Artikel Pembaca : Aku Mengenal Yesus Dalam Kekuranganku

Kata Alkitab / 21 April 2015

Kalangan Sendiri

Artikel Pembaca : Aku Mengenal Yesus Dalam Kekuranganku

Puji Astuti Official Writer
5395
<!--[if gte mso 9]><xml> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-para-margin-top:0in; mso-para-margin-right:0in; mso-para-margin-bottom:10.0pt; mso-para-margin-left:0in; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-theme-font:minor-fareast; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin;} </style> <!--[endif]-->

Aku bukan seorang yang ketuhanan. Aku bukan seorang yang hebat. Aku bukan seorang yang punya prestasi dan sesuatu yang membanggakan. Rajin dan tekun adalah karakter yang tidak kumiliki. Otak yang encer adalah anugerah yang tidak kumiliki. Padahal ketiga hal itu adalah anugerah yang ingin kumiliki. Aku hanya seorang yang biasa, dengan sejuta angan yang luar biasa. Aku adalah seorang Esther Sitohang. Aku hampir selalu merasa diriku tidak berguna. Aku hampir selalu merasa tidak pernah berbuat hal yang mampu membuat orang tuaku bangga. Padahal aku sangat ingin melihat tawa bahagia mereka karena bangga terhadapku. Karena kelemahan dan kekurangan-kekuranganku, aku membenci diriku, tidak mampu mengasihi diriku. Lalu bagaimana mungkin aku bisa mengasihi Tuhan Yesus dan ciptaanNya? Nyatanya aku tidak mampu memiliki kasih pada Tuhan dan ciptaanNya. Padahal aku ingin punya hati yang penuh kasih tulus. Banyak kata padahal dalam diriku.

Aku merasa begitu banyak kekurangan. Aku berpikir bagaimana aku mampu menjadi orang yang dikenan Tuhan. Aku berpikir karena aku sering mendengar, bahwa setiap insan adalah pemenang, karena dari jutaan sperma ayahnya, insan itulah yang tumbuh dan menjadi manusia. Aku sering membaca bahwa Tuhan telah lebih dahulu menyediakan rancangan hebat atas setiap manusia yang lahir. Lalu bagaimana dengan aku? Aku berpikir, begitu sulit memahami pelajaran hidup ini. Kerohanianku yang rendah semakin sulit memahami, mempercayai, apalagi mengimani hal positif di atas. Banyak kubaca kisah sukses orang. Tapi semua terasa tidak cocok bagiku. Menurutku mereka memang sudah diberkati Tuhan dengan otak yang cerdas, sekalipun mereka drop out, tidak lulus sekolah. Wajar mereka berhasil, mendapat beasiswa ke luar negeri, lalu menjadi sukses dan kaya. Lalu aku? Tapi aku berpikir lagi, mana mungkin Tuhan tidak adil terhadap orang yang tidak dianugerahi otak cerdas. Banyak hal sering berkecamuk dan campur aduk di pikiranku.

Kekecewaan dalam hidup semakin bertambah seiring begitu terpuruknya hidupku saat ini. Beban masalah begitu banyak dan terasa berat. Bertubi-tubi hadir. Hidupku seolah hancur. Meraung-raung dalam tangisan di doaku, saking sakitnya kurasakan ujian berat yang kuhadapi. Tapi seolah tak ada jawaban doaku, seolah tidak ada yang terjadi, seolah tidak ada yang berubah. Pertolongan yang sangat kuharapkan dari Tuhan, yang sangat kubutuhkan, tak kunjung datang. Membuatku marah, kecewa pada Tuhan. Aku jatuh bangun dalam mempercayai Tuhan. Aku tidak mampu percaya pada Tuhan. Aku hanya mampu berkata Tuhan itu jahat. Aku hanya bertanya kenapa Tuhan tega atas semua kekecewaan, dan keadaanku.

Tapi lambat laun aku mulai paham, mulai percaya pada janji Tuhan, pada isi FirmanNya. aku sering membaca artikel-artikel rohani, membaca Firman, bernyanyi rohani, berdoa dalam isak tangisku. Saat dulu aku melakukan semua itu, semua terasa sia-sia. Tapi aku melihat ada waktunya semua itu ternyata bekerja. Tiada ketenangan, sukacita, rasa bernilai, dan semangat kalau tidak karena berkomunikasi dengan Tuhan. Hanya itu sumber kekuatanku melangkah menjalani hari demi hariku. Kini aku mampu mulai fokus pada Tuhan, tidak lagi pada masalah. Fokus pada masalah seperti dulu menghancurkan jiwaku, membuatku ingin bunuh diri, membuat iblis mampu mengambil alih pikiranku. Aku memang belum mengalami perjumpaan dengan Tuhan secara langsung, seperti yang kuinginkan, seperti yang banyak kubaca. Dulu kupikir Tuhan tidak mau bertemu orang tidak berkenan seperti aku. Kini kupercaya itu karena aku belum sungguh bertekun di dalam Dia.

Saudaraku, aku mengenal Tuhan karena masa suram yang sedang kujalani. Pada saat aku berkecukupan dan bahagia, aku hanya mengenal namaNya secara harafiah. Percayalah, ketika kita sedang dalam penderitaan luar biasa, Tuhan seolah tidak baik, rencanaNya seolah kejam. Tetapi akan ada waktunya kau menyadari itu salah. Selalu lah berkomunikasi padaNya.

Ini kukatakan dari aku, seorang yang tidak percaya, tapi mau pecaya. Kini aku paham bahwa hidup itu pilihan, pilih Tuhan atau dunia. Kini aku paham hidup itu adalah perjuangan, jatuh bangun mengikut Tuhan atau menyerah dan berhenti atau bahkan tidak sama sekali. Ingatlah, semua ini bukan karena usahaku, tetapi hanya karena Tuhan Yesus bermurah hati padaku.

Tuhan Yesus memberkati.

Esther Sitohang

Sumatera Utara


Tulisan ini adalah kontribusi dari visitor Jawaban.com, Anda juga dapat berbagi dan menjadi berkat dengan mengirimkan kisah inspiratif, kesaksian, renungan, pendapat Anda tentang isu sosial atau berita yang terjadi di lingkungan dan gereja Anda dengan mengirimkannya ke alamat email : [email protected].

Sumber : Esther Sitohang
Halaman :
1

Ikuti Kami