Tolong Jangan Bangunkan Ayahku

Kata Alkitab / 30 March 2012

Kalangan Sendiri

Tolong Jangan Bangunkan Ayahku

PrincessPina Cahyonoputri Official Writer
6553

Seorang pria sedang memberikan kesaksian perubahan hidupnya dalam sebuah konferensi yang terbuka untuk umum. Saat ia sedang bersaksi, salah seorang peserta merasa tidak senang dengan kesaksian yang dibagikan, dia pun mengacau dengan berteriak di tengah kerumunan. "Mengapa kamu tidak tutup mulut dan duduk? Kau hanya bermimpi," ejek pria itu.

Setelah puas melontarkan ejekannya, pria itu merasa ada yang menarik mantelnya, Saat dia menoleh ke bawah, seorang gadis kecil dengan wajah polos menatapnya dan mengisyaratkan pria itu untuk mendekatkan telinganya pada bibir gadis itu dan meminta izin untuk berbicara.

"Orang yang berbicara atas sana adalah ayahku,” gadis itu memulai cerita.

“Ayah dulu pemabuk, ia biasa menghabiskan semua uang yang dimilikinya untuk membeli wiski. Ibu sangat sedih dan menangis hampir sepanjang waktu. Kadang-kadang ketika ayahku pulang, ia akan memukul ibuku. Saya bahkan tidak punya sepatu atau baju yang bagus untuk dipakai ke sekolah,” kisah gadis itu sambil menahan haru.

Gadis itu berubah hening, namun tidak lama dia mimik wajahnya berubah ceria. “Tapi lihatlah sepatu saya, dan lihat gaun cantik ini, ayahku membeli ini untukku," ungkapnya riang. Gadis itu juga menunjuk seorang wanita yang diakuinya sebagai ibunya.

"Sekarang ibu sudah bahagia dan kembali ceria. Dia sering bernyanyi, bahkan ketika sedang menyetrika baju pun dia bernyanyi," ucap gadis itu tanpa henti. Suasana kembali hening, tapi gadis itu kembali memecah pembicaraan dengan sebuah permohonan sederhana. "Tuan, jika semua ini terjadi karena ayah saya sedang mabuk dan bermimpi, kumohon  jangan sadarkan dia," ucap gadis itu memelas.

Pertobatan harus diikuti dengan perubahan hidup yang nyata, namun hal itu bukanlah hal yang mudah. Untuk itu kita harus menghargai dan mendukung setiap usaha orang untuk menunjukan pertobatannya. Jangan sampai iblis menggunakan perkataan dan sikap kita yang kasar sebagai batu sandungan untuk orang lain.

Sumber : inspirationalstories
Halaman :
1

Ikuti Kami