VCD Porno Ayahku Buatku Ketagihan

Family / 29 February 2012

Kalangan Sendiri

VCD Porno Ayahku Buatku Ketagihan

Lois Official Writer
49699

“Waktu kecil, saya anaknya aktif. Suka lari kesana kemari, naek-naek genteng orang,” kisah Joseph akan masa kecilnya. Joseph seperti tidak mengenal kata jera, meski sering mendapat teguran dari orangtuanya, dia tetap aktif. Pernah suatu hari, karena berusaha mengambil sebuah layang-layang yang jatuh, Joseph naik di sebuah pohon. Setelah berhasil mengambil layang-layang tersebut, dia pun melompat turun.

Saat itu sebenarnya tangan kanan patah dan tulang panggul kirinya lepas tapi Joseph tidak merasakan apa-apa, bahkan dia masih berusaha mengejar layang-layang yang lain lagi. Barulah ketika dia pulang ke rumah, dia merasakan demam. Joseph baru merasakan sakit pada lengannya. Baru setelah diperiksa ke dokter, saat itulah dia dan orangtuanya tahu kalau tangannya patah. Joseph segera dibawa ke ruang operasi untuk menyembuhkan tangannya.

Namun ternyata, tulang panggul kirinya baru diketahui lepas saat semuanya sudah terlambat. “Saya baru tahu kalau kaki saya yang sebelah kiri, tulang panggulnya lepas. Akhirnya saya masuk rumah sakit lagi untuk yang kedua kalinya, untuk mengobati kaki. Karena kaki saya sudah dibiarkan cukup lama dibiarkan tanpa pengobatan, akhirnya tulang kaki saya, tulang keringnya dibor, ditarik sama pemberat. Kalau istilah kedokteran itu ditraksi. Ketika ditraksi itu ditarik, kata dokter cuma bisa ditarik sedikit, tidak ada perubahan lebih lanjut.” cerita Joseph tentang kakinya.

Hal itu membuat papanya harus menerima kenyataan kalau kaki anaknya pendek sebelah. “Jadi ayahnya ingin supaya Joseph itu jadi Akabri. Mungkin dia merasa keinginannya sudah tak bisa terpenuhi lagi,” cerita Kelly, ibu Joseph. Hal ini membuat sang ayah pernah mengatakan sesuatu yang begitu menyakitkan bagi Joseph. “Joseph, kamu tuh tidak bisa jadi Akabri, kamu tuh tidak bisa jadi apa-apa. Lihat, apa yang sudah kamu buat terhadap diri kamu? Mau jadi apa kamu? Tukang becak? Nggak bisa. Kamu tuh ga bisa bikin apa-apa, tau ga? Kamu tuh cacat!” kata papanya.

Karena perkataan itu, Joseph merasa papanya tidak menganggap dirinya berharga. Ibunya pun tak pernah membelanya meski di dalam hati ada kemarahan yang tersimpan karena perkataan yang dilontarkan papa Joseph. Sejak saat itu, Joseph tak merasa dirinya berharga lagi.

Suatu hari, ketika dia sedang memotong bahan masakan yang disuruh ibunya, dia berpikir untuk mati dengan memotong nadi. Saat dia meletakkan pisau di nadinya, tiba-tiba ada pikiran seperti ini, “Iya, kalau mati. Kalau tidak mati gimana?” Niat itupun akhirnya dia urungkan. Kedua kali mencoba bunuh diri, Joseph dan keluarganya sedang menginap di hotel di lantai belasan. Saat dia ditinggal sendirian di kamar hotel, saat itulah keinginan bunuh diri kembali datang.

Joseph menuju ke balkon. Dari atas sana, dia melihat jalanan masih ada mobil yang lalu lalang. Ketika dia melihat jalanan sudah sepi, saat itulah dia siap melompat. Saat ingin melompat, tiba-tiba ada yang memanggilnya dari dalam. “Oce, oce (panggilan kecil Joseph, red),” kata suara itu. Joseph bingung siapa yang memanggilnya, karena setahunya di dalam kamar tidak ada orang. Karena itu, dia mencoba melompat kembali. Tapi hal yang sama terjadi lagi, ada orang yang memanggilnya.

“Akhirnya saya masuk ke dalam. Setelah saya masuk ke dalam, saya lihat tidak ada orang, pintu saya kunci. Saya bingung, siapa yang manggil?” Sejak saat itu, hasrat untuk bunuh diri hilang dalam diri Joseph.

Ketika Joseph sudah beranjak dewasa, papanya menyuruhnya untuk mengambilkan uang di lemari. Saat mencari-cari uang di lemari tersebut, Joseph menemukan VCD porno. Karena rasa ingin tahunya yang besar, dia pun menyetel VCD tersebut saat rumah sedang kosong. Akhirnya, hal itu membuat dia ketagihan. Setiap kali tidak ada orang di rumah, dia akan menonton VCD porno.

