Membangun Mezbah Rohani dalam Keluarga (Menyeimbangkan Pekerjaan Kudus dan Mendidik Anak)
Sumber: google

Pelayanan Anak / 30 July 2014

Kalangan Sendiri

Membangun Mezbah Rohani dalam Keluarga (Menyeimbangkan Pekerjaan Kudus dan Mendidik Anak)

Hevi Teri Official Writer
1294

"Sesungguhnya, anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada TUHAN, dan buah kandungan adalah suatu upah" (Mzm. 127:3).


Menjaga milik pusaka ini merupakan tanggung jawab orangtua. Sama seperti mengutamakan kesibukan kerja sampai mengabaikan anak-anak adalah perbuatan yang salah, demikian pula berperan aktif dalam pekerjaan kudus untuk Tuhan dengan mengorbankan waktu untuk keluarga juga merupakan perbuatan yang salah.

Samuel melayani sebagai hakim atas orang Israel. Ia mengurapi raja pertama Israel dan melantik para raja dan nabi. Sepanjang hidupnya, ia tidak pernah bimbang dalam menghakimi umat Israel (1Sam. 12:3-5). Tetapi sayangnya, "anak-anaknya itu tidak hidup seperti ayahnya; mereka mengejar laba, menerima suap, dan memutarbalikkan keadilan" (1Sam. 8:3).

Mungkin Samuel terlalu sibuk menghakimi bangsa itu sehingga tidak punya waktu untuk anak-anaknya bahkan ketika dia ada di rumah.

"Samuel memerintah sebagai hakim atas orang Israel seumur hidupnya. Dari tahun ke tahun ia berkeliling ke Betel, Gilgal, dan Mizpa, dan memerintah atas orang Israel di segala tempat itu, lalu ia kembali ke Rama, sebab di sanalah rumahnya dan di sanalah ia memerintah atas orang Israel; dan di sana ia mendirikan mezbah bagi TUHAN" (1Sam. 7:15-17)..

Bahkan bagi seorang hamba Allah yang setia, Allah tidak memberikan jaminan bahwa anak-anak Samuel dengan sendirinya akan tumbuh menjadi orang yang takut akan Allah.

Keluarga membentuk unit dasar masyarakat mana pun. Dalam kerajaan rohani, keluarga terlebih lagi adalah dasar untuk memberi makan domba-domba Tuhan dan saling menguatkan.

Setelah bertahun-tahun dalam pelayanan, Paulus juga sangat merasakan pentingnya rumah. Dalam 1 Timotius ia menyebutkan bahwa untuk memenuhi syarat sebagai seorang penilik jemaat, seseorang bukan hanya harus memiliki perilaku pribadi yang baik tetapi juga harus "seorang kepala keluarga yang baik, disegani dan dihormati oleh anak-anaknya" (1Tim. 3:4)

Kenyataannya, pelayanan yang sejati harus dimulai di dalam keluarga. "Jikalau seorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri, bagaimanakah ia dapat mengurus jemaat Allah?" (1Tim. 3:5).

Ketika kita berusaha membalas kebaikan Tuhan dan melayani dengan giat di gereja, kita harus berhati-hati agar tidak mengabaikan keluarga kita atau melewatkan pendidikan anak-anak kita. Kita harus melakukan tugas mengajar dan mendidik anak sehingga mereka dapat tumbuh dewasa dalam ketaatan.

 

Gereja Yesus Sejati Indonesia  >>>>

Sumber : google
Halaman :
1

Ikuti Kami