Kelumpuhan Bawa Joni Aereckson Alami Penyertaan Tuhan
Sumber: www.christianfilmdatabase.com

Kata Alkitab / 6 October 2015

Kalangan Sendiri

Kelumpuhan Bawa Joni Aereckson Alami Penyertaan Tuhan

Lori Official Writer
4646

Sebuah kecelakaan ketika berenang di bulan Juli 1967 menyebabkan Joni Eareckson menderita kerusakan tulang belakang yang membuat dia lumpuh dari leher ke bawah. Selama bulan-bulan pertama penderitaannya di rumah sakit, dia mengalami depresi yang berat dalam usahanya mencoba memahami apa yang terjadi pada dirinya. Ia bahkan sempat memohon kepada teman-temannya untuk membantunya melakukan bunuh diri.

Di masa remajanya, Joni adalah seorang atlet olahraga yang berprestasi. Sayangnya, kecelakaan itu akhirnya menghentikan segala hal yang ingin dia raih dalam hidup. Dalam usaha pengobatan tidak membuahkan hasil itu, Joni berkata, “Saya begitu hancur. Hidup saya selama ini begitu padat dengan aktivitas, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Tiba-tiba sekarang, saya menemukan diri saya tanpa siapa pun, tidak dapat bergerak sama sekali. Semua hobi dan apa yang saya miliki tiba-tiba saja menjadi tidak berarti lagi. Bahkan saya tidak dapat memberi makan diri saya sendiri tanpa bantuan orang lain. Saya hanya dapat tidur dan bernafas, selebihnya saya memerlukan bantuan orang lain”.

Saat teman-teman sekolah yang datang menjenguknya melihat dari dekat bagaimana Joni yang biasa mereka kenal sebagai gadis yang sangat aktif, ceria, dan energik terbaring tidak berdaya' mereka tidak siap menghadapi kenyataan tersebut. Seorang di antara mereka tanpa bisa menahan berbisik, “Ya Tuhan.”

Mereka berdiri termangu kaku selama beberapa detik, kemudian mulai berlari ke luar ruangan. Joni dapat mendengar salah seorang dari mereka muntah-muntah di luar, sementara yang lainnya menangis terisak-isak. Joni bertanya-tanya apa yang menyebabkan reaksi mereka seperti itu. Sebenarnya, ada apa dengan dirinya?

Beberapa lama kemudian, ia mengetahui jawabannya. Ia meminta seorang pembesuknya, Jackie untuk memberinya sebuah cermin. Mula-mula Jackie terdiam dan ragu-ragu, tetapi setelah Joni memaksanya maka dengan segan ia mengambilkan sebuah cermin dan memegangnya di depan wajah Joni dengan tangan gemetar. Joni melihat wajahnya dengan sekilas dan berteriak, “Ya Tuhan, bagaimana Kau dapat melakukan ini padaku!” Wajah yang terlihat di cermin adalah wajah dengan bola mata merah yang jatuh ke dalam rongga tengkoraknya dengan ceruk yang dalam dan berwarna gelap. Kulitnya telah menjadi pucat kekuning-kuningan, giginya hitam karena obat-obatan yang telah ia telan. Kepalanya masih gundul dengan logam tertancap di kedua sisi tengkorak kepalanya. Berat badannya menyusut dari 62 kg menjadi 40 kg. Joni menangis tidak terkendali. Akhirnya ia berkata sambil menangis.

“Oh, Jackie, saya perlu bantuanmu. Satu kali saja. Saya tidak tahan lagi menghadapinya”.

“Bantuan apa, Joni? Saya pasti akan membantumu.”

“Bantu saya untuk mati. Bawakan saya beberapa pil atau silet. Saya tidak mau hidup lagi dengan tubuh seperti ini. Bantu saya untuk mati, Jackie”.

Tentu saja Jackie tidak dapat membantu Joni dalam hal ini. Dan Joni pun akhirnya menyadari suatu fakta yang baru bahwa, ‘untuk mati pun ia tidak dapat melakukannya sendiri!’.

Namun, berkat pertolongan dan dorongan semangat dari sahabat-sahabatnya, Joni mulai menyadari bahwa Tuhan tidak akan membiarkan dia dalam ketidakberdayaan seperti itu. Tumbuh sebuah semangat baru dalam dirinya. Selama dua tahun masa rehabilitasi ia menyadari bahwa apa pun yang terjadi, betapa pun buruk situasinya, hidupnya tetaplah sebuah pilihan. Ia dapat memilih hidup dengan penuh penyesalan dan kemarahan pada Tuhan, atau menjalaninya dengan penuh pengharapan bahwa “yang terbaik masih belum tiba”.

Ia pun mulai mencoba mengisi hari-harinya dengan belajar melukis, dengan cara menggigit kuas di antara gigi-giginya. Bukan cara yang mudah dan pasti awalnya membuat frustrasi siapa pun yang pernah mencobanya. Namun, dia berhasil melakukannya. Bahkan lukisan-lukisannya kini banyak dicari dan dikoleksi orang. Salah satu bukunya yang berisi beberapa lukisan terindahnya adalah “Christmas Longing”.

Joni menulis lebih dari tiga puluh buku, beberapa di antaranya menjadi best-seller. Best-seller pertama adalah otobiografinya, Joni, yang difilmkan dan telah diterjemahkan ke dalam lebih dari lima belas bahasa dan telah menyentuh serta mengubah hidup ribuan orang sampai hari ini. Buku-bukunya yang lain berbicara tentang tema-tema persahabatan, keluarga, anak-anak, penderitaan, dan outreach kepada orang-orang cacat. Ia juga menulis beberapa buku anak-anak yang menerima penghargaan dari The Evangelical Publishers' Association dan C.S Lewis Medal Awards.

Pada tahun 1979 ia mendirikan “Joni and Friends” yang bergerak dalam pelayanan kepada orang-orang cacat, keluarga atau teman-temannya. Pada tahun 2002 mereka telah melayani lebih dari 500 keluarga yang menderita cacat melalui 9 Retret Keluarga. Program Wheel for the World mengumpulkan 14.000 kursi roda dari seluruh Amerika yang diperbaiki oleh para tahanan di Lembaga Pemasyarakatan dan dikirimkan ke negara-negara berkembang. Program radio "Joni and Friends" disiarkan oleh 850 pemancar radio dan mendapat penghargaan “Radio Program of the Year” dari National Religious Broadcasters. Dan tak akan ada yang menyangka bila pada akhirnya Joni menikah juga dengan pria yang mengasihinya, Ken Tada pada tahun 1982. Mereka pun bersama-sama melayani hingga saat ini.

Sumber : Berbagai Sumber/jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami