Seluruh gereja
di dunia akan menghabiskan minggu sebelum masa adven dengan menggelar pesta besar
pengakuan bahwa Kristus adalah Raja atau disebut dengan The Feast of Christ the King. Sejak diresmikan pada tahun 1925, pesta tradisional ini selalu dirayakan secara bersama-sama oleh denominasi gereja.
Perayaan ini
pertama kali dibuat oleh Paus Pius XI yang saat itu menjabat sebagai pemimpin Gereja
Katolik. Paus menetapkannya sebagai bentuk pencegahan terhadap peningkatan modernisasi
dan sekulerisme masyarakat pada saat itu. Dalam pernyataannya Paus Pius XI
mengatakan, “Sementara bangsa-bangsa menghina nama Sang Penebus kita dengan membuat
penekanan-penekanan dalam konferensi-konferensi dan parlemen mereka, kita semua
harus lebih keras memproklamasikan martabat dan kuasa raja kita, segala yang ada di dunia ini adalah kekuasaan-Nya.”
Sejak The Feast
of Christ the King ini digelar, terbukti
berhasil menekan penurunan sekularisme, setidaknya di dunia Barat. Namun di
abad-abad ketika munculnya berbagai bentuk pemerintahan diktator yang mengakui kekuasaan ilahi, perayaan ini menjadi menyimpang.
Dalam
sejarahnya, pesta ini dilakukan setiap bulan Oktober satu minggu sebelum Adven dan
fokus untuk merayakan sejarah keselamatan dan menempatkan Yesus sebagai simbol
harapan orang percaya. Di perayaannya sendiri, pihak gereja akan menyanyikan himne tentang Yesus dan juga mengumandangkan harapan masa depan bagi orang percaya.
Namun seiring
waktu, tidak semua orang suka dengan perayaan ini. Beberapa gereja Anglikan berpandangan
bahwa pesta ini hanya akan menghilangkan salah satu tradisi besar gereja yaitu hari
‘kebangkitan Minggu’ yang ditandai dengan pengadukan puding Natal dan pembacaan frase yang berbunyi, “Bangkitlah, ya Tuhan, harapan orang-orang beriman.”
Sementara sebagian
lainnya yang juga tidak menyetujui pesta besar ini adalah teolog Injili NT
Wright. Dia mengatakan bahwa pesta Kristus Raja harusnya dirayakan saat hari
kebangkitan Yesus. Selain itu, hari adven sendiri adalah perayaan akan
kedatangan Kristus yang kedua kali dan kesempurnaan akan segala sesuatunya.
Sehingga tidak tepat jika harus dirayakan di awal dari rencana besar Yesus.
Meski banyak
pandangan berlawanan dengan pesta ini, gereja-gereja di seluruh dunia tetap saja
merayakannya seminggu sebelum masa adven. Namun gereja mengubah fokus perayaan kepada
pengakuan akan Kerajaan Kristus sebagai pengingat akan prioritas utama dalam hidup
sebelum memasuki masa adven.