Janda Sarfat VS Pemeliharaan Tuhan Dalam Keterbatasan
Sumber: Encourageyourspouse.com

Kata Alkitab / 14 November 2014

Kalangan Sendiri

Janda Sarfat VS Pemeliharaan Tuhan Dalam Keterbatasan

Lori Official Writer
79599
1 Raja-raja 17: 13

Tetapi Elia berkata kepadanya: “Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kaukatakan, tetapi buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu”.

Sebelum melangkah kepada kisah janda Sarfat dan ketaatannya melayani Nabi Elia, saya ingin membagikan sebuah cerita hidup dari seorang pria miskin ini. Adalah Bai Fing Li, meninggal dalam kemiskinan di usia 93 tahun. Sekalipun begitu, dia telah menyumbangkan uang sebesar RMB 350.000 (kurs 1.300 setara Rp455.000) kepada perguruan tinggi dan sekolah-sekolah di Tianjin untuk menolong kurang lebih 300 anak-anak miskin. Hampir selama 20 tahun, dia mengayuh becaknya demi memperoleh uang untuk menambah donasinya. Makan siangnya adalah 2 buah kue kismis dan air tawar. Makan malamnya adalah sepotong daging atau sebutir telur.

Ia bahkan mengenakan pakaian yang dipungutnya dari tempat sampah. Ia tetap mengayuh becaknya selama 365 hari setahun, dalam keadaan salju turun atau dalam panas yang sangat menyengat. Setiap hari dia bekerja mulai 6 pagi – 7 malam.

“Tidak apa-apa saya menderita. Tetapi biarlah anak –anak yang miskin itu dapat bersekolah,” katanya.

Saat berusia 90 tahun, dia menyerahkan tabungan terakhirnya sebesar RMB 500 (sekitar Rp650.000) yang disimpannya dengan rapih dalam suatu kotak dan menyerahkannya ke sekolah Yao Hua. Dia berkata, “Saya sudah tidak dapat menyumbang lagi. Ini mungkin terakhir yang dapat saya sumbangkan”.

Dari kisah ini diketahui bahwa Bai Fang Li adalah sosok yang selama hidupnya ia terus berusaha melayani orang lain meski dalam keterbatasan. Serupa dengan itu, Alkitab juga menulis kisah yang sama. Seorang janda miskin di Sarfat. Janda yang tak lagi punya perlindungan dan hidup dalam keterbatasan.

Janda ini bukan orang istimewa dan bukan orang Israel. Ia berasal dari Sidon, pusat pemujaan dewa Baal yang dikenal juga sebagai tempat asal ratu Izebel, istri Ahad. Dari sudut pandang umat Tuhan, ia bukan seorang pilihan yang dipakai Tuhan seperti tokoh Alkitab lainnya. Sebelum bertemu Nabi Elia, janda ini sedang dalam keadaan hampir putus asa dan menyerah. Tetapi perjumpaan itu menjadi titik pemulihan hidupnya.

Tuhan memakai janda ini bukan dalam kondisi kehidupannya yang baik, tetapi justru dalam keadaan terburuk namun ia tetap bersedia. Terdapat tiga bentuk iman yang dilakukan Janda Sarfat ditengah keterbatasannya itu, sehingga menjadikannya istimewa dan Tuhan bertindak atas hidupnya.

1. Mengasihi sesama

Di dalam kemelaratannya janda ini tidak segera mengalami mujizat Tuhan. Di dalam penderitaan, ia harus mengalami ujian iman dengan menerima seorang asing di tengah kesusahannya. Dia bertemu dengan Nabi Elia dan mempersilahkannya masuk ke rumah meski berdasarkan pandangan budaya Timur bisa membuat posisinya tidak nyaman. Tetapi sikap ramah mengalahkan sikap negatif. Tak ada alasan untuk tidak mengasihi dan menolong orang lain.

2. Bertindak dengan Iman yang besar

Ia tak hanya menyambut Elia dengan ramah, tetapi ia juga menurut ketika diperintahkan Elia untuk membuat roti baginya meski pada saat itu, ia hanya punya sedikit tepung dan minyak, hanya cukup untuk membuat sepotong kecil roti ([kitab]IRaja17:11-12[/kitab]). Ini adalah langkah iman, ia tak ingin mencari alasan untuk menolak permintaan itu. Dia memberikan semua yang dia punya kepada Elia dan menyerahkan dirinya kepada Tuhan. Ia percaya pada perkataan Elia bahwa tepung dan minyak itu tidak akan habis. Ia membuktikan iman yang dikatakan dalam Ibrani 11: 1, “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat”.

3. Memberi yang terbaik kepada Tuhan

Tindakan janda ini memberi seluruh miliknya kepada Elia membuktikan bahwa ia memiliki kasih yang besar kepada Tuhan. Memang saat itu Elia terkesan hanya mementingkan perut sendiri. Tetapi pada kenyataannya, Tuhan bekerja memelihara hidup janda Sarfat lebih dari sebelumnya. Tuhan tidak pernah meninggalkan anaknya yang setia. Di dalam memberi, janda ini diberi. Di dalam ia menyalurkan berkat , ia menerima berkat ( seperti ucapan Yesus dalam [kitab]Lukas6:38[/kitab]). Ucapan Elia pun terjadi, tepung dan minyak itu tidak berkurang dan bahkan dapat mencukupi makan mereka beberapa waktu lamanya ([kitab]IRaja17:15-16[/kitab]).

Kasih kepada Tuhan tidak pernah kehilangan balasannya. Barangsiapa mengasihi dan mengutamakan Tuhan, tidak pernah ditinggalkan-Nya. Soal berapa besar balasan Tuhan dan apa wujud balasan Tuhan, itu kedaulatan Tuhan. Hanya saja, bertindaklah senantiasa dengan iman dan kepercayaan bahwa providensia (pemeliharaan, red) Allah akan tetap terjadi.

Sumber : Berbagai Sumber/jawaban.com/ls
Halaman :
1

Ikuti Kami