Tetap Bahagia Menghadapi Si 'Terrible Two'

Parenting / 2 February 2011

Kalangan Sendiri

Tetap Bahagia Menghadapi Si 'Terrible Two'

Lestari99 Official Writer
7359

Senyum yang memberikan kebahagiaan itu  berganti dengan temper tantrum yang mengesalkan. Tawa yang mengguncang dunia itu berganti dengan rengekan yang bikin pusing kepala. Kaki-kaki kecil itu dapat berlari kemana saja ia mau dan membuat Anda terengah-engah mengejar. Dari orangtua yang bangga dan bahagia, sekarang Anda menjadi polisi yang  kekurangan energi. Masa-masa menggemaskan bayi Anda telah lewat dan mau tidak mau Anda menghadapi masa yang di sebut ‘terrible two’.

Jika Anda kurang beruntung, Anda mungkin akan mengalami apa yang saya alami ketika anak kami Matthew berusia dua tahun. Dada saya yang sering berdegup kencang karena pengalaman hidup dan mati dengan anak ini. Wajah saya yang pucat melihat kepalanya berlumuran darah dan harus dilarikan ke rumah sakit. Ketakutan saya waktu TV kami seberat 50 kg jatuh menimpanya. Teriakan panik saya waktu kepalanya terjepit jendela mobil. Atau dunia yang hampir runtuh saat saya menyaksikan tubuhnya terapung di kolam renang. Ia melanggar hampir semua rambu-rambu yang telah saya buat dan melawan setiap kata ‘jangan’ yang saya ucapkan.

Syukurlah, Matthew yang berusia hampir empat tahun saat ini tidak lagi membuat hidup kami seperti pemain film horror. Ia mulai tenang dan terkendali. Ia mulai memahami apa arti bahaya dan kemampuannya untuk menjaga diri semakin tinggi.

Perlu diingat, walaupun disebut ‘terrible two’ tidak semua anak merepotkan orangtuanya di usia ini. Berikut, untuk menjadi orangtua yang lebih baik seringkali tidak datang secara alami, dalam arti kita juga harus belajar dan berlatih. Sama dengan anak kita yang belajar untuk mengenal dunia dan menaklukkannya tahun demi tahun, orangtua juga belajar untuk mengembangkan kemampuan parenting mereka.

Bagi yang memiliki anak Batita (1-3) tahun ada baiknya mencoba untuk mempraktekkan teknik-teknik di bawah ini:

1. Bangun Pembatas Masa Depan Sekarang

Meskipun setiap anak berbeda dalam menaati batasan yang kita buat tapi kita harus memilikinya. Batasan sebenarnya memberikan rasa aman kepada anak kita. Dengan itu mereka mulai belajar untuk membedakan yang baik dan tidak baik, antara yang boleh dan tidak boleh. Berhasilnya orangtua untuk membuat batasan yang benar, sederhana dan mudah diikuti bukan saja akan mempengaruhi jiwa anak pada saat mereka beusia dua tahun tapi ini juga akan membantu mereka untuk menentukan batasan sepanjang hidup mereka.

2.  Serius Jalankan Atau Tinggalkan

Tetap konsisten tidaklah segampang membuat batasan. Misalnya kita membuat aturan “Makan harus duduk di meja makan”, hari ini bisa dikerjakan tapi belum tentu besok kita akan tetap bertahan dengan aturan ini. Bagaimana dengan satu bulan kemudian? Atau bagaimana kalau anak kita harus diasuh nenek yang punya aturan yang berbeda?

Oleh karena itu jangan pernah membuat aturan jika Anda tidak serius menjalankannya.  Dua atau tiga aturan yang konsisten dijalani lebih baik dari dua puluh tiga aturan yang mudah dilanggar.

3. Ijinkan Einstein Lahir di Rumah Anda

Seringkali rasa ingin tahu anak kita yang berotak Einstein disalahtafsikan sebagai kenakalan. Banyak orangtua yang melarang anak mereka melakukan sesuatu tapi tidak memberikan sarana pengganti untuk menyalurkan bakat jenius mereka.

Ketika anak kami Joel mencoret-coret dinding apartemen sewaan kami yang putih bersih, saya sempat sewot. Saat itu saya belum sepenuhnya menyadari kalau anak kami sedang mencari cara untuk menyalurkan bakatnya. Melarangnya membuat karya seni di dinding adalah benar hanya kalau kita memberikannya  cara lain yang lebih baik. Akhirnya kami memberikan buku gambar, papan gambar, meja gambar, atau apa saja yang dapat mengalihkan perhatiannya untuk menggambar di dinding rumah.

Ijinkan anak-anak kita menyalurkan energi mereka secara positif. Berikan wadah untuk mereka berkarya. Izinkan mereka bermain di luar rumah dan berteriak sesuka mereka jika tempatnya memungkinkan. Bawa mereka ke tempat bermain anak-anak semampu kita dan biarkan mereka mengeksplorasi  dengan bebas. Biarkan mereka menikmati masa kanak-kanak pada waktu mereka masih kanak-kanak. Dan jika kita berkata ‘jangan’, berikan selalu alternatif lain yang ‘boleh’. 

4. Wujudkan Kasih Lewat Tindakan

Saya sering bertemu dengan orangtua yang kelihatannya lebih bermasalah dalam hal tantrum dari anak mereka. Mereka berteriak, membentak, mengancam, bahkan memukul. Tanpa disadari, anak-anak mereka belajar  dari apa yang mereka lakukan. Jangan heran kalau anak-anak ini juga belajar untuk mengkspresikan emosi mereka secara negatif dan penuh kekerasan. Akhirnya, lingkaran setan ini menjadi pola hubungan atara orangtua – anak, atau antara anak dengan teman-temannya.

Orangtua yang tetap tenang dan lembut meskipun anak mereka sedang tantrum, adalah model yang terbaik dalam pembentukan kepribadian anak. Kasih itu lemah lembut dan panjang sabar, sebenarnya prakteknya dapat dimulai dari mendidik anak-anak kita.

 

Penulis adalah seorang konselor profesional dan juga penulis buku "Turning Hurt Into Hope" (Metanoia 2009).

Sumber : Nancy Dinar
Halaman :
1

Ikuti Kami