabu Abu.
Sebelum melangkah lebih jauh, mari menyimak apa sebenarnya Pra-Paskah itu? Pra-Paskah
adalah periode waktu dimana orang Kristen Protestan dan Katolik menyambut hari
Paskah atau Kematian dan Kebangkitan Yesus. Periode ini berlangsung selama 40
hari dan bertujuan untuk memperbaharui kerohanian, menjadi momen perenungan dan
pengampunan dari dosa. Dalam perayaan Pra-Paskah ini orang Kristen juga mulai berpuasa
selama 40 hari, dimana puasa ini diadopsi dari puasa Yesus selama 40 hari di padang gurun sebelum memulai pelayanan-Nya.
Sejarah mulainya tradisi 40 hari Pra-Paskah
Kata
Pra-Paskah atau disebut Lent berasal dari
kata Anglo-Saxon yaitu “lencten”
yang berarti ‘Spring’ atau semi dan
lenctentid yang secara harafiah berarti ‘Springtide’
dan juga ‘March’ dimana umumnya Pra-Paskah selalu dimulai di bulan Maret.
The Canons
of Nicaea (Kanoni Nicea) adalah sebutan pertama kali dari 40 hari puasa. Pada
saat itu, pelaksanaan puasa cenderung sangat ketat, dimana umat Kristen hanya bisa
makan satu kali sehari dan dilarang makan daging, telur, dan makan-makanan lezat lainnya.
Istilah Pra-Paskah
sendiri tidak ditemukan dalam Alkitab. Matius 4 hanya berbicara soal masa puasa
Yesus di padang gurun Yudea selama 40
hari dan 40 malam menyendiri untuk puasa dan berdoa. Karena itulah perayaan Pra-Paskah dipercayai
sebagai bentuk tradisi yang menggambarkan tentang masa puasa Yesus. Tradisi ini
pertama kali dimulai oleh gereja Katolik Roma, Episkopal, Presbiterian, Metodis dan Lutheran. Sementara hingga saat ini, gereja-gereja Baptis tidak merayakannya.
Beberapa rangkaian ibadah yang digelar dalam 40 hari Pra-Paskah
Kalau gereja
Protestan biasanya hanya merayakan acara Kamis Putih dan Jumat Agung sebelum Paskah,
gereja-gereja lain, khususnya Katolik, secara penuh merayakan beberapa rangkaian acara ini:
Rabu Abu : Menandai awal dimulainya Pra-Paskah
Minggu Palma : Satu minggu sebelum Paskah. Minggu
Palem ini merupakan peringatan dari kedatangan Yesus ke Yerusalem. Di hari itu,
banyak orang menyambut Yesus dengan daun palem dan menaruhnya di tanah saat Yesus melewati orang-orang Yerusalem dengan keledai.
Kamis Putih: Kamis Putih juga dikenal dengan Kamis
Kudus. Perayaan ini dirayakan sebagai peringatan akan perjamuan terakhir Yesus dengan murid-murid-Nya, sebelum dia diserahkan.
Jumat Agung: Sebelumnya hari ini disebut dengan
‘Black Friday’ atau hari peringatan penyaliban dan kematian Yesus. Tapi seiring
berkembangkan pemahaman teologis Kristen, ‘Black
Friday’ diganti menjadi ‘Good Friday’
karena kematian Yesus harusnya adalah tanda kemenangan iman. Di hari ini,
banyak orang Kristen akan melakukan kegiatan Jalan Salib, yang meliputi 14 doa dan refleksi tentang 14 kejadian yang menyebabkan kematian Yesus.
Minggu Paskah: Hari ini adalah puncak dari kemenangan
umat Kristen karena tiga hari setelah kematian-Nya, Yesus bangkit kembali. Kebangkitan
inilah yang merupakan peringatan besar yang paling bersejarah bagi umat Kristen
dan juga peringatan akan karya Kristus yang telah mati di kayu salib demi menebus
dosa-dosa dunia.
Dalam
ajaran Kristen tradisional, hari Minggu melambangkan sebagai hari raya untuk
mengenang kembali kebangkitan Yesus yang terjadi di hari Minggu. Karena itu,
orang Kristen dulunya tidak akan berpuasa khusus di hari ini. Tapi seiring waktu,
cara berpuasa dan merayakan Pra-Paskah selama 40 hari ini pun terus berubah hingga
saat ini karena disesuaikan dengan pandangan dan peraturan masing-masing gereja.