Sepuluh
tahun lalu pria ini menerima donor jantung dari ayah Jane Stepien yang dibunuh saat
dalam perjalanan pulang ke rumah. Kejadian itu terjadi pada bulan September 2012
silam. Ketika Michael Stepien (53), ayah dari Jane, pulang kerja sebagai kepala
koki di sebuah restoran. Dia pun berjalan melalui sebuah gang yang gelap. Tanpa
diduga, seorang anak remaja lalu merampok dan menembaknya di bagian kepala. Meski sempat di bawa ke rumah sakit, nyawa sang ayah tak tertolong.
Saat Michael
terbaring sekarat di rumah sakit, dia dan semua keluarga akhirnya bersepakat untuk
menyumbangkan organ jantungnya kepada sebuah organisasi Pusat Pemulihan Organ
dan Pendidikan. Organisasi ini menjamin keluarga pendonor dan penerima untuk tetap berhubungan satu sama lain setelah operasi tranplantasi.
Michael tergerak
untuk menyumbangkan organ tubuhnya untuk seorang pria bernama Arthur Thomas,
ayah dari empat anak yang tinggal di Lawrenceville, New Jersey. Thomas saat itu menderita gagal jantung.
Setelah transplantasi
berjalan lancar. Hubungan kedua pihak keluarga terus berlanjut, baik melalui telepon,
email dan surat. Ibu Jane, Bernice Stepien bahkan menjalin hubungan yang baik dengan keluarga Thomas.
Saat Jane bertunangan
dengan Paul Maenner pada bulan Oktober silam, mereka belum berpikir tentang siapa
yang akan mendampingi Jane ke altar setelah kematian sang ayah. Atas saran tunangannya,
Jane lalu menulis surat kepada Thomas. Dia meminta pria itu mengantarkan dia ke altar saat hari pernikahannya. Ide inipun disetujui oleh sang ibu.
Tibalah saat
ketika pernikahan berlangsung pada hari Sabtu di sebuah gereja di Swissvale,
tempat kedua orang tua Jane menikah. Saat detik-detik menegangkan ketika pendeta
memanggil sang pengantin memasuki lorong, Thomas pun menggandeng Jane layaknya seorang ayah menghantar putrinya sendiri ke altar.
“Saya pikir
itu adalah cara terbaik supaya dia bisa merasa dekat dengan ayahnya. Inilah jantung
ayahnya yang berdetak,” ucap Thomas.
Kenangan yang juga tak akan terlupakan bagi Jane adalah adegan saat Jane menaruh tangannya tepat di dada Thomas, tempat dimana jantung sang ayah berdetak. Setelah itu, mereka lalu menari bersama. Hubungan kedua keluarga ini tak berhenti di situ, mereka bahkan merencanakan untuk melakukan acara keluarga suatu hari nanti.
Dari kisah ini kita belajar tentang arti sebuah pengorbanan dan pentingnya menghargai pengorbanan itu sendiri. Kerelaan Michael mengorbankan jantungnya bagi seorang Thomas yang tengah sekarat, mengingatkan penulis tentang bagaimana Yesus juga mengorbankan darah dan tubuhnya di kayu salib demi kita manusia berdosa. Kita adalah Thomas yang diselamatkan dengan jantung yang baru dan baik. Kita adalah Thomas yang sudah menerima kehidupan yang baru dari Tuhan. Mari menghargai dan mengingat pengorbanan itu dan mau belajar untuk melakukan hal serupa bagi orang lain. Semoga kita semua diberkati dengan kisah ini.