Irma Octari: Lebih Baik Mati Daripada Bau Busuk
Sumber: Jawaban.com

Family / 30 July 2015

Kalangan Sendiri

Irma Octari: Lebih Baik Mati Daripada Bau Busuk

Lori Official Writer
11389

Di masa lalunya, Irma Octari pernah mengidap penyakit kulit berupa benjolan-benjolan besar di beberapa bagian tubuhnya. Penyakit itu membuat separuh hidupnya tersiksa. Parahnya, bukan hanya teman-temannya saja yang mengjauhinya, tetapi juga saudara dan keluarga dekatnya sendiri perlahan menjauhinya lantaran bau amis dan busuk yang berasal dari luka benjolan tersebut.

“Mereka semua pada pergi karena baunya badan saya. Saya nggak nyalahin mereka sih. Bau banget memang. Itu baunya bau amis, bau busuk,” ucap Irma.

“Awalnya benjolan kecil. Aku pegang-pegang, kog dileher aku ada benjolan. Semakin hari, benjolannya itu menjalar bahkan sampai ke payudara. Itu ada empat bekas. Di tubuh saya itu awalnya dari leher, di bawah leher, di bawah ketiak sampai ke payudara itu sampai bolong,” terang Irma.

Lantaran terhambat biaya, Muriah, ibu Irma tak mampu membawanya berobat ke rumah sakit. Hal yang hanya ia lakukan adalah dengan menjual perabotan rumah demi mencukupi pengobatan alternatif untuk Irma. Sang ibu hanya bisa meratap sedih ketika Irma mengeluhkan rasa sakit tanpa mampu berbuat banyak hal.

“Ke dokterkan pakai duit gedde. Bapaknya nggak kerja, jarang pulang. Saya aja yang ngurusin anak, si Irma sakit. Cuman sedih doang saya ngelihat dia. Saudara saya udah nggak ngopenin saya. Orang ajarin kemana aja saya pergi. Sampe abis-abisan saya. Jangankan katanya tv, coek tiga ribu perak saya jual buat berobat nambahin ke alternatif,” terang Muriah.

Merasa tak mendapat penyembuhan dari alternatif, Muriah membawa Irma berobat ke dukun atau orang pintar. Sayangnya, upaya pengobatan yang sudah dilakukan berkali-kali itu tak membuahkan hasil. Irma masih tetap menjerit kesakitan dengan kondisi luka di payudara yang semakin parah.

Hingga di suatu ketika, tetangga baru mereka yang bernama Nurlela yang dikenal begitu baik memberikan sebotol minyak kepadanya. “Waktu dikasih minyak itu sih aku terima aja. Karena memang dia itu orangnya baik banget. Tapi saya sempat nggak percaya minyak itu karena obat di rumah itu banyak banget dan banyak menjanjikan sembuh. Buktinya saya nggak sembuh-sembuh. Tapi karena orangnya baik saya mau terima”.

Keputusasaan dan ketidakyakinan yang timbul di hati Irma, membuatnya tidak segera menggunakan minyak pemberian Nurlela yang telah didoakan itu. Kondisi penyakit terus semakin memburuk. Bahkan sang kakak yang bekerja dan membiayai separuh pengobatan Irma sudah tak lagi peduli.

Terbersit kesedihan di hati Irma bahwa ia telah banyak menyusahkan ibu dan kakaknya. Banyak biaya yang sudah dihabiskan untuk pengobatannya, namun tetap saja tak mampu menyembuhkan penyakitnya. Belum lagi rintihan kesakitan yang selalu dialaminya setiap malam. Perasaan putus asa dan tak ebrguna bercampur menjadi satu dan mendorongnya untuk bunuh diri saja. “Aku udah putus asa banget di saat itu karena semua ngejauhin aku. Kondisi juga udah makin parah. Ini payudara udah ancur separoh, udah keluar nanah. Baunya, saya sendiri aja udah nggak kuat,” terang Irma.

“Akhirnya aku mau bunuh diri aku ambil racun serangga terus aku berpikir, ngapain aku hidup mendingan mati aja. Toh aku hidup nggak ada gunanya. Aku nyusahin keluarga, gara-gara aku sakit semua perabotan rumah habis. Pas aku mau ngambil racun serangga aku dengar suara: Aku mengasihimu. Aku lihat nggak ada orang, aku pikir hantu terus aku lari keluar,” kenang Irma saat menghadapi masa-masa putus asanya itu.

Ketika peristiwa itu, Nurlela dengan senang hati membawa Irma ke rumahnya. Dalam kondisi penyakit yang sudah parah dan bau busuk, wanita itu masih tetap mau memeluk dan mencium Irma layaknya seperti orang biasanya. Melalui wanita itulah Irma merasa diterima dan mulai terdorong untuk mencari Tuhan. “Dia selalu perkatakan yang bagus-bagus. Kamu itu cantik, Tuhan sayang sama kamu. Aneh aja gitu denggernya, kog ada ya manusia kayak gitu”.

Di suatu malam ketika Irma meronta kesakitan, ia teringat akan minyak pemberian Nurlela. Ia pun mulai mengoleskan minyak itu dan meminta agar Tuhan menyembuhkannya. “Waktu itu aku ngelihat ada sosok orang berjubah putih di atas langit. Itu banyak banget orang ngerumunin. Sampai naik-naik ke atas gedung, terus teriak-teriak: Tuhan, Tuhan…. Aku lihat ke atas dan Dia bilang “Aku akan kembali menjemput orang yang percaya dan yakin kepadaku””.

Sejak memakai minyak pemberian itu, Irma mengalami tidur yang begitu nyenyak dan kondisi penyakitnya berangsur-angsur sembuh. Ia menyadari bahwa selama ini Nurlela telah lama meninggalkan Tuhan. Setelah itu, ia mengakui bahwa Tuhan bertindak ketika setiap orang mau mencari dan meminta kesembuhan kepada-Nya. “Ketika saya percaya dan menaruh permasalahan saya kedalam tangan Tuhan, saya percaya Tuhan yang bertindak. Saya mulai berdoa: Sembuhkan saya Tuhan seperti Engkau menyembuhkan orang-orang sakit”.

Kini Irma sudah sembuh, yang tadinya bau busuk, jelek dan tak lagi punya teman, saat ini Irma menjadi teman bagi banyak orang. Segala yang dia alami tersebut diperoleh karena keyakinan dan percaya kepada Tuhan yang sanggup memulihkan segala sakit penyakit dan permasalahan manusia.

Sumber : Irma Octari
Halaman :
1

Ikuti Kami