Keprihatinan
akan tingginya tingkat prostitusi dan perdagangan anak (child trafficking) di
Indonesia menggerakkan Faye Simanjuntak mendirikan Yayasan Rumah Faye yang
difungsikan sebagai rumah perlindungan dan pemulihan bagi anak-anak korban perdagangan
dan prostitusi. Tentu saja visi besar ini tidak dibangun hanya dalam sehari
saja. Kegelisahan akan nasib buruk yang mendera anak-anak seusianya itu sudah dia rasakan sejak berusia 5 tahun.
Kegelisahan
itu pula kemudian ditularkan kepada ribuan orang yang hadir di acara yang digelar
Cahaya Bagi Negeri (CBN) Indonesia yang bertajuk ‘Imago Creative Conference United to Build’ di Nafiri Convention
Hall pada Jumat, 12 Agustus 2016 silam. Dengan berapi-api, Faye membeberkan fakta tentang ancaman yang membahayakan masa depan anak-anak tersebut.
Dia mengungkapkan,
Indonesia adalah negara yang berada dalam status darurat prostitusi dan perdagangan
anak. “Prostitusi dan perdagangan anak di Indonesia adalah salah satu yang paling
lazim di dunia. Kita nomor tiga dari semua South East Asia (Asia Tenggara), dan
kita nomor 46 dari 196 negara. Tetapi di sini topik seks menjadi hal yang tabu untuk dibicarakan,” jelas Faye saat berdiri membawakan topik konferensinya.
Rumah Faye adalah wadah yang diharap bisa menjadi jembatan untuk menjangkau dan menolong anak-anak korban tindakan eksploitasi seksual di Indonesia. Yayasan ini berdiri sekitar tahun 2011 silam dan terus berkembang menjadi semakin luas seperti sekarang.
“Kita berharap
untuk terus melanjutkan gerakan melawan eksploitasi sek anak-anak. Kita berharap
untuk menjadi medium untuk memulihkan anak-anak meraih mimpi-mimpinya. Dan
banyak orang suka nanya kenapa saya sebagai anak 14 tahun, kenapa saya sebagai
anak sendiri ingin menolong anak-anak korban eksploitasi seks? Ini karena saya
percaya dalam mengasihi semua orang tanpa terkecuali,” jelasnya.
Sejak mendapatkan visi ini di usianya yang masih sangat belia, Faye mengaku merasa harus melakukan sesuatu untuk anak-anak yang tidak seberuntung dirinya. Di Rumah Faye ini, dia menerapkan konsep 3P yaitu Pencegahan, Pembebasan dan Pemulihan.
“Aku masih
muda, tetapi aku berharap untuk mempunyai hati sama besarnya dan aku harap kakak-kakak
ikut bergerak sepertiku. Bergerak untuk berhenti menjadi masalah tetapi menjadi
solusi. Bergerak untuk memberkati sesama dengan apa yang kita sudah punya. Ikut
saya bergerak untuk menjadi perubahan di masyarakat,” tandasnya.