Bambang Setiawan: Saya Berselingkuh Saat Istri Alami Gangguan Jiwa
Sumber: jawaban.com

Family / 26 December 2016

Kalangan Sendiri

Bambang Setiawan: Saya Berselingkuh Saat Istri Alami Gangguan Jiwa

Budhi Marpaung Official Writer
7954

Nama saya Bambang Setiawan. Jika banyak pria yang tertarik dengan harta dan kemewahan yang ada di dunia, sebaliknya saya senang sekali dengan kecantikan. Bagi saya, kecantikan adalah segala-galanya.  

Suatu kali, saya menghubungi rekan saya via telepon. Ketika gagang telepon diangkat, yang mengangkat ternyata seorang perempuan. Dari perbincangan ternyata saya tahu bahwa itu bukanlah nomor rekan saya alias saya salah sambung. Namun, karena tertarik dengan suara perempuan di balik gagang telepon tersebut, saya pun menelepon kembali dan mengajak kenalan dirinya.

Gayung bersambut, ajakan saya itu diterima olehnya. Pertemuan terjadi dan kami akhirnya memutuskan untuk menjalin kasih. Hubungan kami ternyata mendapat pertentangan dari keluarga sang perempuan. Tanpa waktu yang lama, kami pun mengakhiri hubungan kami.  

Waktu berlalu, saya bertemu dengan seorang perempuan dalam situasi yang tidak diduga-duga. Ia saat itu sedang berolahraga, sedangkan saya sedang mengambil foto. Seperti biasa, saya pun mengajak kenalan dengannya.

Setelah menjajaki satu sama lain, hati saya pun mantap untuk menjadikan dirinya sebagai istri saya. Muncul keyakinan di hati saya bahwa perempuan inilah malaikat yang dikirimkan Tuhan untuk kehidupan saya.

Gayung bersambut. Kami pun akhirnya menjalani hubungan rumah tangga dan itu berjalan lancar selama tiga tahun.

Suatu kali, keponakan saya dengan teman-temannya mengunjungi rumah kami. Tidak ada hal yang aneh awalnya bagi saya. Namun, beberapa waktu kemudian, dengan mata saya sendiri saya menangkap istri saya waktu itu bermesraan dengan teman keponakan saya. Marah, akhirnya saya mengusir teman keponakan saya tersebut. Sementara dengan istri saya tersebut, saya akhirnya menceraikan dia.

Harapan saya pupus sudah. Saya tidak lagi mau mengejar perempuan. Saya serahkan jodoh saya kepada Tuhan. Pasca kejadian itu, saya memutuskan untuk memotong rambut.

Saya pun pergi mencari salon yang tepat, yang sebenarnya mencari salon yang tukang potong rambutnya cantik. Mata saya pun kemudian terhenti dan tertuju kepada satu salon.

Saya pun mendatangi salon tersebut dan memotong rambut di sana. Sambil memotong, kami pun bercakap-cakap. Dari obrolan, saya tahu bahwa dia adalah seorang janda yang disakiti oleh sang suami.

Dalam waktu yang singkat, saya pun mengajaknya untuk menikah. Ia pun menerima ajakan saya.

Seiring dengan indahnya perjalanan rumah tangga kami, di pekerjaan saya mendapatkan bonus yang tidak terduga karena hasil memuaskan yang saya tunjukkan selama bekerja. Untuk meningkatkan kemampuan fotografi, pimpinan kantor akhirnya mengirim saya ke luar negeri.

Saya pun berangkat ke luar negeri. Selama tiga bulan saya berada di sana. Sekembalinya dari luar negeri, alangkah kagetnya saya ketika mengetahui bahwa istri saya mengalami gangguan jiwa.

Makin hari, bukannya semakin membaik, ulah istri saya justru semakin menjadi-jadi. Tidak tahan dengan kondisi di sana, saya akhirnya memilih berselingkuh dengan perempuan lain dan menghambur-hamburkan uang.

Semakin hari hasil pekerjaan saya pun mengecewakan dan pimpinan saya pun memanggil saya. Di dalam pertemuan tersebut, saya dinyatakan diberhentikan dari perusahaan itu.

Ketidakadaan pendapatan dari sumber lain, saya pun mengalami jatuh miskin. Saya frustasi dengan kondisi saya. Istri saya mengalami gangguan jiwa, pendapatan rumah tangga saya mengalami kemerosotan tajam, semua itu membuat saya berteriak kepada Tuhan dan mengatakan bahwa Tuhan itu tidak adil kepadanya.  

Di saat seperti itu, saya mendapati Alkitab yang sedang terbuka di lantai. Saya pun mengambil dan membacanya dan ada ayat Alkitab yang begitu menghentak saya ketika itu yakni dari Ibrani 10:26-28 yakni dimana salah satu bagiannya berkata sebab jika kita berdosa secara sengaja, tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu.

Saya pun jadi teringat dengan dosa-dosa yang saya lakukan, dan satu suara di hati saya ada yang berkata jangan sekali-kali melakukan hal itu lagi. Itu menjadi titik dimana saya memilih untuk mencari Tuhan lebih lagi.

Pada satu ibadah yang saya ikuti, sang pendeta yang berkhotbah menyampaikan Firman Tuhan mengenai jangan kuatir. Di akhir sesi khotbah, saya mengambil keputusan untuk komitmen ulang untuk hidup dalam kebenaran-Nya dan tidak mau lagi masuk ke dalam lubang dosa.

Keputusan itu membawa dampak besar ke dalam kehidupan saya. Oleh karena anugerah dan kasih Tuhan, saya bisa melihat anak saya berprestasi dan istri saya yang tujuh belas tahun mengalami gangguan jiwa akhirnya sembuh total.  

   

Sumber : Bambang Setiawan
Halaman :
1

Ikuti Kami