David bekerja pada salah satu perusahaan
yang menjual susu dan produk sejenisnya di kota Bandung. Entah mengapa sejak
awal bulan lalu pimpinan perusahaan di mana dia bekerja memberhentikannya
secara mendadak tanpa alasan yang jelas dan tidak memberikan pesangon. Hal ini
bermula atas sikapnya yang dianggap sangat tidak sopan karena menanyakan upah
bulan sebelumnya yang belum dibayarkan kepadanya. Padahal, sikap menanyakan
mengapa upahan bulanannya belum juga dibayarkan merupakan hal yang lumrah saja. David mengalami penolakan di tempatnya bekerja.
Apakah
kamu pernah merasa tertolak? Aku rasa sebagian besar orang pernah mengalami
bagaimana rasanya tertolak. Mungkin tertolak dalam hal cinta, di mana sang
pacar menolak cintanya. Mungkin tertolak dalam pergaulan, di mana semua
teman-teman menjauhi dirinya hanya karena dia miskin atau bodoh. Mungkin juga
tertolak dalam pekerjaan, di mana dia baru saja di Putus Hubungan Kerja tanpa
alasan yang jelas oleh atasannya. Atau tertolak dalam pelayanan, di mana
teman-teman sepelayanannya menyepelekan dia, tidak menghiraukan kehadirannya
atau tidak mau melibatkannya dalam pelayanan gereja. Ataukah tertolak oleh
anggota keluarganya, di mana orangtua atau saudara-saudaranya menolak
kehadirannya? Perasaan apa yang dialami pada waktu mengalami penolakan? Kamu
sakit hati, iri, dendam, ciut dan malu untuk tampil di hadapan umum atau
memilih untuk mundur dari pelayanan? Mari belajar dari tiga tokoh Alkitab berikut ini yang pernah mengalami penolakan:
Pertama : Yusuf
Yusuf
tertolak oleh saudara-saudaranya, karena Yakub, ayahnya, lebih mengasihi Yusuf melebihi anak-anaknya yang lain. Kejadian 37:4 “Setelah dilihat oleh saudara-saaudaranya,
bahwa ayahnya lebih mengasihi Yusuf dari semua saudaranya, maka bencilah mereka
itu kepadanya dan tidak mau menyapanya dengan ramah.” Penyebab lain
kakak-kakaknya menolak Yusuf karena dia menceritakan mimpinya bahwa dalam mimpi
tersebut kakak-kakaknya akan menyembah dia. Itulah sebabnya kakak-kakak Yusuf
sangat membenci dia. Mereka tidak hanya
menolak Yusuf, tetapi malah membuangnya ke sumur kering dan menjualnya kepada
saudagar Midian orang Ismael dengan harga dua puluh syikal perak (Kej. 37:38).
Yusuf
mengalami proses Tuhan yang menyakitkan bagi dagingnya. Yusuf dijual kembali
oleh orang Midian kepada Potifar, seorang Mesir pegawai istana Firaun. Di rumah
Potifar dia difitnah oleh isteri Potifar dan di penjara. Di penjara Yusuf
bertemu dua orang pegawai Firaun dan mengartikan kedua mimpi mereka dengan
baik. Singkat cerita Yusuf diundang ke istana Firaun untuk mengartikan kedua
mimpi Firaun. Yusuf mampu mengartikan kedua mimpi Firaun berikut solusi atas
permasalahan yang ditunjukkan melalui mimpi Firaun tersebut. Yusuf pun diangkat menjadi mangkubumi, orang kepercayaan Firaun nomor dua di Mesir.
Yusuf
pernah ditolak oleh kakak-kakaknya, namun dia bangkit dan tidak mau
terintimidasi oleh rasa tertolak tersebut. Yusuf mengadukan kepedihan hatinya
hanya kepada Tuhan. Dia minta pertolongan agar Tuhan campur tangan terhadap
masa depan hidupnya. Yusuf mempercayai bahwa kedua mimpi yang dia alami pasti
menjadi kenyataan di kemudian hari. Hal ini terbukti bahwa kakak-kakak Yusuf datang menemui Yusuf hingga sujud menyembah untuk mendapatkan bahan makanan.
Tuhan
membuktikan bahwa dia sanggup memulihkan luka hatinya. Sehingga Yusuf dapat
menerima keberadaan kakak-kakaknya yang saat itu datang ke Mesir untuk membeli
bahan makanan. Yusuf juga membawa ayahnya dan keluarga dari kakak-kakaknya
untuk tinggal di Gosyen yang masih termasuk wilayah kekuasaan Firaun. Kejahatan
kakak-kakaknya dibalas dengan kebaikan oleh Yusuf. Bagaimana hal ini dapat
terjadi? Sebab Yusuf sudah dipulihkan Tuhan, sehingga dia tidak sakit hati
apalagi balas dendam atas perlakuan kakak-kakaknya beberapa tahun silam. Sikap hati Yusuf yang baik ini dapat diteladani oleh kita.
