Cerita Pedih di Balik Teror Bom Gereja Oikumene Samarinda

Nasional / 14 November 2016

Kalangan Sendiri

Cerita Pedih di Balik Teror Bom Gereja Oikumene Samarinda

Lori Official Writer
4910

Peristiwa pelemparan bom molotov di depan gereja oikumene di Sengkotek, Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim) pada Minggu, 13 November 2016 pagi kemarin menyiratkan cerita pedih. Duka mendalam datang dari salah satu keluarga korban balita yang terluka akibat ledakan bom.

Balita bernama Intan Olivia (3) menghembuskan nafas terakhirnya pada dini hari tadi di RSUD AW Syahranie. Nyawa Intan tak tertolong karena luka bakar yang dideritanya terbilang cukup parah.  

Jenazah bocah malang tersebut rencananya akan di semayamkan di rumah duka, di Jalan Cipto Mangunkusumo, Rt 3, tak jauh dari lokasi ledakan bom.

Respon gereja terkait bom

Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) meminta pemerintah dan penegak hukum untuk mengambil ketegasan dalam menangani persoalan intoleransi terhadap kehidupan umat beragama.

“Kepada pemerintah di bawah kepemimpinan Bapak Presiden Joko Widodo, kami meminta penanganan yang tegas, segera dan profesional atas peristiwa ini,” ujar Sekretaris Jenderal PGI Gomar Gultom, Senin (14/11).

Senada dengan itu, Ketua PGI Kalimantan Timur sendiri Analita Migang telah menyampaikan agar aparat kepolisian mengusut tuntas pelaku pengeboman. Sebab kejadian tersebut merupakan teror bom yang pertama kalinya terjadi di Kaltim.

Analita juga menyayangkan peristiwa tersebut malah terjadi saat jemaat gereja tengah khusyuk beribadah. “Kita sayangkan kejadian ini, yang mana bom terjadi pada hari Minggu (dimana) umat Kristiani beribadah. Ini tolong aparat kepolisian diusut dengan tuntas, karena ada anak kecil yang jadi korban,” tegasnya.

Ia berharap agar kejadian serupa tak lagi terulang. Apalagi di waktu-waktu dekat ini, saat umat Kristen menyambut hari raya Natal.

Aksi heroik Samuel menangkap pelaku

Sesaat setelah melemparkan bom molotov ke arah Gereja Oikumene Samarinda, pelaku akhirnya berhasil ditangkap oleh warga saat pelaku hendak melarikan diri. Salah satu warga bernama Samuel menjadi aktor heroik di balik penangkapan itu.

Seperti dalam pernyataannya, Samuel menuturkan bahwa dirinya saat itu melihat pelaku berlari menuju ke arah Dermaga Sumalindo.

Tanpa pikir panjang, dia yang saat itu tengah mengemudi memacu mobilnya mengejar pelaku. Pelaku yang diketahui mengenakan kaos berwarna hitam dan celana model kargo berwarna coklat itu sempat menghilang.

“Saat saya tiba di dekat dermaga, orang itu tidak kelihatan dan ternyata dia nyebur ke Sungai Mahakam. Saya sempat lihat kepalanya timbul tenggelam lalu saya melihat ada sebuah perahu, kemudian saya minta pemiliknya agar mengejar pelaku,” tuturnya.

Dengan meyakinkan pemilik perahu, Samuel akhirnya berhasil menyeret pelaku ke atas perahu. Meski sempat memberikan perlawanan, Samuel akhirnya bisa melumpuhkan pria berambut gondrong tersebut, kemudian menyerahkan pelaku kepada polisi yang saat itu sudah siaga di Dermaga Sumalindo.

Seperti diinformasikan, pelaku peledakan bom gereja tersebut berinisial J alias MAK (32) yang juga merupakan warga Jalan Cipto, Kelurahan Sengkotek, Kecamatan Samarinda Seberang. Dia juga dikenal sebagai mantan narapidana dengan kasus terorisme dan bebas dari tahanan pada 28 Juli 2014 silam setelah menjalani hukuman selama 3 tahun 6 bulan.

Sumber : Berbagai Sumber/jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami