Kemampuan berbicara
dan mendengar adalah faktor sederhana dalam mencegah setiap orang tua kehilangan
anak-anak mereka. Mengapa tidak? Karena komunikasi yang hilang dalam kebiasaan hidup sehari-hari di keluarga hanya akan menimbulkan dampak buruk bagi anak.
“Beberapa penelitian
kami menunjukkan bahwa meskipun tidak semua, tetapi kebanyakan anak-anak yang mengalami
stress menunjukkan beberapa tendesi untuk bunuh diri,” kata Dr K JJohn Vijay Sagar, seorang profesor sekaligus psikiatri anak dan remaja di Nimhans.
Kecenderungan
lain yang juga dialami anak yang stress adalah perlakuan bully, urusan sekolah, gagalnya hubungan dengan pacar dan tekanan akibat
menerima cemoohan dari guru dan teman-teman. “Alasan terbesar anak-anak kehilangan kebahagiaan emosionalnya adalah kurangnya komunikasi dengan orang tua,” terangnya.
Hal ini
dibuktikan dari fakta nyata yang dialami oleh orang tua yang bekerja paruh baya
dan memiliki anak yang pernah ditangani oleh Dr Mahesh Gowda, konsultan psikologi
di Pusat Rehabilitasi Spandana. Orang tua ini harus menerima risiko menyakitkan
kehilangan anak mereka di suatu hari saat mereka baru saja pulang dari kantor setelah
kesibukan bekerja sepanjang hari. Jadi, pada suatu hari pada saat mereka tiba di
rumah, mereka mendapati anak mereka tergantung di kipas dengan kondisi tak lagi bernyawa.
Sehari
sebelumnya, sang anak sudah memberitahukan ayah dan ibunya bahwa dia akan pergi
dan mengambil tugas sekolahnya dari teman. Bagi orang tua yang meyakini anak
mereka berprestasi dalam bidang akademik dan hidup dengan kondisi baik-baik
saja, tentunya akan sulit menjelaskan mengapa peristiwa seperti ini terjadi. Namun begitulah realitanya!
Dr Mahesh berpikir
bahwa anak-anak jaman ini sudah terlalu terpaku dengan teknologi dan benar-benar
lupa bagaimana berinteraksi dengan anak-anak lain seusia mereka. “Dua puluh tahun
lalu, kita tidak tahu arti melakukan aksi bunuh diri. Hari ini, tindakan itu sudah seperti menjadi gaya hidup,” ucapnya.
Untuk mencegah
peristiwa menyedihkan ini terjadi kepada anak-anak, salah satu solusi yang sangat
efektif adalah dengan mengambil langkah untuk mau membangun percakapan dengan anak
setiap hari. Karena kesibukan dan ketidakpedulian orangtua membuat mereka tidak
tahu persis akan masalah yang dihadapi anak. Anak sremaja seringkali memendam
pikiran mereka dan kealpaan orangtua membuat mereka kehabisan akal untuk melampiaskan pikiran tersebut.
Ank-anak remaja
sangat memerlukan perhatian dari orang-orang terdekatnya. Karena di usia itulah
mereka mulai menghadapi beragam masalah baru dalam hidupnya. Mereka perlu berbicara
dengan orang lain. Hanya orang tua yang memiliki kapasitas untuk memenuhi keinginan
mereka. “Gagasan ‘tidak ada yang mengerti aku’ harus benar-benar diberantas dari pikiran anak,” ucap Dr Mythili Sharma, psikolog dari Klinik Adhyhara.
Bukan hanya
anak-anak yang sedang terintimidasi saja yang perlu bantuan, tetapi juga anak-anak
pembuat onar. Perilaku mereka yang liar bisa saja disebabkan karena kondisi rumah
yang tidak baik seperti hubungan orang tua yang tidak baik, kurangnya perhatian
dan juga komunikasi keluarga yang tidak dibangun. Atau bisa juga disebabkan oleh
pola asuh orang tua yang buruk.
Realita inilah
yang menjadi alasan mengapa orang tua seharusnya tidak melewatkan waktu berkomunikasi
dan membangun percakapan terbuka dengan anak setiap harinya. Kebiasaan ini
tidak hanya menyelamatkan anak dari beragam masalah yang dia hadapi, tetapi juga
membangun karakter anak menjadi lebih terbuka dan kuat. Sudahkah Anda
meluangkan waktu Anda untuk berbicara dengan anak-anak Anda hari ini?