"Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?" (1 Korintus 6 : 14)
Kita semua setuju
bahwa Alkitab mengingatkan orang percaya untuk tidak menikah dengan yang tidak
sepadan. Tentu saja kita juga setuju bila tidak semua orang harus menikah dengan seorang pendeta bukan?
Tentu tak
sedikit pula wanita yang kemudian menikahi seorang hamba Tuhan atau
pendeta dan menemukan bagaimana posisi yang dihadapi di tengah profesi yang dijalani pasangan mereka.
Lewat sebuah
riset kecil-kecilan yang dilakukan oleh seorang penulis bernama Joe McKeever,
dia menemukan bahwa terdapat 5 alasan jujur wanita memilih tidak menikahi seorang pendeta seperti komentar yang ditemukan dari beberapa wanita.
1. Seorang pendeta hidup selama 24 jam/7 hari seminggu/365 hari setahun mengerjakan pekerjaannya.
Bahkan
pada hari libur dan saat sedang liburan, pikirannya selalu terarah pada
pekerjaannya. Jika Anda ingin menikahi pria yang bekerja dari jam 8 pagi sampai 5 sore saja sehari, maka pendeta bukanlah pilihan. “Pendeta tidak pernah ada di rumah,” tulis sebuah komentar.
2. Pendeta selalu bangun di malam hari dan mulai melakukan sesuatu hal atau menuliskan ide-ide.
Aktivitasnya saat bangun dan kembali untuk tidur pasti
akan sangat menganggu pasangannya. Meskipun bagi mereka ini adalah sesuatu yang normal.
3. Pendeta memiliki kehidupan iman yang kuat, seperti yang digambarkan dalam Ibrani 11.
Kadang-kadang pendeta akan melakukan hal-hal aneh untuk
alasan yang baik dan satu-satunya penjelasan yang mereka berikan adalah “Saya merasa
Tuhan ingin saya melakukan ini.” Wanita yang belum memiliki tingkat keimanan yang sama pasti tidak akan memilih pendeta sebagai pasangannya.
4. Pendeta hidup bagi orang lain.
Seorang pendeta memang akan menjalankan tugas panggilannya
untuk melayani banyak orang. Sementara sebagian besar wanita justru membutuhkan
perhatian dan kehadiran pasangannya setiap waktu. Bagi wanita yang tak tahan kerap
ditinggalkan dan seakan diabaikan, pendeta bukanlah pilihan untuk dijadikan pasangan hidup.
“Anda adalah prioritas terakhirnya. Orang lain akan diutamakan terlebih dahulu daripada Anda dan anak-anak Anda,” sebut wanita lainnya.
5. Pendeta tidak memiliki materi yang lebih baik dibanding dengan profesi yang lain.
Para wanita berpikir bahwa hidup seorang pendeta itu sangat
pas-pasan. Dia hanya menerima gaji dan tunjangan terbatas yang diberikan gereja
pusat untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Mereka juga akan memotong gaji untuk
persepuluhan ke gereja. Para pendeta juga dianggap tidak bisa menikmati kehidupan
mewah seperti orang lain. Meskipun mereka memiliki banyak uang, pendeta lebih
memilih hidup sederhana dan tidak mencolok untuk menunjukkan contoh yang baik bagi jemaatnya.
“Bayarannya mengerikan, manfaat yang imajinatif dan dukungan
dari gereja tidak dapat dipercaya,” tulis komentar lainnya.
Meski alasan-alasan ini benar-benar logis dan diterima
sebagai fakta yang ril. Tetapi tetap saja wanita yang melontarkan alasan di
atas adalah mereka yang tidak siap menghadapi kehidupan seorang pendeta. Mereka
adalah wanita-wanita yang tidak mendapat panggilan yang sama dengan pasangannya
dan tidak bisa mendukung profesi pasangannya sebelum memutuskan untuk
menikahinya. Karena asalkan Anda siap saja, apapun profesi pasangan Anda alasan-alasan
di atas tak lagi menjadi masalah besar dalam hidup rumah tangga Anda kelak.