Apakah Orang Percaya Harus Hidup Miskin Untuk Mengikut Yesus?
Sumber: www.redletterchristians.org

Kata Alkitab / 29 April 2016

Kalangan Sendiri

Apakah Orang Percaya Harus Hidup Miskin Untuk Mengikut Yesus?

Lori Official Writer
11350

Ada sebuah kisah terkenal dalam Alkitab dimana orang kaya bertanya kepada Yesus tentang syarat untuk memperoleh hidup yang kekal. Lukas 18: 18-27 menceritakan kisah tersebut sebagai berikut:

"Ada seorang pemimpin bertanya kepada Yesus, katanya: "Guru yang baik, apa yang harus aku perbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Jawab Yesus: "Mengapa kau katakan Aku baik? Tak seorangpun yang baik selain dari pada Allah saja. Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah: Jangan berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu." Kata orang itu: "Semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku." Mendengar itu Yesus berkata kepadanya: "Masih tinggal satu hal lagi yang harus kaulakukan: juallah segala yang kau miliki dan bagi-bagikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." Ketika orang itu mendengar perkataan itu, ia menjadi amat sedih, sebab ia sangat kaya. Lalu Yesus memandang dia dan berkata: "Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah. Sebab lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah." Dan mereka yang mendengar itu berkata: "Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?" Kata Yesus: "Apa yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah."

Saat membaca ini timbul sebuah pertanyaan yang begitu alamiah, yaitu apakah Yesus menganggap kekayaan sebagai ukuran kehidupan rohani orang percaya? Sejumlah orang menginterpretasikan hal ini bahwa materi dan mengikut Yesus tidak bisa disatukan. Penafsiran ini kadang hanya didasarkan pada pembacaan ayat-ayat yang tidak mendalam, meskipun hal itu juga bisa termotivasi oleh ukuran materi dalam kekristenan yang membuat kita tidak nyaman. Terlalu fokus pada berkat materi yang dianggap sebagai kebutuhan yang harus Tuhan berikan dapat menghambat kedisiplinan Kristen, seperti berhemat, bermurah hati, dan mengorbankan keuangan. Sehingga kekayaan materi kadang kala terlihat sebagai bentuk teologi kemakmuran yang buruk.

Apa yang Yesus katakan tentang kekayaan?

Apakah Yesus mengatakan bahwa untuk beroleh hidup kekal orang percaya harus hidup miskin? Apakah kekayaan bisa membuat seseorang tidak bisa masuk ke dalam kerajaan Allah? Ini adalah pertanyaan penting karena kekayaan bisa menjadi faktor penting yang berdampak pada panggilan pribadi seseorang dan juga kemampuan gereja untuk mengatasi masalah sosial yang membutuhkan dana.

Untuk membahas hal ini, kita bisa membaca tentang beberapa kisah yang dituliskan dalam injil Lukas dan Kisah Para Rasul. Salah satu keprihatinan Yesus adalah tentang cara hidup orang kaya (Lukas 6:24), dan hal itu sengaja diperbandingkan dengan orang miskin yang akan mewarisi kerajaan Allah (Lukas 6:20). Ada juga kisah orang kaya yang bodoh, yang mengumpulkan kekayaannya untuk dirinya sendiri (Lukas 12: 13-21). Dalam Lukas 16: 19-31 juga bercerita tentang orang kaya yang tidak berbelas kasih kepada   Lazarus sang pengemis. Selain itu juga terdapat kisah tentang pasangan suami istri, Ananias dan Safira yang mati karena berbohong kepada Petrus tentang jumlah harta benda yang mereka miliki (Kisah Para Rasul 5: 1-11).

Dalam hal ini, injil Lukas tidak menuliskan secara langsung bahwa hal-hal material itu terkutuk. Kita diberitahu tentang gaya hidup Yesus yang sangat jarang dijumpai (Lukas 9:58), ada wanita yang melayani melalui kekayaan yang dimiliki (Lukas 8: 1-3). Yusuf dari Arimatea, seorang anggota Majelis besar dan seorang yang baik dan benar. Saat kematian Yesus, ia membeli makam khusus tempat Yesus dimakamkan. Ayat itu menjelaskan bahwa dia adalah orang yang menanti-nantikan kerajaan Allah (Lukas 23: 50-53).

Apa yang Yesus tekankan terkait kekayaan?

Ada dua hal yang Yesus hendak sampaikan kepada orang percaya terkait kekayaan, yaitu:

Pertama, Yesus tidak mengatakan bahwa orang-orang yang memiliki kekayaan tidak mungkin masuk dalam kerajaan surga, tetapi kekayaan itu dipandang akan membawa kesulitan bagi seseorang untuk masuk ke dalam kerajaan surga.

Ketika Yesus membahas masalah kekayaan dengan pemimpin kaya itu, Ia beralih pada ketetapan universal Allah tentang hukuman secara pribadi. Ia berkata, “Masih tinggal satu hal lagi yang harus kaulakukan..”. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak orang kaya yang melakukan hal baik, meski kekayaan tetap saja telah mengikat hatinya.

Kedua, kita bisa mengambil pelajaran dari kisah ini bahwa kekayaan yang dimiliki oleh orang percaya bisa digunakan untuk mendukung berbagai kebutuhan sosial dan pelayanan. Seperti apa yang dilakukan oleh Lidya Tiatira sebagai perempuan kaya pertama asal Eropa yang menyumbangkan gedung gereja mula-mula di Filipi.

Hal yang paling membuat Allah prihatin adalah ketika orang percaya telah menempatkan kekayaan sebagai pusat dari segalanya. Tanpa menyadari bahwa kepemilikan akan materi itu hanya bersifat sementara. Allah juga khawatir apabila kekayaan bisa menjadi penghambat bagi kita untuk melakukan kehendak Allah sesuai dengan panggilan kita, baik untuk masuk ke dalam kerajaan Allah ataupun dalam pelayanan.

Hal itu membawa kita pada satu pertanyaan penting tentang harta kekayaan dan kerajaan surga, sama seperti yang dipikirkan pemimpin kaya itu. Apakah saya mampu mengurus diri saya sendiri, atau saya percaya kepada Tuhan untuk masalah kesejahteraan saya? Pertanyaan itu masih tetap sama dengan apa yang kita khawatirkan saat ini, tak hanya ketika kita berusaha setia dengan hal-hal yang telah kita berikan, tetapi karena kita menumbuhkan kepercayaan kita akan karya Allah di dunia.


Apakah artikel ini memberkati Anda? Jangan simpan untuk diri Anda sendiri. Let share! Mari berbagi dengan orang lain, agar lebih banyak orang yang akan diberkati oleh artikel-artikel di Jawaban.com seperti Anda. Caranya? Klik di Sini

Sumber : Crosswalk.com/jawaban.com/ls
Halaman :
1

Ikuti Kami