Kisah Pembaca : My Perspective About Father God

Kata Alkitab / 31 March 2015

Kalangan Sendiri

Kisah Pembaca : My Perspective About Father God

Puji Astuti Official Writer
4701
10 November 2013 adalah hari yang penting untuk seorang Rusna, ya selain hari Pahlawan, ada hal lain yang gak akan pernah saya lupakan seumur hidup. I think it’s same day with another days Before. Jakarta macet, hectic, ujan deras and gagal les karena kejebak macet. Yang tidak sama adalah apa yang saya alami. Saya ketiduran di bus sewaktu pulang, pas kebangun karena klakson bus yang ngagetin banget, eeehhhhh ternyata aku tertidur sambil menangis. Dalam hati aku berdoa, Bapa, tolong selesaikan semuanya…..
Setibanya dirumah, aku langsung menulis pages ini. Banyak pertanyaan yang ada dibenakku, pertanyaan-pertanyaan itu menumpuk tapi kali ini aku menyimpannya sendiri dan percaya pasti ada jawabannya. But there is no answer without God, yes I see and the answers it’s You Father God. Pertanyaan itu terkait diriku sendiri, hooaaaa aneh ya, tapi aku sungguh2 membutuhkan jawabannya, I’ll tell you details. Beberapa bulan ini, Aku bertanya kepada Tuhan.
Bapa, sebenernya apa yang sedang terjadi padaku ?
Apa yang seharusnya aku lakukan ?
Mengapa aku tidak bisa bangkit dari kegagalanku ?
Mengapa aku mengecewakan banyak orang ?
Mengapa aku jatuh begitu dalam ?
Apakah masih ada kesempatan bagiku ?
Apakah Tuhan marah padaku ?
Dan selama 6 bulan terakhir, aku terus menanti jawaban Tuhan dan mencarinya lewat Firman. Aku benar–benar telah melakukan dosa yang mengecewakan banyak orang, aku melakukannya dengan kesadaran penuh, aku tidak bisa membohongi diriku sendiri dan Tuhan. Dan setelah semua terjadi, aku mengakuinya ke mentor rohaniku. Finally, aku menerima disiplin darinya. Aku harus bersabar sampai waktu yang tidak bisa ditentukan dan fokus pada Tuhan.
Akibat dari apa yang aku lakukan diakumulasi dengan alam bawah sadarku. Selama waktu-waktu disiplin, mata rohaniku ditutupi selaput tebal ketika aku menyembah Tuhan, rasa bersalah yang tak terhingga, rasa tertuduh yang terus menerus, aku berpikir aku telah menyakiti Tuhan, air mata tidak pernah berhenti ketika aku mengingat kesalahanku, aku telah gagal, kegagalanku parah sekali. Aku seorang perfectionist dan dosa adalah masalah besar. Aku sendiri pun tidak mengerti apa yang aku alami, mengapa aku takut datang kepada Bapa, aku terus berpikir Tuhan akan menghukumku, membinasakan, memarahi, mengancam. Aku merasa, aku semakin kerdil, aku ingin mengisolasi diri, aku takut merepotkan orang lain padahal akuingin teriak minta tolong, hingga aku menyadari aku tidak bisa bertobat dan aku hampir menyerah. Aku menyadari kesombonganku tapi aku tidak mampu mengatasinya, aku ingin minta tolong tapi aku berpikir untuk apa terus – menerus merepotkanorang lain???? Aku sudah banyak menyusahkan mentor dan pemimpinku. 
Seperti telah disetting oleh Tuhan, 30 Oktober 2014 aku harus Opname di RS Siloam Semanggi karena keracunan makanan. Dimasa–masa Bed Rest, Papa yang menjagaku meskipun dia harus bolak-balik ke rumah karena Mama juga sakit, seakan Tuhan hendak menyentuh hatiku, aku bersukacita karena papa yang menjagaku, aku bisa menikmati ketika berkomunikasi dengan papa, ketika papa menperhatikanku, itu waktu terbaikku dengan papa. Dilanjut ketika mentoring perdana ku dengan K’ISmi, dengan ajaib dia bertanya tentang hubunganku dengan Papa dan mengingatkan aku tentang keberhargaan diri. Hubunganku dengan papa baik, sampai sekarang pun aku rindu papa menerima Tuhan dan aku telah lama mengampuni papa. Tapi aku tidak menyadari ada hal yang akan Tuhan kerjakan. Sampai aku merasakan Tuhan ‘mengganggu’ kenyamananku.
