Seorang
mahasiswa menemui profesor bernama Dr. Howard Hendricks di kantornya di Dallas Seminary
dan mengatakan, “Prof, aku putus sekolah.” Lalu tanya Hendricks, “Kenapa
begitu?”. “Karena aku yakin kalau Tuhan akan segera datang dan aku ingin melayani saja sebelum kedatangan-Nya,” jawab si mahasiswa.
Hendricks
pun menjawab, “Jika ada sesuatu yang kamu lakukan secara berbeda. Jika kamu tahu kalau Yesus Kristus akan datang besok. Maka lakukanlah hal itu!”
Hendricks tidak
menyarankan mahasiswa itu untuk benar-benar meninggalkan sekolahnya dan memilih
untuk berkhotbah di jalanan. Dia justru mengatakan supaya kita hidup setiap hari seperti Tuhan akan datang.
Banyak
gereja yang terjebak dengan nubuatan kedatangan Tuhan. Sampai-sampai mereka
membuat banyak orang menjadi bertingkah aneh. Beberapa orang menjual semua
barang kepunyaannya, berhenti dari pekerjaan dan pergi mengungsi ke puncak
bukit. Inilah yang dilakukan Harold Camping saat Yesus diyakini akan datang kembali pada tahun 1998.
Rupanya hal
ini juga dialami sebagian orang Tesalonika pada zamannya. Mereka terbawa-bawa
dengan pesan kedatangan Tuhan dan memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan
mereka lalu menghabiskan sepanjang waktu untuk memberitakan kabar akhir zaman.
Sementara, saat mereka memerlukan kepentingan dunia, mereka meminta orang-orang
Kristen lainnya membantu mereka! Jadi mereka benar-benar tidak bekerja.
Persoalan ini mungkin hanya terjadi di tahap awal ketika Paulus menulis 1
Tesalonika. Tetapi pada saat dia menulis 2 Tesalonika, masalah ini muncul, dia benar-benar
berurusan dengan orang-orang yang tidak menurut teladan yang dia ajarkan (2 Tesalonika 3: 6-15).
Di dalam
ayat tersebut, Paulus memberitahukan tentang bagaimana cara hidup orang percaya sampai pada kedatangan Tuhan kembali diantaranya:
1. Tetap bekerja dalam kasih satu dengan yang lain
“Tentang
kasih persaudaraan tidak perlu dituliskan kepadamu, karena kamu sendiri telah
belajar kasih mengasihi dari Allah. Hal itu kamu lakukan juga terhadap semua
saudara di seluruh wilayah Makedonia. Tetapi kami menasihati kamu,
saudara-saudara, supaya kamu lebih bersungguh-sungguh lagi melakukannya.” (1
Tesalonika 4 : 9-10) Paulus memulai surat kepada jemaat Tesalonika atas ‘pekerjaan
mereka dalam kasih” (1 Tesalonika 1: 3). Tapi dia tidak ingin jemaat Tuhan itu menjadi puas dengan pujian itu.
Firman Tuhan menyampaikan tiga hal soal mengasihi satu sama lain:
- Saling
mengasihi satu sama lain harus menjadi keunikan dari gereja (1 Tesalonika 4 : 3-8; Yohanes 13: 35; Matius 22: 39; Roma 13: 10; 1 Yohanes 3: 10, 14)
- Allah
mengajarkan kita tentang mengasihi satu sama lain (1 Tesalonika 4: 9; 1 Yohanes 4: 7-8; Yohanes 3: 16; Efesus 5: 1-2)
- Kasih perlu
dipelihara (1 Tesalonika 1: 3; 1 Tesalonika 3: 6,12; 1 Tesalonika 4: 1) Standar
kasih orang percaya adalah teladan Kristus karena kita selalu memiliki ruang
untuk selalu bertumbuh (Yohanes 13: 34). Ingat bagaimana kita diingatkan soal Kasih
dalam 1 Korintus 13: 4-8 bahwa kasih itu ‘sabar, murah hati, tidak cemburu, tidak memegahkan diri dan tidak sombong…”
2. Tunjukkan kasih Allah saat bekerja
Kata ‘supaya
(kami) jangan menjadi beban bagi siapapun di antara kamu’ dalam 2 Tesalonika 3:
8 ini disampaikan sebagai teladan hidup yang benar. Seperti contoh bagaimana seorang
suami yang tidak percaya memerintah istrinya yang saleh. Suami semacam ini tentu
saja tidak akan pernah bisa memenangkan istrinya dengan kata-kata saja. Paulus menyampaikan hal ini supaya kita bisa menjadi saksi-saksi iman yang benar.
‘Untuk sibuk
mengurus pekerjaan kita sendiri’ artinya kita tidak perlu sibuk bergosip, ikut
campur dalam urusan hidup orang lain (2 Tesalonika 3: 11-12) Paulus tidak
mengatakan supaya kita tidak perlu peduli dengan masalah orang lain, melainkan
supaya kita dikenal sebagai orang-orang yang bisa dipercaya tanpa harus menjadi
sumber penyebar gosip. Jadi saksi Kristen juga harus berperilaku benar di tempat kerja, terutama dalam tindakan dan perbuatan.
3. Menunjukkan kasih Allah di tempat kerja menjadi bukti bahwa kita memuliakan pekerjaan Tuhan
Budaya Yunani
di zaman Paulus memandang rendah para pekerja karena mereka hanya dipandang
sebagai budak. Tapi Alkitab secara konsisten menjunjung tinggi segala jenis
pekerjaan. Tuhan memberi Adam dan Hawa pekerjaan di taman sebelum kejatuhan
mereka. Orang-orang saleh dalam Perjanjian Lama bekerja sebagai petani dan
gembala. Paulus bahkan adalah seorang penjual tenda. Yesus bahkan adalah seorang tukang kayu.
Paulus meyakinkan
semua orang supaya melakukan semua pekerjaan seperti melakukannya untuk Tuhan (Kolose 3: 22-24).
4. Menunjukkan kasih Tuhan di tempat kerja bertujuan untuk menunjukkan bahwa kita adalah saksi bagi orang lain
Untuk
menjadi saksi bagi orang lain berarti kita harus selalu menonjolkan pikiran
kita. Kita tidak harus menghabiskan waktu untuk menginjili orang-orang, karena itu tidak akan membuat atasan dan bahkan rekan-rekan lain senang.
Sementara
untuk tetap bisa memenuhi kebutuhan sendiri, kita harus pintar memanajemen
penghasilan kita. Jangan menjadi beban bagi orang lain, sebaliknya jadilah
berkat bagi mereka yang membutuhkan (Efesus 4: 28).
Jadi Paulus
mengajak kita untuk bekerja dalam kasih dan bertindak sesuai dengan kasih Tuhan.