Dalam Penyiksaan ISIS, Kayla Mueller tetap Setia kepada Yesus
Sumber: Istimewa

Internasional / 6 September 2016

Kalangan Sendiri

Dalam Penyiksaan ISIS, Kayla Mueller tetap Setia kepada Yesus

daniel.tanamal Official Writer
28047
Dibalik begitu banyak kisah menyedihkan mengenai tawanan dan sandera dari gerombolan teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), terselip beberapa inspirasi luarbiasa dari para sandera yang dipenghujung kematiannya, tetap memegang teguh dan kesetiaan tingkat tinggi terhadap iman mereka kepada Yesus Kristus. Salahsatunya dilakukan Kayla Mueller, pekerja dan aktivis kemanusiaan asal Amerika Serikat yang akhirnya terbunuh pada Februari 2015 silam di Raqqa, Suriah.

Dalam situasi tertekan hebat akibat siksaan dan juga pemerkosaan yang dilakukan berulangkali oleh pemimpin ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi, gadis muda peraih gelar sarjana ilmu politik dari Northern Arizona University itu tetap tidak mau berpindah keyakinan, sebuah tawaran final dari al-Baghdadi agar dirinya terlepas dari dera siksaan.

"Dia sangat mengagumkan. Dia adalah seorang gadis yang sangat kuat. Mereka (anggota teroris ISIS), akan berteriak kepada Kayla, anda tahu, untuk menyalahkannya atas segala sesuatu yang Amerika telah lakukan kepada dunia," kata Patricia Chavez dan Frida Saide, dua orang tawanan yang berhasil melarikan diri dan menjadi saksi hidup atas keteguhan hati dan iman Kayla didalam penawanan.

Kayla yang lahir di Presscott Arizona pada 14 Agustus 1988 itu ditangkap dan disandera oleh gerombolan ISIS di Aleppo Suriah pada Agustus 2013 seusai berkunjung ke rumah sakit yang bernama Doctors Without Borders dan kemudian berencana bertolak ke Turki. Hilang kabar sejak saat itu, baru pada Agustus 2015, kabar soal Kayla kembali berhembus. Saat itu dirinya dilaporkan akan dinikahi, atau secara jelas akan dinikahi secara paksa oleh al-Baghdadi, orang yang terus memperkosanya berulang kali. Kematian Kayla terkonfirmasi oleh beberapa sumber terpercaya untuk beberapa media besar di Timur Tengah.

Selain itu pihak keluarga di Arizona juga mendapatkan kiriman foto-foto kematiannya pada Februari 2015, dimana Kayla dipakaikan kafan putih, yang diindikasikan sebagai tanda penghormatan. Sebuah kelompok teroris juga mengatakan bahwa Kayla tewas dalam sebuah serangan udara di Yordania. Keteguhan Imannya tergambar dalam sebuah surat yang dikirimkan kepada keluarganya. Kayla mengatakan bahwa Iman kepada Kristus memberinya sebuah keberanian.

"Aku selalu teringat ibu yang mengatakan bahwa pada akhirnya nanti satu-satunya hal yang harus kita miliki adalah Iman kepada Tuhan. Dan aku sampai disebuah tempat dimana hal tersebut terjadi dalam hidupku. Didalam setiap kata bahwa aku akhirnya harus berserah secara penuh kepadaNya. Sepenuhnya, berserah bukan kepada siapapun, selain Tuhan, dan juga karena doa-doa kalian akhirnya aku dapat dimerdekakan," tulis Kayla dalam sebuah suratnya.

Setiap gadis yang melarikan diri dari penyanderaan mengatakan bahwa Kayla mempunyai banyak kesempatan untuk lari. Namun dirinya mengetahui bahwa penampilannya sebagai orang barat, dapat membahayakan setiap gadis yang bersama-sama akan melarikan diri. Untuk itu dirinya selalu menolak setiap kali ada kesempatan. "Saya mengatakan kepada Kayla; kami ingin melarikan diri dan saya memintanya untuk datang dengan kami. Dia mengatakan kepada saya; 'Tidak, karena saya warga Amerika, jika saya melarikan diri dengan Anda, mereka akan melakukan segalanya untuk menemukan kita lagi," kenang Julia (nama samaran), seorang gadis Yazidi yang dijadikan budak seks oleh ISIS sejak berusia 13 tahun.

Keteguhan dan keberanian ini menginspirasi gadis lainnya untuk berani dan bertekad meloloskan diri, seperti Julia. Dirinya saat ini mengenai Kayla sebagai seorang kakak dan seorang pahlawan. Bahkan Julia memakai gelang warna pelangi bertuliskan Kayla Mueller, di pergelangan tangannya. Dalam kesusahan dan penderitaannya, Kayla lebih memilih memegang tangan Yesus, ketimbang mengkhianatiNya seperti Yudas, atau menyangkaliNya seperti Petrus.


Sumber : Berbagai Sumber
Halaman :
1

Ikuti Kami