Dengan Jadi Cantik Aku Pasti Bahagia - Stephanie Sanjaya
Sumber: Jawaban.com

Milenial / 9 May 2022

Kalangan Sendiri

Dengan Jadi Cantik Aku Pasti Bahagia - Stephanie Sanjaya

Lori Official Writer
22882

Namaku Stephanie Sanjaya. Sejak duduk di bangku sekolah, aku sering kali diejek oleh teman-teman sekolah karena kondisi fisik yang tidak sempurna. Aku terlahir tidak sempurna, memiliki cacat lahir. Kata dokter mata ku terkena satu virus, namanya virus toksoplasma yang disebarkan lewat binatang. Dan virus itu membuat mata ku tidak bisa melihat di sebelah kiri.

Aku menjadi bahan olokan teman, di tambah dengan tampilanku yang tidak menarik, kulitku yang hitam dan tidak terawat. Mama memang sering menganjurkan agar aku melakukan perawatan, tetapi karena pergaulanku yang dominan bersama laki-laki membuat ku abai dengan nasihat mama.

Padahal di sekolah, aku suka sekali dengan laki-laki yang suka olahraga, apalagi basket. Tetapi mereka kerap memperlakukanku dengan buruk, laki-laki yang aku sukai malah mengejekku. “Gue dengar loe suka ya sama gue. Masa ia gue suka sama cewek yang kayak gini. Udah item, jelek, matanya kecil lagi sebelah..hahahahaa,” ucap laki-laki itu mengejekku.

 

Baca Juga: Jadi Lulusan Terbaik, Dokter Elia Gunawan Malah Ditolak 6 Rumah Sakit

 

Saat itu aku sadar bahwa ternyata hanya cewek cantik, populer dan menarik yang akan selalu dipandang semua orang. Dan pada titik aku sudah bosan dihina dan diejek, akhirnya aku mulai berpikir untuk mengubah penampilanku.

Sejak aku mulai mengikuti saran mama untuk perawatan, usaha aku ternyata berhasil. Banyak orang yang menyadari perubahan fisik yang aku alami. Bahkan seorang laki-laki yang berbeda usia 10 tahun pun mendekati ku dan kami mulai berpacaran. Saat itu aku merasa sangat berbunga-bunga, kisahku seperti cerita dongeng yang penuh dengan hal menyenangkan dan imajinasi indah.

Sayang, aku harus menyaksikan bahwa laki-laki yang sudah aku sayangi itu ternyata berselingkuh. Hubungan yang pertama kali aku jalani bersama seorang pria harus berakhir karena aku merasa dipermainkan. Aku patah hati dan merasa hidup tidak berarti. Aku merasa perjuanganku untuk berubah tidak ada artinya. Sampai-sampai aku berpikir pendek dengan mencoba bunuh diri, menelan sejumlah obat saat itu.

Usaha bunuh diri itu pun gagal. Aku justru masih diberi kehidupan. Dan tersadar bahwa aku harus move on. Karena aku berpikir hidup ku hanya akan sia-sia kalau hanya harus memilih mati demi laki-laki yang belum tentu memikirkanku. Dari situ aku berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih dewasa. Tentu saja dengan semakin memperbaiki penampilan dan memperluas pergaulan.

Dengan hasil make over yang aku lakukan, aku mulai dipandang menarik oleh orang-orang. Dari cara pakaian, berbicara dan pendidikan pun aku merasa lebih baik. Apalagi hal itu membuatku mendapatkan relasi, teman dan pergaulan yang lebih luas.  Dari situ aku mulai tahu kunci untuk menjadi orang yang dianggap adalah dengan tetap menjadi cewe modern dan modis.

 

Baca Juga: Gavrilla Setiawan, Masih Muda Tapi Divonis Kanker Stadium 4

 

Tak hanya tampil modis dan menarik, aku pun mulai mencoba hal-hal yang belum pernah aku lakukan seperti menikmati dunia clubbing dan minum-minuman keras. Sejak itu, hidup ku berubah drastis. Aku menjadi primadona di sekolah.

