Daniel Fendy: Saya Ingin Mati di Usia Muda
Sumber: jawaban.com

Family / 12 December 2016

Kalangan Sendiri

Daniel Fendy: Saya Ingin Mati di Usia Muda

Budhi Marpaung Official Writer
6883

Kehidupan Daniel Fendy sejak SMA begitu liar. Mulai dari mengonsumsi narkoba hingga terlibat dalam berbagai perkelahian dilakukannya. Sebab, cita-citanya hanya satu yakni ingin hidup seperti vokalis band terkenal luar negeri yang dipujanya waktu itu yakni mati (meninggal dunia, pen) di usia 27 tahun.

Hal yang selalu Fendy pikirkan adalah bagaimana selama masa hidupnya ia bisa senang-senang dan mengerjakan apa yang dia mau. Itu juga yang pada akhirnya membuat dia tidak mengenal rasa takut kepada siapapun.

“Perkelahian saya itu bagian dari kehidupan saya. Saya punya ambisi, saya punya kemarahan, saya punya dendam, sudah jadi satu dalam kehidupan saya. Jadi, untuk berkelahi itu sesuatu yang saya keluarkan dari apa yang ada di dalam diri saya,” ujar Fendy.

Rumah adalah tempat yang tidak menyenangkan bagi seorang Fendy. Di sini, ia mengalami hal-hal yang tidak mengenakkan dirinya, bukan hanya dari saudaranya, tetapi juga dari kedua orangtua khususnya ayah.

“Rasanya biasa kalau dipukul, tapi cuma kalau kalau dah dewasa, masih dipukul, masih dimaki, masih dengan kalimat yang kasar, rasanya sakit hati dan kalau dilihat orang itu malu,” ungkap Fendy.  

Di rumah, Daniel adalah seorang anak yang tidak dapat berbuat apa-apa. Ia bahkan harus bersikap manis di depan siapapun yang datang. Sampai suatu hari. Dalam sebuah pertemuan rutin keluarga besar setiap tahunnya, ia mengetahui sesuatu yang penting yang tidak pernah disampaikan kepadanya bertahun-tahun lamanya dari salah seorang sanak keluarga.

Sesuatu yang penting itu adalah sebuah fakta bahwa dirinya ketika kecil sempat mau dititipkan di sebuah panti asuhan.

“Waktu itu perasaan, ya kenapa harus orang lain, kenapa harus saudara, kenapa tidak orang tua? Apa yang harus ditutupi? Jadi saya mencari tahu sendiri. Saya pergi ke panti asuhan tersebut,” imbuh Fendy.  

Di panti asuhan itu, Fendy melihat ada beberapa anak yang tidak punya orangtua, yang orangtuanya meninggal dunia. Namun, ada beberapa anak yang tidak tahu asal usulnya. Ia berpikiran anak yang tidak ada asal-usulnya, bisa jadi anak yang dibuang, anak yang ditinggalkan keluarganya. Dalam pikiran remaja Fendy, ia adalah anak yang dibuang.  

Suatu kali, Fendy terlibat percekcokkan dengan sang adik. Mengetahui adanya ribut-ribut, sang ayah justru menarik Fendy. Dengan segala kemarahan yang ada, ia membenturkan badan Fendy ke mobil. Bukan itu saya, dengan tali yang ada di sekitar, ia memukuli dan kembali membenturkan badan Fendy ke tembok. Tindakan sang ayah telah membuat bajunya menjadi robek. 

“Saya sakit hati. Dalam kondisi seperti itu saya sakit hati, tapi saya gak berani melawan. Saya hanya diam,” kenang Fendy.

Akhirnya Fendy mengambil langkah seribu. Ia kabur dari rumah dan pergi ke Solo, ke rumah salah seorang kerabat keluarga dari sang ayah. Di situ, ia diterima dengan tangan yang sangat terbuka.  

