Si Tukang Palak yang Tega Patahkan Kaki Korbannya
Sumber: jawaban.com

Family / 30 March 2014

Kalangan Sendiri

Si Tukang Palak yang Tega Patahkan Kaki Korbannya

Lois Official Writer
6860

“Karena tingkah laku saya yang nggak baik ini, mulailah saya dibilang manusia bejat, bad man. Maka dari itu saya digelari Bad Man,” ujar Karel Budiman Silitonga sebagai mantan preman. “Begitu saya datang, orang sudah takut. ‘Wah, bad man udah datang’, katanya” ceritanya lagi. 

Di masa kecilnya, seringkali Karel tak diberi uang jajan sehingga perasaan itu terus menghantuinya sampai dia besar. Hal itulah yang membuat dia menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang.

Setiap kali dia datang, semua orang selalu memberikan apa yang dia minta. Di tempatnya ‘beroperasi’ suatu kali ada pembangunan hotel. Bad Man menyuruh anak buahnya untuk ‘mengambil’ uang. “Ga ada bang duitnya, dikasih cuma segini,” ujar Karel menirukan ucapan anak buahnya. Karel pun berangkat ke lokasi.Karena tidak dikasih ‘jatah preman’ oleh orang hotel, maka Karel pun memukul kakinya hingga patah. Setelah orang itu meminta ampun dan memberikan uang, Karel pun pergi.

Namun, dia bertemu dengan kepala keamanan hotel tersebut. Mengetahui bahwa ada yang menjaga, Karel pun berniat memukulnya. Ketika kepala keamanan tersebut dipukul Karel sekuat mungkin, sepertinya dia tak mengalami luka sedikitpun. Hal itu membuat Karel takut dan lari. Tapi dendam bergelayut di hatinya.

Suatu hari, dia mencari sang kepala keamanan itu lagi di sebuah bar yang dia tahu didatangi kepala keamanan tersebut. “Saya kampak kepalanya… ya udah kacau balaulah semua, kaburlah kita,” ujar Karel. “Setelah itu kan ada rasa ketakutan ya, jadi saya tinggalkanlah Medan.” tuturnya kemudian.

Di Jakarta, Karel kesulitan mendapatkan uang karena selain ada rasa ketakutan diapun merasa persaingan cukup banyak. Namun, selalu ada tiga orang yang suka menemuinya. “Mereka ga bosen-bosen datangi saya, ya di tempat minum itu tadi,” jelas Karel.

Salah satu dari ketiga orang itu, pernah memberikannya Alkitab. Bukannya dibaca, Karel malah menyobek halaman Alkitab dan dipakainya untuk melinting ganja di hadapan orang tersebut. “Ini ya, Firman Tuhanmu itu ya,” ujar Karel kepada orang tersebut sambil mengganja di depannya.

“Saya pengen tahu sampai dimana sih Firman Tuhanmu ini, kan gitu,” kata Karel.

Tiba-tiba saat itu juga, Karel jatuh pingsan. Orang yang berada di dekatnya itu kemudian menelepon sang om.

“Saya tidak tahu apa-apa lagi. Sadar-sadar kok ada di dalam sel paginya,” ujar Karel. Dia pun didatangi ketiga orang itu lagi. Karel minta dilepaskan. Meskipun dia mendapatkan nasihat dari mereka, dia tetap tidak mau berubah. Seorang petugas kemudian datang ke selnya dan memintanya untuk menandatangani suatu surat kesepakatan dan kemudian dia akan bebas. Namun, dia tidak mau.

“Di dalam sel itu, saya baru menyadari bahwa kekuatan yang ada di dalam diri saya ini tidak ada apa-apanya. Kok saya seperti orang yang ga punya arti. Saya ingin minta tolong, minta tolong sama siapa. Waktu itu pengen merasakan, ada suatu kerinduan gitu ada sesosok yang bisa nolong, tapi siapa yang bisa nolong saya?”

Di penjara itu, Karel juga ingat perkataan mamanya sewaktu dia masih kecil. Mamanya pernah bercerita tentang kasih Yesus yang mampu menyelamatkan manusia. Dia pun teringat kepada ketiga orang tersebut yang menyatakan bahwa dengan percaya Yesus, Yesus mampu menolong.

Akhirnya, surat pernyataan untuk berubah itu dia tandatangani dan Karel pun bebas. Dari sana, dia langsung diajak oleh ketiga orang tersebut ke sebuah kebaktian. “Ternyata ketika pendeta berdoa untuk saya, mengatakan saya sudah dipilih, di situ saya memikirkan ternyata Tuhan itu tidak memandang manusia. Kok orang berdosa seperti saya ini masih dipilih? Ternyata Dia itu sangat baik,” katanya. “Malah tadinya saya memikirkan apakah saya ini layak. Tapi ternyata Yesus memilih orang yang benar-benar mau menurut panggilan-Nya. Ini yang saya rasakan saat itu.”

“Rupanya Tuhan Yesus mau menerima keberadaan saya yang kotor ini menjadi orang yang baru di mata Tuhan. Ada kedamaian gitu, ada ketenangan di dalam diri. Kok saya rasanya hati itu plong, ada rasa tenanglah. Kok ga seperti sebelum saya keluar dari sel tadi.”

“Kalau dulu, saya selalu dilanda ketakutan. Saya takut musuh saya tiba-tiba menyerang, tiba-tiba saya diserang orang. Tapi ketika saya hidup di dalam  Kristus, rasanya kok tidak ada ketakutan lagi. Rasanya kok indah. Luar biasa kasih Yesus itu,” tutupnya.

 

Sumber Kesaksian :

Karel Budiman Silitonga

Sumber : V140324131742
Halaman :
1

Ikuti Kami