Selama ini aku berpikir kondisi ku baik, aku lahir baru semenjak 7 tahun yang lalu, Tuhan memberikan apa yang aku minta, disiplin rohani ku normal, aku bisa memaksimalkan masa muda ku, aku radikal tentang kedekatan ku dengan pria yang mendekatiku, aku menyukai kecerdasan yang Tuhan karuniakan, banyak anak muda tidak seberuntung aku, aku special di mata Tuhan, aku pernah audible dengan Dia dan aku mengucap syukur dengan semua itu. trusssss apa yang salah??? Dengan terus penasaran pada Firman Tuhan, akhirnya Tuhan meruntuhkan “Babel” yang aku bangun dengan keangkuhanku, Tuhan harus meruntuhkannya karena Dia ingin segera menolongku.
Aku selalu berinisiatif untuk “menolong” Tuhan, aku sulit untuk mempercayakan seluruh area hidupku untuk dipimpin olehNya, ada area-area yang aku control sendiri, aku kehilangan Secure ketika aku berdosa dihadapan Tuhan dan semua akibat perspective ku yang salah tentang Bapa. Tanpa aku sadari, Aku bertindak sepertinya Bapa sorgawi memperlakukan aku sama seperti Papa memperlakukanku. Ketika salah ya hukuman, ketika salah aku akan merepotkan orang lain hingga aku takut meminta pertolongan orang lain. Aku teringat tentang kasih Bapa surgawi dan rasanya begitu disegarkan ketika mengingat tentang kemurahan dan kekudusanNya. Kaliini aku mengalami Tuhan melalui Firman, ya aku mengalami Kebenaran yang memerdekakan.
Aku belajar dari Francis Chan, seorang Hamba Tuhan yang menulis buku "Crazy Love". Ternyata apa yang ku alami juga di alami oleh Francis Chan, beliau kehilangan Ibu kandungnya yang meninggal ketika melahirkannya dan memiliki Ayah yang tidak pernah menginginkan dia, perasaan terhadap ayahnya itu beralih pada hubungannya dengan Tuhan, Dia berusaha keras supaya jangan membuat Tuhan marah karena dosa dan supaya Tuhan tidak direpotkan karena hidupnya, hal ini berubah ketika dia menjadi seorang ayah. Persepsinya tentang ayahnya mempengaruhi persepsinya tentang Tuhan. Ketika dia menjadi seorang bapa yang sangat mengasihi anak-anaknya, barulah ia menyadari kasih Bapa surgawi yang mengasihinya tanpa Batas ([kitab]Matiu7:11[/kitab] < klik ayatnya untuk baca isinya - red>)  .
Aku juga membaca dengan teliti buku yang berjudul "Berdamai dengan Diri" yang ditulis Qman Samiton Pangellah, itu kesaksian hidup yang luar biasa. Dia gak Jaim untuk mengakui dosa-dosanya dan bagaimana Tuhan pulihkan hidupnya. Seorang luar biasa seperti dia bisa “jatuh”  ya karena setiap kita Ggak ada yang kebal dengan dosa. Dia menuliskan :
Dalam segala hal manusia perlu dan harus serupa dengan Bapa. Karakternya, perilakunya, tutur katanya, pikirannya, perasaannya. Semuanya, kecuali satu!
Manusia hanya dilarang meniru Bapa dalam hal menjadi hakim. Hanya Bapa Pencipta yang boleh jadi hakim. Hanya Beliau yang dapat menjadi hakim yang adil. Makhluk lain tidak berhak dan tidak sanggup. Begini dia menuliskannya, Berdamai dengan Tuhan: menyadari betapa Bapa surgawi, Pencipta mengasihimu , Dia tidak menolak dirimu lagi sebab seluruh kemarahan-Nya telah ditanggung oleh YesusKristus, mengakui keberadaanmu apa adanya, Bapa sudah mengampunimu dan menerimadirimu apa adanya dan terimalah kasih-Nya dengan penuh syukur. Lalu dia menuliskan tentang berdamai dengan Diri : berhenti menghakimi dirimu, tolaklah penghakiman dari setan, Bapa tidak lagi menghakimimu, ampuni dirimu sebagaimana Bapa mengampuni dirimu, terima dirimu apa adanya sebagaimana Bapa menerima dirimu apa adanya dan kasihi dirimu sebagaimana Bapa mengasihi dirimu.
