7 Karakter Merusak yang Kerap Ditolerir Gereja
Sumber: www.whydontyouchange.com

Kata Alkitab / 28 August 2015

Kalangan Sendiri

7 Karakter Merusak yang Kerap Ditolerir Gereja

Lori Official Writer
7467

Belakangan ini, banyak gereja yang tidak sependapat dengan sebuah keputusan menyikapi berbagai fenomena yang terjadi, seperti kasus pernikahan sesama jenis dan pernikahan beda agama yang sempat menjadi sorotan. Tak sedikit dari gereja bahkan mengambil keputusan kompromis yang bertentangan dengan ajaran Alkitab. Akibatnya, banyak orang yang kemudian mempertanyakan kedudukan gereja di masa sekarang ini.

Banyak pendapat yang kemudian mengatakan bahwa sikap gereja saat ini bisa saja dilatarbelakangi oleh semakin kendurnya perhatian gereja terhadap persoalan-persoalan yang timbul di lingkungan, sehingga membuat gereja menjadi lemah dan tidak tegas dalam menanggapi persoalan yang ada sekalipun hal itu benar-benar salah menurut firman Tuhan.

Tanpa disadari sikap demikian justru menjadi celah yang merusak tatanan gereja sesungguhnya. Di mana karakter-karakter buruk dibiarkan tumbuh merusak gaya hidup gereja mula-mula.

Seperti dilansir dari Relevantmagazine.com, terdapat 7 karakter buruk yang kemudian merusak gereja perlahan-lahan, yaitu:

Ketakutan

Kata ‘Jangan Takut’ dan ‘Tidak Takut’ telah disebutkan sebanyak 365 kali di dalam Alkitab. Hal itu tentu saja bukan suatu kebetulan bukan? Dalam 1 Yohanes 4: 18  dikatakan, “Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih”.

Namun, para pekerja gereja sering kali membuat keputusan dalam ketakutan. Seringnya, ketakutan membuat orang Kristen untuk melangkah ke situasi yang berbahaya dengan ragu-ragu. Kita takut menerima risiko yang berhubungan dengan hukum. Hal ini tentu bertolak belakang dengan firman Tuhan yang berkata bahwa orang-orang yang masih merasa takut masih belum sempurna di dalam kasih, karena kasih itu mampu melenyapkan ketakutan.

Apatis (acuh)

Tidak ada yang biasa-biasa saja atau normal bagi Tuhan. Kekuasaan-Nya di luar pemahaman. Keindahan-Nya di luar dari gambaran. Cinta-Nya tak terkira. Allah yang sama yang menciptakan bumi dan membentuk bintang berhasrat membangun hubungan dengan Anda.

Tetapi kita seringnya bersikap apatis, seperti berkata, “Ok. Tuhan mengasihiku. Bagus. Apa makan siang kita hari ini?”

Tak ada orang Kristen yang benar-benar mengenal Tuhan mengatakan demikian acuhnya. Sebaliknya, setiap orang yang benar-benar mengalami Tuhan akan mengalami perubahan, termasuk bersemangat ketika meresponi tentang Tuhan dalam hidupnya. Sayangnya, masih banyak orang Kristen yang apatis terhadap Tuhan, terhadap orang lain dan juga terhadap ketidakadilan yang terjadi di sekitarnya.

Kerakusan

Pernahkah Anda melihat orang yang makan dengan sangat rakus? Atau pernahkah Anda berpikir bahwa Anda adalah seseorang yang rakus? Meskipun makan banyak itu tidak salah, tetapi makan melebihi dari biasanya tetap saja salah. Begitu pula dengan kerakusan tentang hati atau rakus dengan keinginan yang timbul dari hati. Karakter ini timbul karena kita telah kehilangan kepuasan akan anugerah Allah sehingga mata kita berpaling pada hal-hal lain yang merusak diri kita.

Haus Pujian

Setiap orang suka dipuji, dan tidak ada yang salah dengan menjadi bahan sorotan. Tetapi akan menjadi salah ketika kita terus menerus melakukan banyak upaya untuk disoroti dan dipuji oleh banyak orang.

Yesus, bagaimanapun, tidak membutuhkan pujian dan kemuliaan dari manusia. Dia tidak peduli dengan apa yang mereka pikirkan. Dia hanya fokus melakukan kehendak Allah. Karakter inilah yang telah hilang dari manusia.

Kenyamanan

Ketika gereja semakin nyaman, kehidupan Kekristenan pun akan mati. Oleh karena itu, gereja patut memikirkan tindakan apa yang bisa dilakukan untuk menghindari kenyamanan ini. Jika tidak, kenyamanan hanya akan membuat segala pekerjaan gereja sebagai rutinitas. Gereja akan menganggap misi hanya sebagai kegiatan katering untuk orang lain. Jangan biarkan kenyamanan membuat pelayanan melempem dan tidak bertumbuh.

Nasionalis

Banyak orang yang memuji-muji bangsanya dan berjuang mati-matian demi keutuhan bangsanya. Ya, bersikap nasionalis memang tidak salah. Tetapi tanpa didasarkan pada kehendak Tuhan, maka hal itu hanyalah kesia-siaan saja.

Allah tidak abai dengan kepentingan bangsa. Bahkan, Allah membentuk bangsa untuk suatu tujuan kekal melalui anak-anak-Nya. Sehingga orang-orang percaya dipanggil untuk berdiri dan berdoa bagi bangsanya dan bagi para pemimpin bangsanya (1 Timotius 2: 1-4). Firman Tuhan sangat jelas menuliskan bahwa, segenap bangsa akan bertekuk lutut di hadapan Allah, dan hal itu akan terwujud karena gereja berperan besar dalam sebuah bangsa.

Meskipun kita adalah warga negara Indonesia selama kita hidup, tetapi kita adalah warga negara kerajaan surga di dalam kekekalan. Jadi jangan biarkan negara dan gereja berjalan sendiri-sendiri, tetapi sebaliknya keduanya harus berjalan berdampingan.

Kebohongan

Ada bagian yang jarang sekali dibahas dari Matius 5: 33-37, yaitu saat Yesus menanggapi orang-orang Farisi tentang sumpah. Dai berbicara soal integritas. Yesus mengajarkan tentang hidup dalam integritas tinggi. Jadi, kata seperti ‘Saya berjanji’ dan ‘Saya bersumpah’ bukan hal yang pantas untuk diucapkan.

Banyak pelayan gereja atau orang percaya mengatakannya tetapi tidak pernah menindaklanjuti sumpah atau janji tersebut. Hal itu sama saja dengan ‘berbohong’ demi membuat situasi tampak lebih baik. Kita berbohong agar bisa keluar dari kesulitan atau berbohong untuk sebuah kemajuan.

Yesus menegaskan, agar gereja, kita sebagai tubuh Kristus memiliki karakter yang benar yaitu berintegritas dengan ucapan dan tindakan. Jangan pernah berbohong demi mendapatkan sebuah pekerjaan, uang dan kesempatan lainnya.

Kita mungkin seringkali menganggap karakter-karakter di atas sebagai hal yang wajar dan tidak berdampak apa-apa. Tetapi ingatlah, keburukan sekecil apa pun jika dibiarkan terus menerus maka akan bertumbuh menjadi kerusakan fatal yang membuat gereja lama kelamaan sama seperti lembaga-lembaga dunia yang tidak memiliki dasar kebenaran kekal. Jadi, sudah waktunya gereja kembali hidup dengan gaya hidup berdasarkan firman Tuhan.

Sumber : Relevantmagazine.com/jawaban.com/ls
Halaman :
1

Ikuti Kami