5 Penjara yang Beralih Fungsi Jadi Destinasi Wisata
Sumber: Newyorkdailynews.com

Entertainment / 14 November 2016

Kalangan Sendiri

5 Penjara yang Beralih Fungsi Jadi Destinasi Wisata

Lori Official Writer
3043

Jika pada umumnya destinasi wisata itu hanya seputar tempat-tempat yang menawarkan keindahan, kemewahan dan kenikmatannya saja, maka liburan yang satu ini jauh dari hal-hal itu. Sejumlah orang di berbagai belahan negara ternyata malah menjadikan penjara sebagai lokasi wisata. Penjara yang dijadikan sebagai destinasi ini bukan kepalang menawarkan sesuatu hal yang tak biasa kepada para pengunjungnya. Yuk intip penjara-penjara apakah itu?

1. Old Melbourne Gaol, Australia

Dalam sejarahnya, Old Melbourne Gaol adalah penjara bagi para pelaku kriminal berat, seperti buronan Ned Kelly dan pembunuh berantai Frederick Bailey Deeming. Penjara ini beroperasi sejak tahun 1842 dan telah menjadi rumah bagi sekitar 133 tahanan yang dieksekusi dan dimakamkan di kuburan tak bertanda di halaman penjara.

Uniknya, penjara ini memiliki koleksi topeng kematian dari para tahanan yang dieksekusi. Setelah tahanan dieksekusi, kepala mereka dicukur dan plester diaplikasikan pada wajah dan kepala dengan tujuan untuk membuat sebuah masker. Masker-masker inilah yang dipajang sebagai bukti kesuksesan dan keseriusan negara dalam memerangi kejahatan.

Sejak tahun 1929-an penjara ini akhirnya beralih fungsi sebagai destinasi wisata. Penjara ini buka setiap harinya mulai pagi sampai petang hari. Khusus untuk hari Natal dan Jumat Agung penjara ditutup untuk umum.

2. Alcatraz Amerika Serikat

Penjara Alcatraz berlokasi di daerah terpencil dan dikelilingi oleh perairan dingin dari San Fransisco Bay. Penjara ini terkenal karena narapidana seperti John Anglin, Clarence Anglin, dan Frank Morris berhasil melarikan diri dari sel tahanan pada tahun 1962. Meski begitu nasib mereka belum diketahui pasti sampai saat ini. Karena lokasinya yang begitu terpencil, penjara ini hanya bisa diakses dengan menggunakan Alcatraz Cruises yang beroperasi dari pier 33 di San Fransisco.

Penjara yang satu ini terbuka bagi para wisatawan setiap hari, kecuali pada hari libur.

3. Devil ??s Island, Guyana Prancis

Penjara ini merupakan peninggalan dari Kaisar Prancis Napoleon III pada tahun 1850-an. Seperti namanya, penjara ini terletak di lepas pantai Atlantik di Guyana Prancis dan menjadi sel tahanan bagi puluhan ribu tahanan politik. Selama di penjara, para tahanan diwajibkan dengan kerja paksa mulai dari membersihkan hutan, membangun jalan dan blok untuk sel mereka sendiri.  

Penjara yang dikelilingi oleh hamparan lautan lepas yang dipenuhi dengan hiu dan medan yang begitu berat, dijamin tidak akan membuat para tahanan berpikir untuk kabur. Namun setelah pemerintahan Napoleon, penjara ini berubah fungsi menjadi tempat wisata. Di sana, para pengunjung bisa menyaksikan setiap sudut penjara dan hasil kerja para tahanan penjara.

4. Robben Island, Afrika Selatan  

Robben Island adalah penjara tua yang telah mendapatkan pengakuan dari UNESCO sebagai Warisan Dunia yang patut dilestarikan dan dijaga oleh negara. Dalam sejarahnya, penjara ini merupakan tempat bagi para penderita kusta, pangkalan militer dan penjara dengan keamanan maksimum bagi para tahanan politik selama zaman apartheid atau sistem negara sanksi Afrika Selatan segregasi rasial.

Salah tokoh politik Afrika Selatan yang pernah mendekap di penjara ini adalah Nelson Mandela. Dia ditahan selama 27 tahun. Setelah bebas, dia malah terpilih menjadi presiden kulit hitam pertama dalam pemilihan demokrasi perwakilan sepenuhnya pada tahun 1994.

Penjara ini bisa dikunjungi dengan menaiki kapal dari Cape Town menuju pulau Robben dan memakan waktu sekitar 30 menit perjalanan.

5. Tuol Sleng, Kamboja

Pada tahun 1975, Khmer Rouge yang berkuasa saat itu mengubah bekas sekolah tinggi ini menjadi penjara keamanan 21, sebuah pusat tahanan yang dilengkapi dengan fasilitas penyiksaan dan pembunuhan massal. Tiga puluh menit ke arah Selatan penjara, tubuh para pria, wanita dan anak-anak termutilasi dibuang di kuburan massal.

Namun penjara ini kemudian berubah jadi museum setelah runtuhnya rezim Khmer pada tahun 1979. Tuol Sleng menjadi museum khusus untuk mengenang korban genosida dan kengerian di zaman sebelumnya. Sekitar 1.7 juta orang menjadi korban pembantaian kala itu.

Tuol Sleng sendiri terletak di ibukota Phnom Penh dan dapat dicapai dengan menggunakan tuk-tuk atau taksi dari kota. Perjalanan hanya menghabiskan waktu sekitar 30 menit. Di sana para pengunjung bisa belajar banyak sejarah tentang Vietnam dan rezim Khmer Rounge. 

Berwisata ke penjara mungkin menjadi pengalaman yang berbeda. Karena di sana Anda tak hanya sekadar belajar soal sejarah, tetapi bisa jadi Anda diingatkan bahwa penjara bisa jadi tempat yang paling mengerikan bagi mereka yang melakukan kejahatan.

Sumber : National Geographic
Halaman :
1

Ikuti Kami