Doaku Tak Henti Kupanjatkan Untuk Anakku yang Tak Sempurna
Sumber: Jawaban.com

Family / 5 January 2017

Kalangan Sendiri

Doaku Tak Henti Kupanjatkan Untuk Anakku yang Tak Sempurna

Lori Official Writer
8518

Namaku Titis Utami. Di sini aku akan berbagi tentang separuh perjalanan hidupku. Dimulai sejak aku berkenalan dengan seorang pria yang ku jumpai di sebuah bar, tempat dimana dia sering nongkrong. Kami saling jatuh cinta dan jalinan asmara ini terus berjalan, meskipun pihak keluargaku tak setuju dengan hubungan kami. Tapi dengan keberanian dan bukti cintanya padaku, dia memintaku untuk menikah dengannya.

Nggak lama setelah menikah, aku pun hamil. Aku nggak bisa menggambarkan betapa bahagianya suamiku saat itu. Sembilan bulan lamanya kami menunggu kehadirannya. Suamiku begitu bersemangat. Dia bahkan sudah menyiapkan nama yang indah untuk dia: Florentia. Nama itu lalu aku tambahkan jadi Maria Florentia.

Hari bahagia itu akhirnya tiba. Aku melahirkan seorang anak perempuan yang cantik dan menawan. Nggak hanya menghadirkan kebahagiaan bagiku dan suami, kehadiran Tia juga berhasil mengubah hidup suamiku yang biasanya suka minum tiba-tiba sama sekali nggak lagi pernah minum. Seluruh perhatian dan cinta kami terfokus hanya untuk buah hati kami.

Belum genap satu bulan sejak kelahirannya, semua kebahagiaan yang kami rasakan tiba-tiba berubah menjadi kesedihan dan linangan air mata. Dia tiba-tiba kejang dan kami begitu panik.

Setelah diperiksa oleh dokter di rumah sakit, Tia didiagnosa mengalami penyakit ephilepsi. Dia malah sempat divonis tak bisa bertahan hidup lebih lama. Kenyataan pahit itu menghancurkan hati kami. Aku hanya bisa menangis dan memohon pertolongan Tuhan.

Hatiku semakin hancur saat melihat buah hatiku yang malang harus menderita dengan rasa sakit yang dialaminya. Aku terus berdoa dan meminta supaya Tuhan kasih kesembuhan buat dia. Mujizat pun terjadi, Tia berhasil melewati masa kritisnya.

Tapi kesedihan kami masih belum selesai sampai di situ. Dia hidup dengan ketidaksempurnaan yang dia punya. Anak kami tidak sama dengan anak-anak normal lainnya. Keterbatasan fisiknya semakin melukai hatiku.

Aku menjerit bukan kepalang di hadapan Tuhan. Aku mengaku kecewa karena diberikan anak yang tidak normal. Aku tahu Tuhan mendengarkan dan dengan cara-Nya yang ajaib Dia membisikkan pesan yang begitu lembut ditelingaku. Katanya, “Kamu harus bersyukur dan berterima kasih karna Aku sudah memberi kamu seorang anak brilian. Karna dengan adanya Tia akan mengubah hidup kamu. Karena dengan adanya Tia kamu akan mengerti arti hidup ini. Jika Aku memberi kamu anak seperti yang lainnya kamu tidak akan mengerti arti hidup ini’”.

Kondisi Tia tak sedikit pun mengurangi cinta kami untuk dia, apalagi papanya. Tapi kenyataan pahit kembali harus aku hadapi saat suamiku meninggal dunia tanggal 8 Agustus 2015. Aku ditinggal seorang diri membesarkan anak berkebutuhan seperti Tia.

Aku tahu kasih sayang papanya kepada Tia akan selalu dia ingat. Dan aku bersyukur punya suami yang luar biasa. Dengan segala beban berat yang aku pikul, aku mengaku tak akan mampu melewatinya tanpa Tuhan. Doa adalah kekuatanku dan aku menyaksikan mujizat Tuhan terjadi lewat doa-doa itu.

Setelah mendapatkan terapi yang panjang, Tuhan bergerak menolongku. Aku melihat ada perkembangan yang baik atas Tia. Dia sudah mulai mandiri, mau ke gereja dan mau berdoa.  Aku yakin penuh bahwa kesembuhan akan terjadi atas putriku. Meskipun kondisi Tia selalu membuatku sedih, tapi aku bersyukur masih diberi kesempatan untuk berdoa dan bisa menyembah Tuhan bersama Tia. Kesempatan ini membuatku siap ketika aku akan dipanggil Tuhan, karena aku sudah mempersiapkan anakku menjalani hidup yang benar.  

Jauh di lubuk hati ku yang paling dalam, aku tahu bahwa Tia adalah anak pilihan Tuhan. Dia adalah anugerah istimewa Tuhan atas hidupku. Aku percaya suatu saat Tia akan sembuh.

Sumber : Titis Utami
Halaman :
1

Ikuti Kami