Ada satu
komoditas yang jauh lebih mahal dari emas dan perak. Bila ada dua barisan, satu
barisan membeli besi tua dan satu lagi barisan membeli emas, pasti barisan
membeli emas yang akan ramai. Emas dipandang sebagai satu hal yang sangat
berharga. Namun, ada satu hal lagi yang jauh lebih berharga daripada emas dan hal itu adalah HIKMAT.
Kitab Amsal
ditulis oleh seorang pemuda bernama Raja Salomo. Dia adalah satu-satunya manusia
paling berhikmat di muka bumi dan seorang yang sangat kaya. Dia tahu bahwa
emas, perak dan permata kalah harganya dibandingkan dengan hikmat (baca Amsal
3: 13-14). Apapun yang kita inginkan tidak dapat menyamai hikmat. Orang yang memiliki hikmat tahu bagaimana hidup dengan baik.
Sungguh
mengherankan bahwa dunia berlomba-lomba mengejar emas, perak dan permata
padahal ada yang jauh lebih berharga daripada semua hal tersebut yaitu hikmat
harusnya kita minta dari Tuhan. Karena dengan memperoleh hikmat, otomatis emas
dan perak akan ditambahkan bagi kita. Salomo pun melakukannya. Ketika suatu
hari di usia mudanya, dia mulai berdoa dihadapan Tuhan. “Tuhan, berikan aku
hikmat supaya dapat memimpin bangsa yang besar ini, supaya dapat menjadi hakim bagi mereka yang begitu besar dan hebat ini”.
Tuhan pun
menjawab doanya. Karena Salomo meminta hikmat, maka Tuhan memberikan hikmat yang
tidak pernah dimiliki seorang manusia pun kepadanya. Sayangnya, ketika Salomo
sudah kelebihan hikmat, dia menjadi sembrono dan lupa untuk menjaga pemberian Tuhan itu. Dia lupa berdoa dan berlutut di hadapan Tuhan.
Hikmat tidak
sama dengan pengetahuan dan pengetahuan bukanlah hikmat. Jika pengetahuan diibaratkan
seperti sebuah kapal, maka hikmat adalah kompasnya. Hikmat adalah arah dan tujuan. Archimedes
ketika dia berendam dan badannya mengapung menemukan hukum Archimedes, itu
namanya pengetahuan, tapi Wright bersaudara orang yang membuat pesawat yang
beratnya berton-ton bisa mengapung di udara. Wright bersaudara tahu bagaimana
menggunakan hukum Archimedes menjadikan pesawat terbang di udara, itulah
hikmat. Hikmat adalah tahu menggunakan apa yang kita tahu, pandai memanfaatkan
apa yang kita miliki. Banyak orang pintar yang tidak memiliki hikmat kemudian
salah bergaul. Pesawat yang berangkat dari Jakarta ke Makassar tapi salah 1 derajat ketika berangkat, maka tidak akan sampai ke tempat tujuan.
Hikmat
menentukan kemana kita harus pergi dan bagaimana menggunakan apa yang kita
miliki. Meskipun seseorang itu bodoh tetapi memiliki hikmat, maka ia pun akan
berhasil dalam hidupnya. Orang yang terbatas tapi dia tahu menggunakan
keterbatasannya maka dia menjadi orang yang hebat. Hal ini dialami seorang Ehud
yang memiliki kondisi fisik kidal. Tetapi kekurangannya itu dapat dia gunakan
untuk mengalahkan raja dan dia menjadi hakim besar dalam kitab Hakim-Hakim.
Karena hikmat dia tahu menggunakan kekurangannya menjadi kelebihan. Dia tahu arahnya, dia tahu diri.
Orang bijak
harus tahu tujuan untuk apa uang itu digunakan. Orang yang punya hikmat tahu
bahwa walaupun dia kurang belum tentu dia kalah dengan orang yang memiliki
segala-galanya yang ada di dunia ini. Maka mintalah hikmat maka kita akan
memperoleh bahagia walaupun kita dalam kekurangan. Dengan hikmat kita dapat sampai pada tujuan yang tepat dengan cara yang tepat.
Hikmat
mengajarkan tombol maka yang harus kita tekan.
Hikmat mengajarkan pintu mana yang harus kita masuki, hikmat mengajarkan
jendela mana yang harus kita buka, hikmat mengajarkan siapa yang harus kita
temui. Di dalam masalah yang begitu besar, hikmat tahu bagaimana
menyelesaikannya. Hikmat adalah alasan ketika kita minta sesuatu dan ketika kita minta diberkati.
Hikmat bukan
hanya membuat kita mendapatkan sesuatu seperti pengetahuan yang membantu untuk
mendapatkan sesuatu tetapi hikmat membuat kita menikmati sesuatu yang kita dapatkan dan menggunakannya. Berikut tiga ciri-ciri dari hikmat:
1. Permulaan hikmat adalah takut akan Allah (Amsal 9:10 dan Mazmur 111:10)
Karena hikmat adalah
roh, hal-hal yang sangat rohani tidak bisa dicari dan dibeli, hikmat hanya bisa
minta daripada Tuhan (Ayub 28: 12-28). Arah hidup kita bila dimulai dari takut
akan Allah maka arah hidup kita sudah benar, setiap apa yang kita lakukan
hikmat sudah bekerja. Jangan menguji iman, bila ada godaan dosa
kedagingan/percabulan lari, jangan sok kuat ataupun sok mampu. Jangan
sembarangan menggunakan kuasa yang kita miliki, selalu timbang apakah ini melanggar hukum Tuhan atau tidak.
2. Hikmat itu menghargai perkara rohani lebih daripada jasmani (Efesus 1:17-19)
Kita tahu
menukarkan yang sementara dengan yang kekal, itu namanya orang berhikmat. Apa
yang kita lakukan sudah benar, hidup kita ini sementara tapi kita rela
menyisihkannya untuk sesuatu yang bersifat kekal, yang akan tertanam dalam jiwa
sampai selama-lamanya. Inilah tandanya orang berhikmat. Contohnya ketika kita
menukarkan waktu kita 2 jam untuk memuji Tuhan dan mendengarkan Firman Tuhan di gereja dibanding yang lain.
3. Hikmat itu membuat orang mudah berhubungan dengan orang lain (Yakobus 3:17)
Orang yang
memiliki hikmat itu ramah, mudah bekerjasama, team player, dia mudah
beradaptasi kepada orang lain. Hikmat membuat orang tenang berdekatan dengan
dia, hikmat membuat dia populer dan mudah bergaul. Dia bisa menerima orang yang
berbeda pendapat. Dia tahu kapan perlu mengatur dan kapan perlu tidak mengatur.
Saat kita
kekurangan hikmat, mintalah kepada Tuhan yang memberikan kepada semua orang dengan
murah hati (Yakobus 1: 5-6).