Pernah ada kepikiran di dalam dirinya untuk mencoba bagaimana yang sesungguhnya. Tapi karena dia adalah orang yang pemalu, maka dia tidak berani mendekati perempuan manapun. “Bahkan pelacur pun mungkin tidak mau sama saya,” katanya dalam hati ketika itu. Hal ini membuat dia menyadari bahwa tidak ada perempuan yang mau dengannya karena kecacatannya.

Akhirnya, perempuan-perempuan yang ada di dalam VCD itulah yang menjadi pelampiasannya. Dia mulai berimajinasi, berpacaran dengan bintang-bintang porno itu dan ada yang mau berpacaran dengannya. Imajinasi itu membuat dirinya melupakan perkataan papanya dulu, ataupun masalah-masalah lain yang dia hadapi.

Selama bertahun-tahun, Joseph terikat pornografi. Suatu hari, ada teman yang mengajaknya untuk beribadah. Kakak rohaninya yang sekarang, saat itu menceritakan tentang gambar diri. Ada seorang yang tidak punya tangan, tapi dia cinta Tuhan, dia menyerahkan hidupnya buat Tuhan. Itulah saat Joseph menangis. Kemudian kakak rohaninya ini menantang mereka yang hadir di sana, “Siapa anak-anak muda di tempat ini yang hidupnya mau berubah, bangkit berdiri” katanya.

Joseph bangkit berdiri. Saat itu, dia bertekuk lutut di hadapan Tuhan dan menyatakan bahwa dia tidak mau lagi berimajinasi yang jorok-jorok, yang bertentangan dan dia mau hidup kudus di dalam Tuhan.

Namun, perubahan tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Ketika rumahnya kembali kosong, semua orang sedang pergi, saat itu Joseph sedang membereskan tempat tidur orang tuanya. Ternyata, di bawah kasur, ada VCD porno. Saat itu seakan-akan ada suara yang mengatakan, “Ambil, ambil. Nonton aja sekali, nggak papa. Sekali doang mah nggak apa-apa.” Saat itu, Joseph bergumul sekali. Tapi akhirnya dia ambil dan tonton juga. Dia gagal.

Dia merasa begitu berdosa sama Tuhan, dia minta ampun dan lama kelamaan dia merasakan kembali damai sejahtera. Dia terus berusaha lepas dari godaan itu, sampai suatu hari, sampai pengakuan seorang teman mengusik hatinya.

Kakak rohaninya pun bercerita tentang masa lalunya dimana dia terikat dengan pornografi, dia merasa tak berharga, bagaimana dia merasa jijik dengan dirinya sendiri. Namun, akhirnya dia dibebaskan. Dia ternyata dibimbing oleh kakak rohaninya sehingga lama kelamaan keterikatan itu dapat bebas.

Dalam hatinya, Joseph pun menginginkan pembimbing. Saat itu, kakak rohaninya ini bertanya, “Mau nggak kamu jadi adik pembimbing?” yang dijawab iya dengan segera oleh Joseph. Dengan kakak pembimbingnya inilah, Joseph kemudian dapat menceritakan segala sesuatu yang buruk tentang dirinya dan dia bebas. Dia yakin keterbukaan adalah awal dari pemulihan.

Meski terbebas dari keterikatannya, namun masih ada satu tantangan lagi. Dia harus mengampuni orangtuanya. Dia kemudian memberanikan diri. Saat papanya terbaring ke rumah sakit, dia berkata kepada ayahnya. “Pi, Oce maafin papi. Oce tahu bagi papi mungkin Oce itu tidak bisa jadi apa-apa, Oce tuh cacat. Papi pernah pengen Oce jadi Akabri, ternyata Oce nggak jadi Akabri. Oce ga jadi apa-apa. Oce maafin papi.”

Tidak berapa lama kemudian, ayahnya meninggal. Joseph pun mulai terbuka dengan ibunya dan meminta maaf kepada ibunya karena ibunya tak pernah membelanya. Saat itu, ibunya pun meminta maaf. Hari demi hari, Joseph pun menjaga dirinya untuk selalu melakukan hal yang benar. Meski kondisinya cacat, dia kini melayani orang-orang yang mengalami permasalahan yang sama dengannya. Tuhan sudah mengembalikan gambaran yang sejati ke dalam diri Joseph. “Kasih-Nya benar-benar telah mengubahkan hidup saya dengan cara yang luar biasa.” tutup Joseph yang sangat bersukacita karena kasih Tuhan.

 

Sumber Kesaksian :

Joseph

Sumber : V120227163258
Halaman :
1

Ikuti Kami