Bagaimana jadinya
bila warga Yerusalem yang berasal dari keyakinan berbeda beribadah di satu atap?
Inilah yang bakal terjadi di tanah suci Yerusalem, dimana umat Kristen, Islam dan Yahudi rencananya akan beribadah bersama pada 5-11 September 2016 mendatang.
Menurut berita yang
dipublikasikan oleh The Media Line, pihak penyelenggara, The Alpert Youth Music
Center di Yerusalem yang merancang tajuk acara ‘AMEN’ ini rencananya akan mengundang
umat beragama Yerusalem untuk berdoa, belajar dan bernyanyi bersama. Ini juga menjadi
kali pertama bagi agama samawi ini beribadah bersama di satu rumah ibadah. Dengan harapan warga Yerusalem yang hidup dalam keberagaman bisa saling mengasihi.
Acara ini
merupakan bagian dari sebuah festival yang disebut “Mekudeshet” (Diberkati, red),
yang merupakan bagian dari Musim Budaya Yerusalem. Panitia acara menyampaikan bahwa
ibadah bersama ini digelar sesuai dengan nubuat yang tertulis dalam Yesaya 56: 7 katanya, “Sebab, rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa”.
“Hal semacam ini
begitu alami terjadi bagi seluruh sektor publik. Anda berdoa bersama. Ini kembali
kepada cara orang-orang kuno di kota ini berdoa, dan berdoa secara komunal, begitu
terkomunikasikan. Saat ini kita hidup dalam kategori itu, yang sejujurnya,
tidak bisa tidak kita lakukan,” ucap Rabbi Tamar Elad-Appelbaum kepada The Media
Line, seperti dilansir Christiandaily.com, Selasa (28/6).
Rabbi Tamar yang
juga terlibat dalam sinagog Sion Yerusalem ini menekankan bahwa membangunrumah ibadah
bersama bukanlah berita baru bagi masyarakat Yerusalem yang berasal dari
keyakinan berbeda itu. Dia mengatakan Yahudi memang mewarisi tradisi untuk mengundang orang-orang untuk berbagi dalam pengalaman ibadah mereka.
Panitia penyelenggara
berharap acara ini bisa menyatukan umat beragama Timur Tengah dan mencegah terjadinya
konflik agama yang selama ini masih terjadi. Umat Kristen adalah kelompok minoritas
yang mengalami diskriminasi di Kota Tua dari serangan kekerasan Muslim dan Yahudi.
Jamal Khader, kepala Patriaarkat Seminary Latin Betlehem mengatakan ketegangan agama dapat mendorong orang-orang Kristen keluar dari Yerusalem, mengingat mereka adalah kalangan minoritas di Yerusalem.
Sumber : Christiandaily.com/jawaban.com/ls