Perlakuan sang paman kepada Fendy berbeda jauh dengan apa yang ditunjukkan oleh sang ayah. Di Solo, ia bebas bisa melakukan apa saja, tanpa harus disembunyi-sembunyikan. Konsumsi shabu-shabu, hubungan seks dengan perempuan-perempuan di kamar, mabuk, semua bisa diperbuatnya tanpa harus merasa takut dimarahi sang paman.

Pada suatu malam, ketika Fendy sedang kumpul mabuk-mabukkan dengan teman-temannya, ada beberapa orang yang mendatangi mereka dan menanyakan salah seorang teman mereka. karena mereka tidak tahu keberadaan teman mereka tersebut, mereka mengatakan tidak tahu. Orang-orang tersebut kemudian pergi meninggalkan mereka. Tidak lama setelah itu, adik dari teman Fendy datang dan mengatakan kalau orang-orang yang mencari kakaknya tersebut adalah orang yang berhutang kepada kakaknya.

Belum selesai mereka berbincang-bincang, beberapa orang yang mendatangi mereka sebelumnya datang kembali. Perkelahian tak terelakkan Fendy berhasil membuat salah seorangnya terluka parah di bagian kepala.

Takut ditangkap pihak berwajib, Fendy langsung pulang ke rumah orangtua angkat, mengemas pakaian dan langsung angkat kaki, kembali ke rumah orangtua kandungnya.

Kehidupan di rumah orangtua kandung pun ia jalani lagi. Suatu ketika, ia mengalami pusing di bagian kepala yang begitu hebat. Kepalanya seperti diremas-remas dan di dalam kepala seperti ada aliran dari bawah ke atas. Setelah itu, lidah langsung masuk, Fendy pun tidak sadarkan diri. Panik, pihak keluarga kemudian memanggil ambulans.  

Ketika berada di rumah sakit, ada seseorang pengunjung yang mendoakan dirinya yang sedang terbaring. Bersama dengan kedua orangtua, orang tersebut mendoakan kesembuhan atas Fendy.

Tiga hari kemudian, Fendy benar siuman. Dokter pun memberi tahu kepada keluarga bahwa apa yang terjadi kepada salah seorang anggota keluarganya adalah sebuah keajaiban. Dari pemeriksaan lanjutan rumah sakit, Fendy diketahui memiliki 7 komplikasi pada tubuhnya.

“ada liver, ginjal, kolesterol, asam urat, penyumbatan pembuluh hati, penyumbatan otak, ada meningitis, semua stadium 3 dan 4, ada kencing manis juga. Di situ dokter berkata ini bisa diselesaikan satu persatu, tidak bisa langsung,” kata Fendy.  

Berjalan waktu, setiap hari, Fendy dites darah. Dalam tes darah terakhir, dokter berkata kepadanya bahwa telah terjadi mujizat. Semua penyakit yang ia alami telah sembuh.

Meski mengalami sendiri kesembuhan supra alami, Fendy masih menyimpan sebuah kekecawaan terhadap ayahnya. Ia sulit untuk mengucapkan minta maaf kepada sang ayah.

“..tetapi tanpa sadar mulut saya berkata, ‘saya minta maaf sama papi’,” ujar Fendy. Akhirnya, waktu itu untuk pertama kali, Fendy dipeluk oleh ayahnya.

Peristiwa dipeluk sang ayah mendorong Fendy untuk belajar tentang kasih Allah.

“Kasih Yesus itu mengampuni, Dia yang memberikan kehangatan; Dia yang memberikan sukacita; Dia bisa memampukan saya untuk mengampuni,” ungkap Fendy.  

Kalau mimpi yang dulu, meninggal dunia di usia 27 tahun, kini Fendy telah mengubahnya. “Saya mau sampai Tuhan memanggil saya, saya mau mengerjakan apa yang Tuhan mau di dalam hidup saya,” pungkas Fendy.

Sumber : Daniel Fendy
Halaman :
1

Ikuti Kami