Kisah Nyata Yanti Radjagukguk dan Perjuangannya Melawan Kanker
Sumber: Solusi Life

Family / 29 March 2013

Kalangan Sendiri

Kisah Nyata Yanti Radjagukguk dan Perjuangannya Melawan Kanker

Budhi Marpaung Official Writer
22685

Yanti Radjagukguk memiliki seorang suami yang mengalami sakit stroke yang sudah terjadi selama dua tahun. Ia sendiri ternyata mengidap suatu penyakit yang belum ia ketahui.

Benjolan pada tubuh Yanti yang selama ini ia tidak risaukan, ternyata bukan merupakan benjolan biasa.

"Ketika di kamar mandi saya melihat ada suatu benjolan. Benjolan itu seperti tahi lalat, dan tahi lalat itu semakin lama semakin besar. Dan semakin lama benjolan itu semakin merah, dan semakin menarik kulit saya. Jadi saya lihat di kaca, wah ini makin besar. Ternyata ini gak bener gitu. Saya bilang, ‘dad, saya mau periksa dulu ke dokter karena ada benjolan itu di sini," ujar Yanti.

Berdasarkan hasil pemeriksaan, dokter mengatakan bahwa Yanti harus melakukan pemeriksaan USG, mamografi, dan rontgen. Dan dari ketiga pemeriksaan tersebut, dokter mengatakan bahwa ia harus dioperasi. Ternyata dokter mengatakan bahwa ini menjurus ke Maligna, yang berarti bahwa penyakit yang dideritanya menjurus ganas. Dan dari operasi tersebut, sepuluh kelenjar dari  Yanti diambil termasuk payudaranya dang.

"Selanjutnya dokter mengatakan bahwa saya harus dipatologi. Dokter bilang ini kanker. Kankernya ini adalah kanker stadium 3B," Yanti menjelaskan.

Setelah itu Yanti pun harus dikemo selama enam kali. Proses kemo itu membuat  Yanti merasakan sakit sampai terus-terusan muntah.

"Setelah dia dioperasi dan ada luka eksternal. Hampir setiap hari saya harus menggantikan perbannya. Mama, kita semua berserah penuh. Seperti kita bilang, ‘Tuhan, terjadilah kehendak-Mu, bukan kehendak kami.'," ujar Alvi Radjagukguk, putra dari Yanti.

Akibat dari proses perawatan kesehatannya, rambut dari Yanti mengalami kerontokan hingga nyaris botak.

Sementara itu, di tengah sakit yang dideritanya, Yanti harus merawat suaminya yang terkena sakit stroke.

"Suami saya itu terkena penyakit stroke dua tahun. Ketika ia tahu saya sakit kanker, itu yang membuat dia tambah stress. Tapi saya tahu tanggung-jawab saya sebagai seorang istri. Saya melihat kuku kakinya panjang, saya bilang, ‘dad, aku potonginnya’. Rupanya agak kedalaman gitu. Lalu, begitu saya gunting, sakit, dia tendang saya, kena luka. Saya bilang, ‘dad, saya masih luka, sakit lho dad’. Saya melayani dia, pada saat dia mau ke belakang; pada saat dia mau makan, saya tetap mendampingi dia”  

Sambil mengurus sang suami, Yanti menaikkan doa kesembuhan bagi suami tercintanya kepada Tuhan. “Tuhan, saya tidak siap jadi janda. Sedangkan saya masih sakit, suami saya makin down, Tuhan..." ucap  Yanti lirih.

Suatu hari sepulang dari dokter, Yanti memberi tahu kepada suaminya bahwa ia sudah pulang dari dokter. Di situ suaminya menangis, seperempat jam kemudian reaksi penyakit suaminya semakin parah, dan mereka pun segera membawanya ke rumah sakit. Setiba di rumah sakit, suaminya pun segera ditangani dokter. Berbagai tindakan medis dilakukan, tetapi dokter menyatakan bahwa suaminya sudah tidak ada harapan hidup lagi.

Meninggalnya sang suami membuat Yanti merasa kehilangan dan kesepian.

Terkadang selepas kematian suaminya, Yanti masih menganggap bahwa suaminya masih hidup bersamanya. Menyadari hal ini, ia menangis pada Tuhan, "Tuhan, saya kesepian... Tidak ada lagi suamiku... Aku sendirian, Tuhan... Aku tidak sanggup.. "

Menurut Yanti, apa yang ia alami bagaikan perumpamaan ‘sudah jatuh tertimpa tangga juga’. Sudah sakit, meninggal pula suaminya. Meskipun begitu, Yanti tahu apa yang Tuhan katakan dalam Firman-Nya, "Aku tidak pernah meninggalkan engkau. Jangan engkau takut, jangan engkau bimbang. Aku adalah Tuhan-mu."

Doa dan pengharapan membuat Yanti semakin yakin bahwa ia bisa sembuh dari penyakit kanker.

"Saya tahu bahwa suami saya sudah dipanggil Tuhan, tetapi saya (yakin) pasti disembuhkan, dan saya sembuh secara total! Setelah 14 bulan saya kembali ke dokter, melihat hasil mammografi, hasil USG, hasil rontgen, dokter katakan... "Bu, tidak ada lagi kankernya. zero! Perasaan saya senang sekali, saya sukacita sekali. Di depan dokter itu saya loncat!" kisah Yanti ketika mendengar konfirmasi kesembuhannya dari dokter.

Sebuah ungkapan bahagia terlontar dari bibir Yanti, "Terima kasih Tuhan, Engkau selama-lamanya Tuhan Yesus Yang Penyembuh!"

Bagi Alvi Radjagukguk, ibunya sangat tegar menghadapi semua ini. "Yang menurut saya kalau saya ada di posisi dia, belum tentu saya sekuat dia ini. Tuhan adalah Tuhan yang Penyembuh dan Tuhan adalah Tuhan yang berkuasa yang menyembuhkan setiap segala sakit penyakit. Firman-Nya cuma Ya dan Amin. Setiap janji-Nya tak ada satupun yang gagal."

Yanti pun mengucap syukur dengan penuh kebahagiaan atas apa yang ia terima dari Tuhan, "Saya tak henti-hentinya mengucap syukur kepada Tuhan, apa yang telah Ia lakukan kepada saya, Tuhan adalah jawaban bagi setiap masalah saya!"

Sumber Kesaksian:

Yanti Radjagukguk


Baca juga :

Kisah Nyata Senna yang ingin Sembuhkan Sakit Kanker Mamanya

Larangan Berhubungan Seks, Kunci Bugarnya Para Pemain Napoli

Jusuf Kalla : Konflik Agama Sulit Diatasi

Pengorbanan Bapa

Gereja-Gereja Se-Cikarang Berdoa Bagi Transformasi Indonesia

Indonesia Kembali Terlibat Dalam Kegerakan Doa Sedunia

KWI : Kami Bersukacita Atas Terpilihnya Paus Fransiskus

Satpol PP Akhirnya Segel Gereja HKBP Setu

Sumber : V130325192329
Halaman :
1

Ikuti Kami