Johan Silalahi, Laki-laki yang Pandang Perempuan Hanya Sebatas Nominal Uang
Sumber: Jawaban.Com

Family / 18 December 2017

Kalangan Sendiri

Johan Silalahi, Laki-laki yang Pandang Perempuan Hanya Sebatas Nominal Uang

Budhi Marpaung Official Writer
10405

Sejak SMP, saya sudah  membantu mengantar mama dengan becak barang. Keadaan ekonomi keluarga saat itu pas-pasan. Namun, bapak-mama bisa berhasil menyekolahkan empat anak-anaknya.

Jujur, ada sedikit rasa malu (bekerja seperti itu) tetapi ada sedikit kebanggaan karena saya bisa menghasilkan duit.

Suatu hari, saya diajak seorang teman bermain games di rumahnya. Bosan bermain, teman tersebut menawarkan untuk menonton bersama film khusus dewasa. Karena memang tidak tahu itu film apa, dengan polos saya berkata “apa itu film dewasa?”

Setelah dijelaskan, pada awalnya saya menolak untuk menonton. Namun, karena terus dipengaruhi, saya pun mau juga untuk menonton film khusus dewasa tersebut.

Saya terkaget-kaget setelah menyaksikan adegan di dalam film. Pikiran cabul pun muncul hingga ada niatan untuk melakukan masturbasi.

Seusai menonton tersebut, saya menjadi ketagihan. Setiap melihat gadis, yang ada di benak saya adalah hal-hal yang negatif. Sampai pada akhirnya, di umur 19 tahun, saya memberanikan diri untuk pergi ke sebuah tempat prostitusi dan melakukan hubungan badan dengan perempuan tuna susila.

Sejak saat itu, saya melakukan hal itu terus-menerus. Dalam benak saya, karena saya sudah membayarnya maka ia harus melakukan apapun untuk menyenangkan hati saya.

Namun begitu, saya sadar jika setiap kali berhubungan badan, saya harus membayar maka uang saya akan kehabisan juga. Oleh sebab itu, untuk memuaskan nafsu birahi yang ada di dalam diri, saya mulai mencari perempuan-perempuan untuk saya jadikan pacar.

Perempuan pertama yang saya berhasil dekati adalah perempuan yang saya temui di tempat pekerjaan saya. Ketika itu, saya yang sedang bekerja sebagai seorang bartender sudah berkenalan akrab dengan perempuan ini bertahun-tahun. Ia sering datang ke tempat saya bekerja sebagai konsumen.

Dengan cara yang halus, saya mengajak pacar saya waktu itu ke tempat kost-kostannya. Gayung bersambut. Di sana, kami pun melakukan hubungan suami-istri. Setelah kejadian itu, kejadian berulang lagi sampai ia pun mengandung. 

Ketika mengetahui pacar saya ketika itu hamil, saya menyatakan kepada dia bahwa saya berani untuk mempertanggungjawabkan. Namun, hal itu ditolak oleh dia karena orangtua perempuan tersebut tidak menyetujui hubungan kami. Satu jalan terakhir yang ia katakan kepada saat itu adalah dengan menggugurkannya.

Saya secara pribadi tidak menyetujuinya, namun karena hubungan kami tidak mungkin lanjut hingga ke jenjang berikutnya, saya pun menerimanya.

Tuhan sebenarnya sudah pernah menegur saya dan membawa saya berbalik dari jalan-jalan yang keliru. Lewat sebuah peristiwa dimana saya diamuk massa karena dianggap telah berbuat mesum di wilayah mereka.

Ketika hendak mau dibakar, saya ditolong oleh salah seorang anggota pemilik rumah yang menyatakan saya orang yang baik dan jika macam-macam dengan saya itu sama dengan berurusan dengannya. Nyawa saya pun selamat ketika itu. Bukannya bertobat, saya terus hidup dengan cara saya yang salah.

Suatu hari, saat di kantor, pimpinan di kantor memanggil saya. Melihat performa pekerjaan saya yang buruk, boss memarahi dan memutuskan memecat saya. Semakin menderita, karena di saat-saat itu saya mengetahui bahwa saya menderita sifilis.

Di saat itu, saya datang kepada Tuhan untuk meminta kesembuhan. Saya mengucapkan janji bahwa jika saya disembuhkan, saya tidak akan terlibat dalam pornografi lagi. Kesembuhan itu akhirnya saya terima. Hanya, saya melupakan janji saya kepada Tuhan. Saya kembali lagi jatuh ke dalam dosa pornografi.

Saya kemudian mendapatkan sebuah pekerjaan di sebuah tempat penjualan roti. Di sana, saya bekerja sebagai pelayan. Di sana saya berkesempatan bertemu dengan perempuan-perempuan dari kelas menengah dan eksekutif.

Tanpa saya duga, saya berkenalan dengan seorang perempuan bernama Vonny yang saat itu menjadi manager di tempat saya bekerja. Saya tertarik dan melakukan pendekatan satu tahun kepadanya.

Berjalan waktu, kami berdua akhirnya memutuskan untuk menikah. Tidak lama dari pernikahan itu, saya mendapatkan kondisi tubuh saya begitu lemah. Setelah didiagnosa, saya mengalami gagal ginjal dan harus melakukan cuci darah seumur hidup.

Hati saya tidak menerima kondisi saya saat itu. saya tidak ingin cuci darah. Namun, karena dokter mengatakan ini satu-satunya cara agar saya bisa bertahan hidup, saya pun bersedia melakukan cuci darah.

Mei 2010, ketika itu saya sedang berada di bangsal cuci darah di rumah sakit, saya dikunjungi oleh Susy Theresia, seorang ibu yang memperkenalkan diri sebagai ketua tim pelayanan doa yang ada di rumah sakit tersebut.

Kami berbincang dan dalam rasa keputusasaan akan kehidupan saya, ibu Susy menanyakan tentang dosa yang selama ini saya pernah lakukan dan belum dituntaskan. Di situ saya diingatkan akan dosa saya kepada perempuan-perempuan dan mengaborsi bayi dari perempuan yang saya pernah tiduri. Saya minta ampun kepada Tuhan.

Tidak sampai di situ saja, ibu tersebut menawarkan kepada saya untuk menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan juruselamat pribadi. Dengan hati yang hancur, saya menerima ajakan ibu pendoa tersebut.

Setelah saya menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan juruselamat, kehidupan yang saya jalani perlahan tapi pasti berubah. Saya lebih bergairah dalam menjalani hari-hari saya. Meski harus tetap menjalani cuci darah sebanyak dua kali seminggu, tetapi saya tetap bersukacita.

Saya bersyukur kepada Tuhan karena Ia telah memberikan kehidupan kepada saya. Kehidupan yang ekstra daripada sebelum-sebelumnya. Saya mau mengajak semua yang menyaksikan kesaksian saya ini: hiduplah di dalam Tuhan!

Sumber : Johan Silalahi
Halaman :
1

Ikuti Kami