Kebenarannya adalah seluruh dosa telah telah ditebus dan ditanggung oleh Tuhan Yesus di kayu salib dan karena Salib-Nya tidak ada lagi penghakiman. Aku harus “banting setir”, aku mau mengampuni diriku sendiri, aku menerima diriku apa adanya, aku mengasihi diriku sendiri. Jika dosa penghakiman itu terjadi selama 29 tahun di kehidupan seorang Qman Samiton, aku belajar untuk tidak menunda taat pada kebenaran inidan menerima kasih karunia Tuhan untuk bangkit. Aku menyadari aku tidak bisa bangkit tanpa kasih karunia Tuhan, mentor dapat membimbing, menasehati, menegur tapi Bapa yang seutuhnya memulihkan. Mungkinkan Yesus hanya mati untuk dosa-dosa ku sebelum lahir baru??? No, Dia mati untuk membebaskan aku dari penghakiman, kemarahan Bapa telah ditimpakan kepada-Nya, sekali Dia mati sebagai Korban sembelihan terlalu besarimpactnya untuk kehidupanku yang selanjutnya. kematianNya untuk tujuan yang kekal.
Aku belajar juga tentang kehidupan seorang Petrus, yang bernama asli Simon.          Baca  [kitab]yohan1:40-42[/kitab],  Simon berganti nama menjadi Kefas (Petrus) yang artinya batu karang. Orang yang dimuridkan langsung oleh Tuhan Yesus tapi ada sisi karakternya yang membuat dia “terjun bebas” di area kerohaniannya. Dalam [kitab]matiu26:69-75[/kitab], Petrus menyangkali Yesus yang setiap hari berada bersamanya. Dia menyangkalNya 3 kali.
Di Lukas 5:1-11 dengan jelas ketika Tuhan memanggil Simon sebagai penjala manusia, semenjak hari itu Simon Petrus tidak lagi menjadi orang asing di pelayanannya Yesus [kitab]Matiu16:15-19[/kitab].
Woowww, special banget ya seorang Petrus, dapet Nubuatan langsung dari Tuhan. Tapi liat kontroversinya di ayat [kitab]matiu16:22-13[/kitab]. Tuhan tidak pernah menentukan Petrus untuk menyangkal Dia, sekalipun ada nubuatan penyangkalan terhadapNya. Penyangkalan itu adalah keputusan Petrus. Yudas juga menjual Yesus tapi yang membedakan Petrus dengan Yudas adalah Petrus menyesali perbuatannya dan bertobat, dia juga tetap berada di komunitasnya sedangkan Yudas menyesali namun dia gantung diri, yudas bertindak sepertinya Tuhan tidak berkuasa mengampuni dosa dan best moment titik baliknya seorang Petrus adalah ketika perjumpaannya kembali dengan Yesus di Lukas 24. Petrus menangkap pesan Pribadi dari Tuhan untuk mengembalakan Domba-dombaNya dan Petrus mengalami terobosan, Dia dipakai Tuhan ketika dia berkhotbah dan banyak orang menjadi percaya. Selain itu, dia mati martir disalibkan terbalik karena dia merasa tidak layak untuk tersalib seperti Tuhan.
Coba bayangkan, Petrus juga punya pilihan untuk gantung diri seperti Yudas, tapi aku berpikir, jika saja Petrus gantung diri, dia tidak akan mengalami terobosan yang dari Tuhan. Aku belajar apapun keadaannya dan sekalipun sedang jatuh kita harus tetap setia dikomunitas.
Aku juga belajar dari hidup seorang raja luar biasa yaitu Daud, Daud berdosa kepada Tuhan karena melakukan perzinahan dengan Batsyeba, wanita yang dilihatnya ketika sedang mandi. Betsyeba adalah istri Uria, panglima perang Daud. Daud mengirim surat kepada Yoab agar menempatkan Uria di barisan terdepan saat bertempur karena menginginkan Batsyeba. Inilah perintah Daud “Tempatkanlah Uria di barisan depan dalam pertempuran yang paling hebat, kemudian kamu mengundurkan diri dari padanya, supaya ia terbunuh mati.” (2 Samuel 11:15). Demi mendapatkan Batsyeba, Daud tega membunuh Uria. Lalu  Tuhan mengutus nabi Natan untuk menegur dan memperingati Daud. Maka dengan penuh penyesalah Daud datang kepada Tuhan dan memohon pengampunan. Ia mengakui  perbuatannya ,
“Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku!” (Mazmur 51:3-4)
Sekalipun Daud telah diampuni dosanya oleh Tuhan, dia tetap harus menerima ganjaran atas perbuatannya. Konsekuensi yang harus diterima Daud: “…pedang tidak akan menyingkir dari keturunanmu sampai selamanya, karena engkau telah menghina Aku dan mengambil isteri Uria, orang Het itu, untuk menjadi isterimu.” dan“…pastilah anak yang lahir bagimu itu akan mati.” (ayat 10,14 dari 2 Samuel). Anak yang dilahirkan Batsyeba mati; pedang pun tidak berlalu dari keturunan Daud selamanya; Absalom anak Daud melakukan pemberontakan, bahkan mencemari isteri-isteri ayahnya.
Bandingkan dengan Saul dalam 1 Samuel 15; Tuhan memerintahkan agar semua domba dan hewan dari orang Amalek ditumpas, tetapi Saul menyelamatkannya untuk dipersembahkan kepada Tuhan. Saul lebih takut kepada rakyat ketimbang kepada Tuhan. Saul menjawab Samuel bahwa rakyat menghendaki agar binatang-binatang yang diselamatkan itu dipersembahkan kepada Tuhan. Padahal Tuhan memerintahkan agar menumpas segala binatang itu. Saul menipu Tuhan dan menipu Samuel. Ketika bertemu Samuel, Saul berkata bahwa ia telah melaksanakan kehendak Tuhan.Padahal sebagian domba itu dicuri olehnya. Tuhan memerintahkan agar menumpas raja Agag tetapi ia malah menyelamatkannya.
Jika dibandingkan kesalahan Daud lebih berat dibandingkan Saul, Daud membunuh, kalo jaman sekarang ada raja seperti Daud, mungkin Daud akan di Blow up oleh PBB, apa yang dilakukan Saul lebih ringan Cuma tidak mentaati Tuhan doang, ini menurut saya pribadi. Tapi lihat responnya Daud ketika dia ditegur Natan, dia tidak menunda untuk bertobat sedangkan Saul mengeraskan hatinya, pertobatan Daud tidak percuma. Yesus lahir dari Keturunannya, Yesus anak Daud.
Ketika aku jatuh aku merasa aku telah menyakiti hati Tuhan, padahal Gak ada FirmanNya Tuhan bisa disakiti, itu tipuan iblis untuk terus menuduh. Dosa adalah tindakan kita untuk menyakiti diri kita sendiri dan setiap dosa pasti ada konsekuensinya, konsekuensi itu tujuannya untuk mendewasakan kita. Bukan untuk membinasakan kita. Tuhan tidak pernah menuliskan di Agendanya Schedule untuk membinasakan anak-anakNya, tapi kematianNya dikayu Salib emang di Schedule untuk menyelamatkan kita dari kemarahan Bapa, kita bisa secure datang ke Bapa untuk mengakui dosa-dosa kita. Kita akan benar-benar bertobat setelah kita menerima pengampunan dari Bapa dan kita juga bisa mengampuni orang lain jika kita mengampuni diri kita terlebih dahulu.
Aku tidak hobby menulis, aku hanya menulis apa yang aku alami. Tulisan ini juga bukan untuk meng’ekspose apa yang aku alami tapi karena aku berhutang kepada Bapa. Aku rindu tidak ada orang lain yang hidupnya dijajah oleh perasaan bersalah, tertuduh, intimidasi. Hiduplah merdeka. Aku mengucap syukur untuk kasihnya mentorku, dia membimbingku dijalannya Tuhan. Betapa aku mengasihinya!!! Kak Yohana, Thx for your influence to my life. lebih lagi, aku mengucap syukur kepada Bapa yang mengubah paradigmaku, myperspective about Father God has chance and finally I can scream Just God say Well Done, amazing grace.

With Love
Rusna

Tulisan ini adalah kontribusi dari visitor Jawaban.com, Anda juga dapat berbagi dan menjadi berkat dengan mengirimkan kisah inspiratif, kesaksian, renungan, pendapat Anda tentang isu sosial atau berita yang terjadi di lingkungan dan gereja Anda dengan mengirimkannya ke alamat email : [email protected].
Sumber : Rusna Ampu
Halaman :
1

Ikuti Kami