Peran Orang Tua Agar Anak Terhindar Dari LGBT
Sumber: Huffingtonpost.com

Parenting / 2 July 2015

Kalangan Sendiri

Peran Orang Tua Agar Anak Terhindar Dari LGBT

Lori Official Writer
13860

LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual and Transgender) menjadi sorotan media dan publik belakangan ini. Apalagi setelah Mahmakah Agung Amerika telah memutuskan pengakuan akan hak konstitusional kaum LGBT Amerika. Akibatnya, Indonesia sebagai negara yang begitu menantang penyimpangan cara hidup ini turut resah bila kondisi tersebut akan berdampak besar bagi kehidupan warganya.

Keresahan ini juga tentunya akan dialami oleh para orang tua yang mempunyai anak-anak remaja dan dewasa. Dengan faktor lingkungan dan pergaulan, LGBT yang dikenal sebagai salah satu jenis kelainan seksual dan psikologis ini dinilai rentan mempengaruhi anak-anak muda saat ini. Hubungan lelaki dengan lelaki disebut sebagai gay, sementara antara perempuan dengan perempuan disebut sebagai lesbian.

Memang, jika pada masa pertumbuhan dan perkembangan sejak kanak-kanak sampai usia remaja tidak diperhatikan dengan baik, setiap orang mempunyai kecenderungan kelainan seksual. Berbagai faktor dapat menjadi penyebab baik dari lingkungan keluarga, masyarakat, maupun lingkungan eksternal seperti bacaan dan tontonan yang melulu bermotif porno dan tidak memiliki unsur edukasi seks.

Disadari atau tidak, pola hubungan dalam keluarga mempengaruhi perilaku seksual pada masa pertumbuhan dan perkembangan anak sampai usia remaja, bahkan sampai ke usia dewasa. Anak pada masa pertumbuhannya seringkali menirukan tingkah laku orang dewasa di dalam sebuah keluarga.

Sebuah penelitian telah menyimpulkan anak yang tumbuh menjadi remaja yang menderita LGBT disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain:

1. Memiliki ayah yang dingin. Ayah secara fisik dan kejiwaan biasanya kaku dalam mengungkapkan perasaannya. Jarang terlibat dalam kehidupan anaknya.

2. Memiliki ibu yang terlalu besar pengaruhnya dalam keluarga. Dalam keseharian terlalu dominan dalam keluarga dan bahkan pengambilan segala keputusan dilakukan oleh sang ibu.

3. lbu sering tidur dengan anak laki-lakinya dan mengabaikan sang ayah.

4. lbu atau kakak parempuan tidak malu-malu mengganti pakaian atau membuka baju di depan anak atau adiknya. Mereka menganggap anak laki-laki seperti anak perempuan.

5. Baik ayah atau ibu jarang mendorong anak laki-lakinya untuk melakukan kegiatan kelaki-lakian atau sikap kelaki-lakian dalam diri anak. Demikian sebaliknya untuk anak perempuan.

6. Bagaimana perasaan ayah atau ibu terhadap jenis kelaminnya sendiri akan mempengaruhi identitas seksual anak. Misalnya jika ibu merasa bangga menjadi wanita, maka sikap dan perilaku ini akan ditiru anak perempuannya.

7. Perlakuan dan sikap masing-masing orang tua pada jenis kelamin anak. Misalnya ada ayah yang lebih sayang pada anak perempuannya dan keras pada anak laki-lakinya. Remaja akan menangkap kesan bahwa jenis kelamin wanita lebih disukai di rumah ini dibanding laki-laki. Hal ini membuat anak akan berpikir ingin menjadi anak perempuan supaya disayang ayah.

Pola hubungan keluarga sangat berpengaruh dalam perilaku seksual anak. Berbagai aktivitas orang dewasa dalam satu rumah memberi dampak perkembangan seksual mereka. Siapa pun tentu tidak ingin anaknya tumbuh dan berkembang tidak normal, baik dari sisi fisik, kecerdasan, tingkah laku, moral, seksual dan berbagai sisi lainnya.

Dari sisi seksualitas, hubungan harmonis, kasih sayang dalam keluarga dan perilaku yang memperhatikan pembedaan jenis kelamin sangat baik dikembangkan untuk anak agar tidak mengalami kelainan seksual.

Perlu diperhatikan perkembangan anak dalam tingkah laku seksual mereka. Jika mereka menampakkan tingkah dan perilaku seperti di bawah ini perlu mendapat perhatian serius, seperti misalnya:

1. Anak atau anak remaja lebih senang bergaul dengan anak-anak berjenis kelamin yang sama yang usianya lebih muda.

2. Anak takut berbicara dengan lawan jenisnya.

3. Sebagian besar remaja pria senang memakai anting pada satu telinga atau pada kedua telinganya.

4. Memakai pakaian yang feminin dan kurang menyukai kegiatan-kegiatan kelelaki-lakian.

5. Anak atau remaja putri berpakaian seperti atau menyenangi kegiatan yang biasa dikerjakan laki-laki.

Oleh karena itu, jika mendapati gejala tingkah laku anak laki-laki mengarah kepada kelainan seksual ini harus segera dilakukan perubahan pola hubungan dalam keluarga, seperti misalnya:

1. Sang ayah lebih banyak bergaul dengan anak laki-laki. Namun, tidak mengurangi perhatian dan kasih sayang pada anak perempuan.

2. Memberikan dan melakukan kegiatan kelaki-lakian bagi anak laki-laki. Ini bukan berarti anak-anak tidak boleh bermain dengan kegiatan kewanitaan.

3. Membatasi pengaruh ibu dalam kegiatan sehari-hari pada anak lelaki. Ingatkan pada ibu bahwa ibu tidak harus memonopoli pengambilan keputusan dan kebijakan keluarga.

4. Berbicara secara terbuka dan terarah dengan anak-anak. Orang tua harus mempersiapkan anak menghadapi masa depannya. Orang tua dan orang dewasa lain harus kompak dan mau mendengar anak.

Pendekatan agama sangat berarti dalam pembentukan pola berpikir dan berperilaku anak. Secara dini anak sudah ditanamkan nilai-nilai dasar keagamaan. Ketika anak tumbuh ke remaja dan usia dewasa, nilai-nilai agama tetap menjadi pegangannya.


Anda diberkati dengan artikel ini, yuk share artikel ini di Facebook-mu dan ajak teman-temanmu untuk re-share link artikelnya. Semakin banyak yang re-share, semakin keren hadiahnya. Keterangan lebih lanjut, KLIK DI SINI

Sumber : jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami