Salah satu tokoh senior Gereja
Masehi Injili di Minahasa (GMIM) Pendeta Prof Dr Wilhelmus Absalom Roeroe tutup
usia pada Minggu dinihari, 27 Desember 2015 di Rumah Sakit Bethesda Tomohon,
Sulawesi Utara. Selama hidupnya, Pendeta Roeroe dikenal sebagai sosok penjunjung tinggi kebersamaan umat dan martabat warga Minahasa.
“Kita betul-betul merasa
kehilangan seorang pendeta, pemimpin, pengajar, dan penganjur pluralisme. Saya
menyatakan dukacita mendalam. Pendeta Roeroe adalah budayawan Minahasa yang
sangat merakyat. Di lingkungan gereja dia adalah seorang Oikumenis,” kata mantan
gubernur Sulawesi Utara (Sulut) Sinyo Harry Sarundajang, seperti dirilis Beritasatu, Senin (28/12).
Sarundajang mengaku,
Sulawesi Utara kehilangan seorang pendeta sekaligus pengajar, budayawan, dan
penganjur pluralisme andalan. “Saya harus akui selama kepemimpinan Pendeta
Roeroe sebagai ketua Sinode GMIM, sentuhan martabat orang Minahasa sangat
kental. Almarhum semasa hidupnya tidak memilah-milah gereja. Semua kalangan dirangkul untuk mewujudkan kebersamaan dalam perbedaan,” katanya.
Pendeta Roeroe yang pernah
menjabat ketua Sinode Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) periode 1970-1990
dan 1995-2000 adalah figur yang sangat dicintai rakyat Sulawesi Utara,
khususnya Minahasa. Sebagai pemimpin gereja terbesar di Minahasa, Pendeta
Roeroe sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan antarumat beragama.
Semasa hidupnya, Pendeta
Willy Roeroe pernah menjabat ketua Sinode GMIM, periode 1979-1990 dan
1995-2000. Dia juga tercatat sebagai ketua Dewan Gereja-gereja Indonesia dan
Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (DGI/PGI) selama dua periode, yaitu
1980-1984 dan 1984-1989. Selanjutnya, pada periode 1989-1994 dipercayakan
sebagai wakil sekretaris Majelis Pertimbangan Persatuan Gereja Indonesia (PGI).