"Saya pernah mendengar orang-orang Kristen mengumpat satu sama lain, menyerang secara lisan satu sama lain dan menganalisa satu sama lain dengan kebenaran sendiri di dalam posting Facebook," tulisnya.
"Saya pernah menyaksikan juga salah seorang Kristen menjelekkan Kristen lain hanya karena mereka memiliki pandangan yang berbeda tentang isu kebijakan publik. Dan saya sudah melihat bagaimana perpecahan rasial di gereja tumbuh lebih dalam ketika seorang pendeta memutuskan untuk mempolitisir khotbah atau memberitahu orang-orang mereka harus memilih dengan cara tertentu untuk menyenangkan Tuhan," sambung Grady.
Grady mengatakan ia percaya orang Kristen bingung bagaimana untuk menyatakan ketidaksetujuannya dalam hal politik.
"Kita memiliki gagasan bahwa berdiri untuk kebenaran menuntut kita untuk mendorong lawan kita keluar dari air. Kita menggunakan pedang lisan dan menusuk musuh kita seperti gladiator Romawi di Koloseum," imbuh Grady.
Grady mencatat bahwa rasul Paulus menjelaskan bagaimana untuk menghindarkan diri dari mendukakan Roh Kudus: "Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan. Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu." (Efesus 4:31-32)
Grady pun mendorong pembacanya untuk "Menjauhkan diri dari mengomel dan mengoceh. Berhenti menjadi marah dan mendorong seseorang."
"Sekira setengah dari populasi kita akan merayakan pemenang pemilu ini Selasa depan, sementara separuh lainnya akan menjilati luka mereka. Saya tidak percaya Roh Kudus akan memihak," ungkap Grady. "Saya percaya Dia sedih dengan cara gereja berperilaku."
Sumber : www1.cbn.com