Namun hal itu membuatku menjadi sombong dan merasa bahwa aku bisa melakukan segala-galanya. Aku sudah merasa cantik, pintar dan populer. Dari situ aku merasa bahwa tidak cukup hanya sekolah di Indonesia. Aku memutuskan untuk melanjutkan kuliah di Malaysia.

Aku pun ibarat seperti kuda yang lepas dari kandangnya, karena bebas dari pengawasan orang tua. Meskipun pergaulan ku semakin luas, tetapi kelakuanku semakin liar. Di sana aku pun dipertemukan dengan satu pria yang aku pikir akan menjadi pasangan hidup ku. Sayangnya, setelah melakukan banyak hal dan berkorban banyak hal, hubungan itu pun akhirnya putus. Impianku untuk menikah dan punya banyak anak musnah seketika. Lagi-lagi, aku dipermainkan dengan perselingkuhan nya dengan wanita lain.

Untuk sesaat waktu, aku merasakan patah hati yang begitu mendalam. Aku merasa bahwa apa yang aku lakukan selama ini tidak berarti apa-apa. Tetapi berkat sahabat-sahabat dekatku, aku didorong untuk bangkit dan memulai hal yang baru.  

Hingga peristiwa kecelakaan itu membuatku kecewa dan marah. Kecelakaan itu terjadi ketika dua teman ku berusaha menghiburku ketika aku masih mengalami masa-masa berat pasca putus. Mereka mengajakku untuk menghadiri undangan makan siang. Namun entah kenapa, mobil yang kami tumpangi tiba-tiba melaju ke bagian kiri jalan, jalur yang berlawanan arah. Hingga akhirnya, mobil bertabrakan dengan mobil lain. Tanpa pikir panjang, aku buru-buru keluar dan mengambil apa yang bisa aku ambil. Tak lama setelah itu, mobil tiba-tiba terbakar.

 

Baca Juga: Tommy Wong: Anak Yatim yang Sukses Setelah Gagal Berulang Kali

 

Untungnya, aku tidak mengalami patah tulang atau kondisi yang parah. Tetapi saat dokter memeriksa bagian kepala, didapati sebuah tumor otak bersarang di kepala ku. Saat itu aku kembali semakin terpuruk. Aku merasa kecewa bercampur marah karena masalah tampak tak pernah berhenti menerpa kehidupanku.

Aku sudah cacat sejak lahir, suka diejek, lalu disakiti oleh pria yang aku cintai, kecelakaan, lalu kemudian aku terserang tumor otak. Masalah yang silih berganti membuatku berpikir bahwa kisah hidup yang Tuhan tuliskan untukku memang tidak bagus. Saat itu aku lebih memilih kematian.

Tetapi sesuatu terjadi, saat operasi berlangsung aku mendengar suara yang lembut sekali dan yang aku yakini dari Tuhan. Dia berkata, “Kenapa kamu menyakiti Aku?” Saat aku mendengar perkataan itu, rasanya hati ditusuk begitu dalam dan sangat sakit. Aku sempat merasa, “Kog Engkau (Tuhan) kenapa meninggalkan aku? Kenapa Tuhan kasih cobaan begitu banyak? Kenapa Tuhan memberikan cerita hidup saya seperti ini?”

Lalu suara lembut itu kembali terdengar, “Belum saatnya kamu berada di sisi kananku. Masih ada waktumu untuk memuliakan nama Ku”. Hal itu menyadarkanku tentang sosok Tuhan Yesus. Tuhan Yesus itu rela bahkan mati untuk kita semua. Saat operasi itu aku menyadari bahwa Tuhan sudah melakukan banyak hal dalam hidupku. Padahal aku bukanlah siapa-siapa yang bahkan sudah melakukan banyak kesalahan.

Kesembuhan yang aku lewati menyadarkan ku bahwa pengampunan itu masih ada. Tuhan masih mengasihiku dan sejak saat itu aku mulai mengalami pertobatan. Hidupku pun mulai aku persembahkan untuk Tuhan, termasuk mempersembahkan suaraku untuk memuliakan-Nya.

 

Sumber : Stephanie Sanjaya
Halaman :
1

Ikuti Kami