Ternyata Dia Temperamental

Marriage / 17 December 2005

Kalangan Sendiri

Ternyata Dia Temperamental

Fifi Official Writer
11719
Terkadang ada beberapa sifat pasangan yang baru kita ketahui setelah menikah dan hidup bersama. Bila sifat tersebut tak kita sukai, seperti temperamen suami yang naik turun, apa yang harus kita lakukan?

Setelah beberapa tahun hidup bersama dalam perkawinan, Sang isteri benar-benar baru merasakan betapa suaminya temperamental. Dulu, sewaktu pacaran, sifat itu tak pernah terlihat. Tapi, seiring dengan kelahiran anak-anak, sang isteri baru sadar, suami tercinta seorang pemarah luar biasa. Tentunya akan sulit baginya untuk menerimanya.

Ada kesalahan sedikit saja yang tak ia sengaja, Sang isteri sudah mendapat marah. Apalagi jika ada sesuatu yang tidak berkenan di hati suaminya, 'ngambeg'nya tidak Cuma diam tapi marah-marah sambil banting-banting perabotan. Sang isteri merasa ia seakan-akan di pihak yang selalu harus mengalah. Mulai timbul penyesalan dalam hati sang isteri setelah bulan madu berakhir ia merasakan tinggal bersama dengan monster.

Tentu saja tak perlu menyesali sudah menikah dengan orang yang temperamental. Bukan soal 'nasi sudah menjadi bubur'. Tapi sebaiknya istri jangan hanya terfokus pada temperamen pasangan. Cobalah melihat sifat-sifat pasangan kita yang positif. Apalagi, untuk memutuskan menikah dengannya tentunya sudah melalui berbagai pertimbangan. Sedikit banyaknya kita telah mengetahui karakter calon pasangan.

Memang, adakalanya beberapa sifat tidak diketahui sebelumnya. Maklum waktu pacaran semua rasanya manis dan indah saja. Begitu juga masa-masa pengantin baru. Bila ternyata berubah?

Menurut pakar konseling keluarga, sesungguhnya karakter seperti temperamental, mudah terpancing emosinya sesungguhnya bukan terjadi secara tiba-tiba. Seharusnya sebelum atau sesudah menikah sudah terlihat, mengingat karakter adalah sesuatu yang terbentuk sejak lama. Namun, memang sesudah menikahlah kian terlihat bagaimana kepribadian dan karakter pasangan sesungguhnya. Hal ini bisa dimaklumi, selain sudah satu rumah, banyak pasangan beranggapan setelah menikah sudah menjadi 'milik' sehingga untuk apa lagi menutupi hal yang buruk-buruk?

Mengalah tidak selalu baik
Sifat temperamental ini tergolong sulit untuk ditutupi. Langkah terbaik yang harus dilakukan jika mendapat pasangan seperti ini adalah dengan selalu bertutur kata halus. Tutur kata halus diharapkan dapat meredam emosi suami. Selain itu ciptakan komunikasi dengan aktif menanyakan dengan bahasa yang halus mengapa dia tiba-tiba menjadi marah.

Tentu saja jangan bertanya pada saat ia sedang 'bergolak.' Cobalah di tempat tidur, sambil rileks, saat moodnya bagus. Bila ia tak bisa menerima pertanyaan Anda, lakukan penegasan. Yakni, penegasan akan dampak buruk yang bisa diterima Anda dan anak-anak. Misalnya, anak-anak jadi tertekan, serba takut, dan akhirnya berpengaruh pada prestasi belajarnya. Anda sendiri jadi serba salah, serba khawatir untuk melakukan sesuatu.

Komunikasikan dengan pasangan tentang ketidaksukaan Anda terhadap sikap tempramentalnya dalam situasi yang sama-sama tenang. Lebih baik Anda berkata secara langsung tentang keinginan dan ketidakinginan Anda terhadap sikapnya. Pasangan kita bukan malaikat yang tahu semua keinginan kita. Oleh karena itu jangan takut mengkomunikasikannya asalkan dalam situasi yang tepat.

Banyak yang beranggapan bahwa sikap marah harus dilawan dengan sikap 'dingin', memahami serta mengalah, akan baik akibatnya. Anggapan tersebut tidak selalu benar. Sebab sama artinya Anda membiarkan sifat jelek suami tumbuh menjadi besar. Jika Anda berpikir untuk menyelamatkan rumah tangga dengan cara selalu berada dalam posisi mengalah, hal ini dapat berdampak pada terkikisnya kesejahteraan psikologi Anda. Bahkan juga dapat menjadi sandungan bagi pernikahan Anda. Sebab, tidak adanya keterbukaan, tidak adanya kesetaraan, yang ada hanya berusaha pasrah demi sebuah pernikahan yang Anda sendiri tidak merasa bahagia.

Pasangan emosional lebih jujur?
Orang yang temperamental cenderung terpancing mengungkapkan hal-hal yang tak disukainya. Sayangnya cara pengungkapannya cenderung frontal sehingga terkesan menonjolkan rasa tidak suka, ketimbang sekedar memberikan kritik atau saran. Sayangnya lagi, si temperamental seringkali kurang mencerna segala sesuatunya dengan baik, sehingga kerapkali salah memahami. Tapi, memang si temperamental dikategorikan sebagai orang yang jujur mengungkapkan perasaan apa adanya. Benar kan?

Ada satu resep klasik yang tetap mujarab. Tetaplah setia mendoakan suami Anda. Sebagai seorang isteri Anda harus percaya diri sebagai seorang penolong. Percayalah bahwa Anda diciptakan dari tulang rusuk sang suami. Kalau saat ini suami Anda berperilaku kasar, tetaplah percaya Tuhan mampu mengubahkan. Justeru ada rencana Tuhan mempertemukan Anda dengan dia.
Halaman :
1

Ikuti Kami