Presiden Joko Widodo Tolak Proposal Kereta Cepat
Sumber: Istimewa

Nasional / 4 September 2015

Kalangan Sendiri

Presiden Joko Widodo Tolak Proposal Kereta Cepat

daniel.tanamal Official Writer
4478

<!--[if gte mso 9]><xml> Normal 0 false false false IN X-NONE X-NONE MicrosoftInternetExplorer4 </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin-top:0cm; mso-para-margin-right:0cm; mso-para-margin-bottom:10.0pt; mso-para-margin-left:0cm; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-theme-font:minor-fareast; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin;} </style>

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menolak proposal kereta cepat Jakarta-Bandung yang diajukan oleh Jepang dan China. Penolakan itu diambil dengan alasan bahwa secara teknis kecepatan riil kereta tersebut ternyata tidak secepat dengan yang dijanjikan oleh kedua calon investor, di mana dalam proposal penawarannya rata-rata kecepatan bisa mencapai 350 kilometer (km) per jam.

Dijelaskan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, untuk menempuh jarak 150 km Jakarta-Bandung kereta cepat harus melintasi lima hingga delapan stasiun. Apabila memperhitungkan waktu transit kereta di sejumlah stasiun itu, maka kecepatan maksimal kereta tersebut sebenarnya hanya sekitar 200 km per jam.

"Walau kecepatannya bisa teoritis 350 km per jam, mereka tidak akan pernah bisa mencapai itu karena untuk mencapai kecepatan 250 km perlu 14 menit. Maka belum sampai kecepatan maksimum sudah mulai harus direm. Sehingga kecepatannya hanya 200-an km," kata.

Atas pertimbangan itu, Jokowi seperti dijelaskan Darmin, menilai untuk menghubungkan Jakarta-Bandung cukup menggunakan kereta berkecepatan menengah, 200-220 km per jam. Selain itu, presiden memperkirakan pengunaan kereta  berkecepatan menengah akan lebih murah 30-40 persen biayanya dibandingkan dengan kereta cepat. "Hanya beda sampainya, dari Jakarta-Bandung paling-paling lebih lambat 10-11 menit, biayanya berkurang jauh," katanya.

Tak hanya itu, lanjut Darmin, dalam proposal yang diajukan oeh Jepang dan China tidak disebutkan secara detil standar pemeliharan dan pelayanan kereta cepat ketika mulai beroperasi. Berangkat dari pertimbangan itu, Mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) itu mengatakan pemerintah akan menyusun kerangka acuan yang jelas untuk pembangunan kereta api dengan kecepatan menengah.

Untuk itu, China dan Jepang jika tertarik dipersilakan mengajukan proposal yang sesuai dengan kerangka acuan yang dibuat Indonesia. "Baik Jepang maupun China dipersilakan menyusun proposal baru dengan kerangka acuan yang kita buat dan rumuskan menurut kebutuhan dan kepentingan kita sendiri," jelas Darmin.

Namun, Darmin kembali menegaskan bahwa pemerintah tidak akan terlibat dalam pendanaan proyek triliunan rupiah tersebut. Dengan kata lain, lanjutnya, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tidak akan digunakan untuk mendanai proyek tersebut, tak terkecuali dengan Penyertaan Modal Negara (PMN) ke Badan Usaha Milik Negara (BUMN). "Hal pertama yang diputuskan oleh Presiden adalah apapun juga pembangunan kereta cepat ini tidak boleh menggunakan APBN. Langsung atau tidak langsung," jelas Darmin.

Darmin Nasution menambahkan, nantinya BUMN akan diberi kewenangan untuk mencari partner dalam menggarap proyek tersebut. "Ya bagaimana rancangannya Kementerian BUMN akan ambil peranan utama," katanya.Sebagai informasi, Presiden Jokowi telah memutuskan proyek kereta cepat untuk diselesaikan secara bisnis oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melalu skema bisnis (B to B).

Pemerintah Jepang Kecewa

Menyikapi keputusan ini pemerintah Jepang melalui Duta Besar Jepang untuk Indonesia Yasuaki Tanizaki menyatakan kekecewaannya. "Kami mengutarakan kekecewaan kami terhadap hasil evaluasi. Kekecewaan kami berdasarkan dua alasan," ujar Tanizaki saat menyambangi kantor Darmin di Lapangan Banteng Jakarta Pusat, Jumat (4/9).

Alasan pertama menurutnya pemerintah memutuskan menolak proposal proyek kereta cepat yang diajukan Jepang dan meminta memperpanjang masa studi kelayakan (feasibility study) terhadap proyek kereta cepat Jakarta-Bandung.

Padahal Tanizaki mengaku pemerintahnya sudah mengeluarkan biaya banyak untuk mendanai studi kelayakan yang dilakukan sejak 2014 lalu. Tak hanya itu, transfer teknologi dari pekerja Jepang ke Indonesia pun juga gencar dilakukan. "Tentu kami sudah mengeluarkan uang sangat banyak," ujarnya.

Kedua, lanjut Tanizaki, Jepang kecewa pemerintah Indonesia meragukan tingkat keamanan dan kualitas kereta cepat buatan mereka. Padahal menurutnya tingkat keamanan dan teknologi kereta cepat buatan Jepang sudah banyak diadaptasi di berbagai negara. "Kami pastikan Jepang memiliki teknologi yang canggih dan keamanan yang tinggi, keputusan ini kami anggap sangat berat," ujarnya.

Kendati demikian, Tanizaki mengatakan Jepang akan tetap menghormati keputusan yang telah dibuat oleh Pemerintah Indonesia. "Kami sangat menghormati apapun keputusannya, kami juga menghormati keputusan masyarakat. Hubungan bilateral kami akan tetap kuat dan terus berjalan," ujarnya.



Sumber : cnnindonesia
Halaman :
1

Ikuti Kami