Andreas Yewangoe: Orang Kristen Bukan Penumpang Gelap di Indonesia

Internasional / 8 June 2015

Kalangan Sendiri

Andreas Yewangoe: Orang Kristen Bukan Penumpang Gelap di Indonesia

daniel.tanamal Official Writer
13314
<!--[if gte mso 9]><xml> Normal 0 false false false IN X-NONE X-NONE MicrosoftInternetExplorer4 </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin-top:0cm; mso-para-margin-right:0cm; mso-para-margin-bottom:10.0pt; mso-para-margin-left:0cm; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-fareast-language:EN-US;} </style>

Dalam segi pengajaran, Kristen dan Islam dinilai memang tidak dapat bertemu. Namun hal tersebut seharusnya tidak dijadikan ukuran untuk mempersatukan keduanya dalam bingkai berbangsa dan bernegara. Hal itu disampaikan salah satu tokoh pemimpin dan pemikir Kristen di Indonesia, Pendeta Andreas Anangguru Yewangoe dalam sebuah diskusi bertajuk “Prahara Kerukunan” menyambut ulang tahun Persekutuan Gereja-gereja Indonesia Wilayah DKI Jakarta (PGIW Jakarta) yang berlangsung di Graha GBI Jakarta, Jumat (5/6/2015)

“Islam dan Kristen tidak pernah bertemu. Ya, dari segi ajaran. Tapi kita selalu bertemu, yaitu dipanggung yang sama yaitu Indonesia. Justru menurut saya kita harus saling bertemu. Karena negara ini dibangun bersama. Itu yang saya tegaskan ulang-ulang. Orang Kristen bukan penumpang gelap disini. Dan orang Islam juga percaya itu. Saya bilang sama Pak Hasyim Muzadi (salah satu tokoh Islam Indonesia dan Nahdlatul Ulama), kami bukan penumpang gelap pak. Oh iya betul pak, kata Pak Hasyim. Anda ikut membangun negara ini. Pergilah ke Taman Makam Pahlawan, begitu banyak salib disana,” kata Yewangoe.

Mantan Ketua Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) ini juga menambahkan bahwa masyarakat beragama di Indonesia punya keunikan tersendiri melalui tradisi budayanya yang berdampingan erat dengan keyakinan. Untuk itu, keunikan yang kaya ini, menurut Yewangoe harus dijaga dan jangan sampai rusak oleh pandangan interpretasi dari luar.

“Jadi jangan sampai kita menginterpretasikan Indonesia, dengan berpegang pada interpretasi dari negara-negara lain. Misalnya dari Pakistan atau Timur Tengah. Indonesia punya keunikan sendiri, seperti Islam Nusantara yang menghormati tradisi dan itu menurut saya tidak perlu berlawanan dengan iman. Justru itu dikuduskan, yang dalam teologi Kristen disebut inkulturasi, dikuduskan dia dan tidak lagi mengingat-ingat hal-hal yang lama dulu, tak perlu dibuang,” tambahnya.

Dalam diskusi ini turut hadir Ketua FKUB DKI Jakarta Prof. DR. Syafii Muhfid dan juga jemaat lintas agama yang berasal dari umat Islam, Hindhu, Budha, dan Kong Hu Cu yang nantinya akan ikut dilibatkan dalam “Ibadah Kolosal Kultural Lintas Iman”, pada pada puncak perayaan.

 



Sumber : Jawaban.com | Daniel Tanamal
Halaman :
1

Ikuti Kami