WPA 2012: Keserakahan Dalam Kapitalisme Harus Segera Diakhiri

Internasional / 16 May 2012

Kalangan Sendiri

WPA 2012: Keserakahan Dalam Kapitalisme Harus Segera Diakhiri

Puji Astuti Official Writer
5403

Bogor, 15 Mei 2012 -  Dua  ekonom yang hadir sebagai pembicara dalam Doa Akbar Sedunia atau World Prayer Assembly 2012 di Sentul International Convention Center (SICC), Ed Silvoso dan Jerry Tuma, dalam jumpa pers Selasa petang mendorong dunia terutama umat Kristen, agar mengakhiri akar immoralitas dalam kapitalisme, yakni keserakahan (greediness).

Pakar ekonomi, Ed Silvoso, yang juga President International Transformation Network. Inc, mengatakan kapitalisme dikembangkan oleh negara-negara Barat memang dirancang untuk menciptakan keuntungan bagi para pemilik modal, jadi memang tidak untuk orang miskin.

Namun pada waktu itu masih ada landasan moralnya yakni untuk menolong orang-orang miskin. Dalam perkembangannya hari ini, keserakahan telah membuat kapitalisme kehilangan landasan moralnya, karena banyak orang sudah meninggalkan Allah.
“Sehingga tugas kita sekarang adalah mengembalikan kapitalisme itu ke akar moralitasnya agar dunia menjadi lebih baik,” katanya.

Dia sendiri di Amerika mengembangkan gerakan untuk menguasai 51 persen saham-saham berbagai perusahaan di Amerika melalui International Transformation Network, Inc dalam upaya mengembalikan kapitalisme ke akarnya yang benar yaitu untuk menolong orang-orang miskin dan mengakhiri keserakahan.

Sedangkan dalam pandangannya Jerry Tuma, President Cornerstone Financial Services Inc., kegagalan yang dialami oleh kapitalisme hari ini karena banyak orang berutang sangat besar jauh melebihi kemampuannya. Dan persoalan itu dicoba diatasi dengan sosialisme, dan itulah yang kini terjadi di Prancis sebagai hasil pemilihan umum pekan lalu.

Padahal, lanjutnya, Eropa dan banyak negara maju menghadapi persoalan yang jauh lebih besar dan tidak bisa diatasi oleh sosialisme, yakni masalah kritis penurunan jumlah penduduk yang sangat signifikan.

“Padahal jumlah penduduk yang besar juga memberi kemakmuran, bila jumlah penduduk berkurang akan menghasilkan depresi di bumi,” katanya.

Dia sudah melihat hal itu terjadi di Amerika, dimana kaum lanjut usia, terutama generasi baby boomer yang lahir pasca Perang Dunia II, kini sudah menjadi beban, karena tergantung pada tunjangan sosial dan tunjangan kesehatan, jumlahnya bertambah 10.000 setiap hari.

Di Jepang, jumlah angkatan kerja semakin merosot, dan pada suatu saat nanti jumlah penduduk Jepang akan merosot drastis, dan akan menjadi persoalan besar. Sehingga memperbaiki profil demografi merupakan hal kritikal.

Ed Silvoso dan Jerry Tuma sepakat bahwa Indonesia dalam waktu singkat akan menjadi raksasa ekonomi yang perpeluang memimpin ekonomi dunia asalkan pelaku ekonomi Indonesia tidak serakah, takut akan Allah dan berpihak kepada orang-orang miskin.

Sumber : Pers Release Panitia WPA 2012
Halaman :
1

Ikuti Kami