Demi Sekolah Anak, Para Orangtua Gadai Harta Benda

Nasional / 26 June 2012

Kalangan Sendiri

Demi Sekolah Anak, Para Orangtua Gadai Harta Benda

PrincessPina Cahyonoputri Official Writer
5751

Ada sebuah fenomena menarik setiap tahun ajaran baru sekolah. Dilansir dari Tribunnews, ternyata bukan hanya toko buku dan seragam sekolah yang ramai dikunjungi orangtua murid, melainkan juga kantor pegadaian. Para orangtua terpaksa menggadaikan perhiasan mereka untuk menutupi kebutuhan sekolah si buah hati.

Menurut petugas kantor Pegadaian Cabang di Jombang, Jawa Timur, menjelang penerimaan peserta didik baru (PPDB), kantor pegadaian mulai banyak dikunjungi warga. Rata-rata mereka menggadaikan perhiasan untuk menutupi biaya pendidikan. Hal ini pun menjadi bukti bahwa sekolah murah yang ramai diberitakan ternyata hanya isapan jempol.

Hampir setiap sekolah masih menarik biaya terhadap siswa baru. Indah (24), salah satu orangtua murid mengaku terpaksa menggadaiakan satu-satunya perhiasannya berupa gelang emas 5 gram untuk biaya administrasi dan serba-serbi sekolah anaknya. "Anak saya segera masuk SD. Butuh uang Rp 400.000 membeli perlengkapan sekolah dan administrasi awal," ungkap Indah.

Hal serupa juga disampaikan oleh Heni (45) yang menggadaikan kalung emas 25 gram miliknya untuk biaya kuliah anaknya di Universitas Negeri Surabaya. "Belum tahu berapa biayanya. Namun sebagai persiapan, saya menggadaikan kalung, selain tabungan yang sudah ada. Karena saya dengar biayanya sampai jutaan rupiah,” kata Heni.

Menurut manager Perum Pegadaian, Suharj, selain menggadaikan perhiasan, nasabah juga ramai menggadaikan barang elektronik dan BPKB motor. Hal ini membuat omzet pegadaian meningkat, yaitu dari Rp. 4,5 miliar di bulan Mei menjadi Rp. 5 miliar lebih di bulan Juni. "Ini merupakan tren setiap tahun. Jumlah nasabah terus meningkat seiring berlangsungnya musim pendaftaran siswa dan mahasiswa baru," kata Suharjo.

Memang dibutuhkan sebuah pengorbanan untuk mencapai sesuatu, seperti yang dilakukan orangtua untuk mencukupi biaya pendidikan anaknya. Hal ini harus menjadi acuan bagi anak untuk lebih bersungguh-sungguh dalam pendidikannya. Selain itu, pemerintah pun harus prihatin terhadap kondisi ini dan mencari solusi untuk mengatasinya.

Sumber : tribunnews/ vina cahyonoputri
Halaman :
1

Ikuti Kami