Di masa
kecilnya Youla Sayow sempat mencicipi nikmatnya kebahagiaan di tengah-tengah
keluarganya. Meski tinggal di sebuah desa terpencil dan hidup dari pertanian, keluarga
Youla terbilang sejahtera karena sang ayah mendapat warisan yang cukup besar dari orang tuanya.
Sayangnya kenyamanan
hidup itu tak berlangsung lama. Orang-orang desa mulai iri dengan kenikmatan hidup
keluarganya, hingga akhirnya merusak semua lahan pertanian sang ayah. Pertikaian pun terjadi. Peristiwa itu bahkan diperkarakan sampai ke tingkat pengadilan.
Untuk membiayai
proses hukum saat itu, keluarganya terpaksa harus menjual semua lahan persawahan
yang mereka punya. “Semua pada dijual. Tanah pada dijual, semua pada dijual
karena peristiwa itu. Di jual karna untuk kebutuhan sewa pengacara, polisi dan lain-lain. Itu semua orang tua saya lakukan,” ucap ini.
Selama melewati
proses pengadilan itulah, ayah Youla harus kehilangan pekerjaan dan semua harta
yang mereka punya. Dalam kondisi tak lagi punya apa-apa, keluarga ini harus menghadapi kondisi Youla yang sakit-sakitan.
Penyakit Youla
yang tak kunjung sembuh membuat sang ibu cemas. Lewat anjuran tetangganya, sang
ibu pun berpikir untuk membuang Youla jauh dari keluarganya. “Mereka bilang
begini, ‘Anak kalau mau selamat. Anak kamu kalau mau panjang umur dibuang,’ katanya.
Waktu kecil sih saya sangat menderita dengan (ucapan mereka) itu,” demikian disampaikan Youla.
Rasa sakit hati
Youla semakin besar setelah ibunya menyampaikan rencana itu kepada sang ayah. Meski
dengan berat hati, Youla pun dititipkan kepada keluarga mereka. Ada perasaan sedih
dan berontak yang tak mampu diungkapkan Youla waktu itu. “Kenapa saya nggak
tinggal di rumah saja sama-sama dengan orang tua, sama seperti kerinduan papa saya, sekalipun makan nasi sama jagung yang penting bareng-bareng”.
Tak ada anak
yang tak ingin tinggal bersama orang tuanya. Karena seperti kita tahu bahwa
dari merekalah kita mendapat kasih sayang yang nggak bisa kita dapatkan dari
orang lain. Tapi keinginan malah tak didapatkan oleh seorang Youla. Dia harus tinggal di rumah keluarga dan hidup begitu menderita.
Saat jauh
dari keluarga, Youla memang jauh lebih sehat. Tapi tetap saja dia tak merasakan
ada kenyamanan di sana. Dia tetap ingin kembali kepada keluarganya. Dengan tekad
itulah, Youla berjuang keras untuk bisa mengumpulkan banyak uang dan membuktikan bahwa dirinya mampu membantu orang tuanya.
Lewat
sebuah firman yang didengarnya di sebuah ibadah, pandangan Youla bahwa dirinya bukan
pribadi yang berarti akhirnya diubahkan oleh Tuhan. Ada luka hati yang sudah
lama mengendap dalam hati Youla, dan itulah yang membuat hidupnya kerap
menderita. Tapi saat itu dengan terbuka dia mau membuka diri dan mengakui semua luka-luka batin di dalam dirinya.
“Waktu itu saya
di tempat ibadah. Ada firman dia bicara tentang hati. Dia bicara tentang
pemulihan. Di situ saya bilang, “Tuhan saya mau dipulihkan.” Itu aja. Dan waktu
doa, benar-benar saya rasa, saya ternyata orang yang ndak beres. Hati yang
terluka, hidup yang ndak dipulihkan. Di situ saya rasa, ‘ternyata hidup saya
ini hancur. Nggak ada arti apa-apa. Tapi Tuhan yang angkat saya dan buat saya berarti,” ungkap Youla.
Di momen itulah
Youla mengalami pemberesan hati. Bahkan luka-luka hati di masa lalu, termasuk sakit
hatinya kepada sang ibu akhirnya diselesaikan di hadapan Tuhan. Tak hanya sekadar
berdoa dan memohon ampun, tapi Youla pun untuk pertama kalinya mengakui kebencian itu kepada sang ibu.
“Pokoknya saya
peluk. Saya minta maaf sama dia karena saya nggak tahu selama ini perjuangan dia
itu karena dia sayang sama saya. Karena dia pengen saya hidup,” tutur Youla sembari melinangkan air mata.
Setelah kembali
lagi ke kampung halaman, Youla kembali jatuh sakit. Dari hasil diagnosa dokter,
dia dinyatakan menderita liver, pengentalan darah dan divonis tak akan bertahan
hidup lama. Saat mendengar hal itu, dirinya mengaku terguncang dan takut menghadapi kematiannya sendiri.
Kondisi keuangan
orang tua yang juga terbatas, membuat Youla menolak untuk mendapat perawatan
medis. Dengan penuh iman dia mengatakan bahwa Tuhan mampu memulihkan segala sakit
penyakit yang dideritanya. “Ibu saya bilang ayo kita ke rumah sakit, saya
bilang ‘Saya nggak mau. Saya punya Tuhan yang hebat.’ Waktu itu saya sempat
bilang begitu sama ibu saya. Saya tahu saya punya Tuhan yang sanggup sembuhkan saya.
Kalau pun Tuhan ijinkan saya udah mau mati, terserah Tuhan. Ibu saya dengar itu
dan dia juga sampai nangis. Dia peluk saya, dia nangis. Dia cuma berdoa untuk saya,” ucapnya.
Menyadari
waktu hidupnya yang singkat, Youla akhirnya rindu untuk menyerahkan sisa
hidupnya untuk melayani Tuhan. Tapi ajaibnya, setelah memberikan diri bagi
Tuhan dirinya malah mampu melewati hari-hari yang lebih lama dari vonis medis
yang dia terima. Bahkan hingga saat ini, Youla tetap sehat dan terus melayani. Inilah
mujizat yang dialami Youla. Dia tahu bahwa melalui rasa sakit dan penyakit yang
dialaminya, Tuhan sedang memproses dia supaya memiliki hidup yang berakar kuat didalam
Dia.
Kisah hidup Youla benar-benar menjadi kesaksian dan bukti bahwa Tuhan yang kita punya adalah Tuhan yang hebat dan sanggup memulihkan keadaan kita. Bagi kamu yang saat ini sedang mengalami persoalan luka hati dan sakit penyakit, jangan pernah menyimpannya sendiri. Mintalah Tuhan untuk menolongmu menyingkirkan semua ketidakberesan itu dari hatimu.
Buat kamu yang butuh konsultasi secara pribadi atas persoalan yang sedang terjadi dalam hidupmu, kamu bisa menghubungi tim konseling kami
dengan mengklik menu chat di bawah artikel ini.