Kedua : Daud
Daud
mengalami penolakan dari ayahnya dan kakak-kakaknya. Hal ini terlihat pada
waktu Nabi Samuel datang menemui Isai, ayah Daud, untuk mengurapi salah satu
anak Isai untuk menjadi raja Israel menggantikan Raja Saul. Dalam acara
tersebut Isai hanya mengajak semua anaknya, sedangkan Daud dibiarkan untuk
menggembalakan kambing domba di padang. “Lalu Samuel berkata kepada Isai: ‘Inikah anakmu semuanya?’ Jawabnya: ‘Masih tinggal yang bungsu, tetapi sedang
menggembalakan kambing domba.’ Kata Samuel kepada Isai: ‘Suruhlah memanggil dia, sebab kita tidak akan duduk makan, sebelum ia datang ke mari.’” (1 Sam. 16:11).
Daud
juga mengalami penolakan oleh Raja Saul. Saul menjadi benci kepada Daud karena ucapan orang-orang yang menyambut dia berkata “Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa” (1 Sam. 18:6-9). Saul mengejar-ngejar Daud ke mana
pun dia pergi. Tetapi puji Tuhan, Daud tidak diintimidasi oleh perasaan
tertolaknya. Justru pada akhirnya Daud diangkat menjadi raja, bahkan dia dimampukan Tuhan untuk memimpin bangsa Israel selama kurang lebih 40 tahun.
Rahasia
Daud mampu mengatasi rasa tertolaknya adalah bahwa dia tetap menjalin keintiman
rohaninya dengan disiplin. Tujuh kali dalam sehari, Daud memuji-muji Tuhan.
Sehingga Tuhan menyertai Daud mengalahkan raksasa Goliat dan Daud mengalami kemenangan dalam setiap pertempuran.
Ketiga: Musa
Musa
tertolak oleh kaum sebangsanya. Pada waktu Musa membunuh prajurit Mesir, teman
sebangsanya malah hendak melaporkannya kepada Firaun atas tindakannya itu.
Sehingga Musa harus lari ke luar dari Mesir dan menetap di Midian. Rupanya rasa
tertolak Musa ini diungkapkan melalui jawabannya atas tawaran Tuhan. Ia menolak
tugas yang ditetapkan Allah baginya dan meminta kepada-Nya supaya Dia mengutus orang lain.
“Jadi sekarang, pergilah, Aku mengutus engkau kepada Firaun untuk membawa umat-Ku, orang Israel keluar dari Mesir?”
Kel. 3:10). “Tetapi Musa berkata kepada Allah: ‘Siapakah aku ini, maka aku yang
akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar dari Mesir?’” (Kel. 3:11). “Lalu
Musa berkata kepada Allah: ‘Tetapi apabila aku mendapatkan orang Israel dan
berkata kepada mereka: Allah nenek moyangmu telah mengutus aku kepadamu, dan
mereka bertanya kepadaku: bagaimana tentang nama-Nya? – apakah yang harus kujawab kepada mereka?” (Kel. 3:13 ).
Setidaknya
akibat penolakan itu, Musa mengalami hal berikut: Pertama, merasa dirinya kurang memenuhi persyaratan untuk tugas
itu; Kedua, kurang pengetahuan yang
menyeluruh tentang Allah; Ketiga, kurang otoritas dan kuasa; Keempat, kurang pandai berbicara.
Bersyukur
kepada Tuhan bahwa Dia memenuhi semua hal yang dianggap merupakan kekurangan
diri Musa. Bahkan, Tuhan menyuruh Musa untuk melemparkan tongkatnya dan
seketika itu pula tongkat tersebut berubah menjadi ular. Dan kemudian ular
tersebut dipegang berubah menjadi tongkat kembali. Tuhan memakai sarana tongkat
Musa untuk meyakinkan Musa bahwa Dialah yang mengutusnya dan telah
memperlengkapi segala kebutuhan dan keperluan Musa dalam menjalankan panggilan Allah membebaskan bangsa Israel keluar dari Mesir.
Bagaimana
dengan kamu? Masihkah terintimidasi oleh penolakan? Mulai detik ini juga, Allah
sudah membebaskan dan memulihkanmu untuk dipakai menjadi alat-Nya dalam menjalankan
Amanat Agung. Allah menghendaki supaya kita berkembang dan memakai talenta dan
keahlian yang Dia berikan kepada kita untuk kemuliaan nama-Nya.